Zygmunt Bauman menyatakan : "Bila konsumsi adalah ukuran sukses terhadap kesuksesan hidup, kebahagiaan dan bahkan kesusilaan manusia, maka penutup terhadap hasrat manusia harus dilepaskan: tidak ada jumlah perolehan atau sensasi menarik yang akan memberi kepuasan dalam hal 'meningkatkan standar' yang dijanjikan oleh seseorang; tidak ada standar yang harus ditingkatkan - garis akhir bergerak menjauh bersamaan dengan pelarinya; gol-gol bergerak menjauh saat seseorang memcoba meraihnya. Jauh di depan, rekor-rekor terus dipecahkan.... tidak ada standar standar kecuali meraih lebih banyak, dan tidak ada aturan, kecuali perintah untuk "lakukan sebaik-baiknya"
Konsumerisme membuat terjadinya perluasan kapasitas produksi tetapi disisi lain tabungan menipis dan meningkatnya kredit konsumsi. Komsumerisme cenderung memikirkan jangka pendek sehingga muncul strategi marketing yang memanfaatkan periode jangka pendek atau even-even tertentu menjadi momentum meningkatkan volume dan nilai transaksi pemasaran.
Konsumerisme menjadikan Tuhan sebagai sarana mencapai / meraih impian memperoleh sesuatu produk dan kebesaran Tuhan ditentukan kesanggupan-Nya memberi materi. Tuhan harus ditaati. Bentuk ketaatan kepada Tuhan menjadi murid Tuhan. Sebagai murid maka akan melihat gaya hidup-Nya, pengajaran-Nya yang mewarnai asketisme moderat di dunia dengan menjadi kemuliaan Allah dan kepentingan sesama manusia sebagai fokus kehidupan sehingga penyangkalan diri bertujuan membuat Tuhan makin ditinggikan dan dirinya makin kecil. I Yoh 2:17: "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selamanya."
Apakah kehendak Allah terkait dengan kegiatan konsumsi? Contoh praktis dengan konsep pemikiran sederhana:
- Berbelanja melihat kebutuhan.
- Perhatikan penerimaan yang di dapat.
- Jangan mengingini milik orang lain.
- Fokuskan kepada produk yang berguna atau memiliki nilai manfaat. dll.
- Segala sesuatu yang dimiliki adalah anugerah Tuhan yang dipercayai untuk dikelola bukan yang berhak kita miliki.
- Hindari pemujaan terhadap aneka produk.
- Pemakaian produk dengan bertanggungjawab baik dalam lingkungan sosial dan pribadi
- Menerima segala sesuatu dengan tenang dan bersyukur.
- Karena engkau berkata : Aku kaya dan aku telah memperkaya diriku dan aku tidak kekurang apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. (Wahyu 3:17,18)