Teks di atas mengisahkan kehidupan Rasul Paulus yang mengalami masa knnak-kanak maka saat itu berpikir sebagaimana kanak-kanak. Saat dewasa dia sidah meninggalkan sifat kanak-kanak. Apakah sifat kanak-kanak itu? Bagaimana sifat kanak-kanak mempengaruhi cara berpikir?
Paulus menganalogikan kehidupan rohani kekeristenan menjadi rohani kanak-kanak dan rohani dewasa. Kerohanian anak-anak tidak diukur oleh berapa lama kita menjadi Kristen, sehngga sekalipun sudah ikut pelayanan tidak memberikan kepastian tingkat rohani sudah dewasa, sehingga kita perlu berhati-hati jangan sampai membanggakan kekristen kita.
Matthew Henry berpendapat Rasul Paulus terus memuji kasih dan menunjukkan betapa kasih itu lebih baik daripada segala karunia yang dengannya jemaat Korintus suka menyombong-nyombongkan diri, sampai mengabaikan sama sekali dan nyaris memadamkan kasih. Alasan kasih itu lebih unggul adalah karena, kasih adalah tanda kedewasaan rohani sebab kasih tidak berkesudahan, nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berhenti.
Rasul Paulus mengisyaratkan bahwa karunia-karunia itu hanya cocok untuk digunakan pada keadaan yang tidak sempurna: Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Begitu tujuan telah tercapai, sudah barang tentu semua sarana yang pernah digunakan tidak diperlukan lagi. Sudah tidak diperlukan lagi adanya karunia berbahasa, bernubuat, dan pengetahuan melalui ilham mengenai kehidupan yang akan datang, karena saat itu jemaat akan ada di dalam kesempurnaan, lengkap di dalam pengetahuan dan kekudusan.
Meskipun memiliki karunia berbahasa lidah, bernubuat tidaklah otomatis menandakan tingkat kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani cenderung berbicara tentang karakter. Tak seorang pun yang dapat membuat karakter kita berubah atau berganti dengan cepat bak sulap, tanpa campur Tangan Tuhan dan kemauan dari kita sendiri. Cara Tuhan sepertinya lama, lambat dan kadang menyakitkan. Tetapi dengan caraNya, ada hal-hal luar biasa yang ingin Ia lakukan dalam hidup kita. Dengan waktuNya kita akan mengerti betapa hebatnya Ia. Dengan kasih karunia dan sentuhan TanganNya semuanya akan berarti.
Ciri-ciri orang yang memiliki sifat kekanak-kanakan diantaranya adalah sebagai berikut :
- Sifat manja dan egoismenya tinggi.
- Selalu memikirkan diri sendiri.
- Tidak bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dilakukan atau yang sudah menjadi kewajibannya.
- Selalu mengeluh dan menyalahkan orang lain tentang sesuatu yang membuatnya repot atau membuatnya tidak nyaman.
- Hidup dengan dunia yang diimpikannya dan tidak menyadari dunia disekitarnya.
- Selalu berpangku tangan sehingga menjadi benalu bagi teman atau keluarganya.
- Mudah marah.
- Selalu merasa dirinya sempurna, sombong dan lebih baik dari orang lain.
- Sering merasa iri yang berkelebihan.
- Memiliki impian namun tidak segera dilakukan.
- Selalu ingin bersenang-senang dan yang menyenangkan didalam hidupnya.
- Berkata-kata tanpa dipikirkan dahulu
- Plin-plan dan tidak berpendirian.
- Kecendrungan berfoya-foya
Teks dalam Kitab 1 Korintus 13 menyatakan bahwa tinggal tiga hal yaitu iman, pengharapan dan kasih dan kasih adalah yang terbesar yang tetap berkesudahan sehingga kedewasaan rohani diukur dari bagaimana iman kita, bagaimana pengharapan kita, dan bagaimana kasih kita saat kita menghadapi permasalahan dalam hidup ini? Persoalan dapat disebabkan karena kekeliruan dalam pengambilan keputusan dan juga karena memang persoalan menghampiri kita bukan karena kekeliruan kita.
Beberapa tanda kedewasaan diantaranya:
- Tidak memikirkan keuntungan dirinya sendiri, namun memikirkan bagaimana kehidupannya dapat berarti dan menjadi berkat bagi sesama serta menjalin hubungan dengan sesama dan Tuhan.
- Tidak dikendalikan suasana hatinya namun komitmen imannya.
- Berani berkata Tidak! Dewasa berarti menolak kompromi pada semua yang bertentangan dengan firman Tuhan, sekalipun mendatangkan keuntungan.
- Tidak terfokus pada hak tetapi tanggung jawab.
- Berpikir sebelum bertindak dan berpikir jauh ke depan serta bersedia merubah pola pikir,
- Bukan mengerjakan hanya yang disukai, namun menyukai semua yang dikerjakan atau yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita.
- Belajar mengendalikan emosi, dan memancarkan kasih dalam serta menemukan solusi persoalan hidup.
- Selalu mau belajar, berjuang dan berkorban. Orang dewasa tidak berhenti belajar, mau berjuang dan rela berkorban bagi Tuhan dan pekerjaan-Nya.
Hubungan kita dengan Tuhan akan membuat karunia yang ada dalam diri kita dan pekerjaan / pelayanan yang kita kerjakan berdampak dan berbuah. Pekerjaan / pelayanan dan karunia yang kita miliki, tak menjamin baiknya hubungan kita dengan Tuhan, dan kita dapat bertumbuh dalam karakter kita. Jika kita mau tetap bertumbuh dan apa yang kita lakukan tidak sia-sia, mari tetap melekat dengan Pribadi yang hebat, kuat dan dahsyat. Maksimalkan karunia yang Tuhan anugerahkan dan terus membangun juga bertumbuh dari karakter yang tidak sempurna dalam diri kita bersamaNya.