Selfie Hopey (Sumber: Telegraph.co.uk) |
Pada tahun 2013, kata selfie secara resmi tercantum dalam Oxford English Dictionary versi daring, dan bulan November 2013, Oxford Dictionary menobatkan kata ini sebagai Word of the Year tahun 2013, menyatakan bahwa kata ini berasal dari Australia
Meskipun istilah selfie digunakan sejak 2002, selfie pertama dunia telah dilakukan oleh Robert Cornelius dari Philadelphia dipercaya sebagai orang pertama yang mempraktekkan selfie pada Oktober 1839 (Grenoble, 2013). Ia memfoto dirinya sendiri dengan cara duduk di belakang bingkai dan tidak bergerak selama 60 detik sampai kamera mengambil gambarnya. Selfie milik Cornelius memiliki keterangan tulisan di baliknya “The first light picture ever taken. 1839” atau foto cahaya pertama yang pernah diambil. Lalu selfie yang cukup terkenal dilakukan oleh Anastasia Nikolaevna pun pernah melakukan selfie (The Daily Mail, 2013). Pada tahun 1913, Nikolaevna mengambil selfie dirinya melalui cermin menggunakan Kodak Brownie keluaran 1900.
Istilah Narsis/ narsisme dari kata Narcissus (Yunani: ναρκισσος - NARKISSOS) mitologi Yunani. Alkisah ksatria Narcissus ini parasnya elok bukan main dan memuja dirinya sendiri dan banyak menolak cinta kejam dengan para wanita yang mencintainya. Sampai suatu saat dia menolak cinta Echo, yang menyebabkan Echo patah hati, dan Narcissus dikutuk sehingga jatuh cinta pada bayangannya sendiri di air kolam .Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.
Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis.
Di Indonesia, tren selfie mulai populer sekitar akhir tahun 2013. Tren yang lazim di kalangan generasi digital ini salah satunya dipengaruhi oleh tersedianya fitur kamera depan ponsel yang memudahkan penggunanya untuk ber-selfie. Tidak hanya selfie, tongkat selfie yang di Indonesia dikenal sebagai tongsis atau tongkat narsis pun menjadi populer. Tongsis dapat diatur tingkat panjang pendeknya memudahkan pengguna untuk selfie bersama pemandangan maupun dengan teman-teman.
Para generasi digital (Generasi Y dan Z) adalah generasi teknologi pertama yang tumbuh bersama perkembangan teknologi. Bagi mereka, selfie adalah bagian dari hidup sehingga lumrah untuk dibagikan di berbagai jejaring sosial. Selfie di media sosial baik di Facebook dan Instagram dianggap sebagai kontribusi terbesar dari meningkatnya perilaku narsisme di kalangan generasi digital.
Professor Twenge dari San Diego State University menunjukkan bahwa level kenarsisan yang meningkat selama beberapa dekade membuat Generasi Y (lahir tahun 1980-1994) menjadi lebih egois dan menyerap semua yang ada lebih dari generasi sebelumnya (Firestone, 2012). Narsisme di sini diilustrasikan sebagai perasaan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain, memiliki keinginan untuk dikagumi oleh orang lain, dan berpartisipasi dalam pemikiran dan tingkah laku yang egois (Panek, Nardis & Konrath, 2013).
Dalam swafoto orang cenderung semakin narsis."Narsis" sifat seseorang yang sangat senang mengagumi/melebih-lebihkan dirinya sendiri. Narsisme adalah salah satu bentuk kesombongan manusia. Istilah "Narsisme" (dengan mengambil kisah Narcissus) pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud (6 Mei 1856 - 23 Sept 1939) seorang psikiater Austria.
Dalam situs http://www.narcissism101.com/ menyebutkan Ciri-ciri Nasisis adalah:
- Merasa dirinya penting/hebat, misalnya menggembar gemborkan prestasi dan kelebihannya. Ingin selalu dianggap hebat .
- Memimpikan sukses, power, kepintaran, kecantikan/kegantengan atau hal-hal yang terlalu ideal secara berlebihan.
- Merasa dirinya spesial dan unik dan cuma bisa dimengerti atau dihubungkan dengan orang2 atau institusi lain yang sama spesialnya atau sama pentingnya.
- Ingin dikagumi secara berlebihan
- Merasa punya hak utk dapat perlakukan spesial atau hak-hak spesial lainnya seperti yang diinginkannya.
- Suka memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi.
- Kurang berempati ke orang lain atau tidak perduli dengan perasaan, kebutuhan atau pendapat orang lain.
- Sering sirik terhadap orang lain atau merasa orang sirik kepadanya.
- Bersikap arogan atau sok.
- Cemburuan dan posesif.
- Selalu butuh untuk dibuat merasa spesial, dikagumi, dicintai, dihargai.
- Marah jika permintaan atau keinginannya tidak dituruti.
- Suka mengatur orang lain untuk bertindak.
- Rasa percaya diri berlebihan sehingga suka bragging atau memancing orang lain untuk memberi pujian.
- Dramatis/sensi, sikap-sikap yang insecure.
- Menuntut orang lain untuk membuat dia senang (dengan dirinya sendiri).
- Menyalahkan orang lain walaupun karena perbuatannya sendiri.
- Tidak merasa bersalah jika sedang marah/ngamuk ke orang lain secara tidak jelas.
- Bersikap bahwa dirinyalah (atau masalahnyalah ) yang paling penting dan pendapat/keinginan/perasaannyalah yang nomor 1.
- Tidak mau introspeksi diri;
Selfie telah memakan banyak korban jiwa karena mau eksis dengan gaya narsis habis. Contohnya:
- Erri Yunanto pada Mei 2015 meninggal dunia terjatuh dari Puncak Garuda di Gunung Merapi. Erri jatuh ke kawah Merapi sedalam 200 meter
- Norhayati Wook dan Siti Yuslianis Roslan meninggal dunia usai alami kecelakaan mobil. Hal ini akibat kelalaian dari pengemudi yang mengambil foto selfie dengan kamera dan tongsis dari luar Mobil. Mobil pun keluar jalur dan disambar truk.
- Tomi Luki Saputra, dari Kelurahan Kejuron, Kota Madiun pada Februari 2015, harus kehilangan nyawanya akibat selfie dengan teman temannya di rel kereta api.
- Yanuru Aksanu Laila mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menghembuskan napas terakhir pada Mei 2015 juga karena selfie. Niatnya untuk liburan dan menikmati keindahan alam justru membuatnya terpeleset usai berfoto selfie di dekat Coban Sewu
- Maret 2014 Nurul Akmal Roshid, 15 tahun, dan Nursyafiqah Syaurah Mohd Yusof, 13 tahun, meregang nyawa akibat tergelincir di Sungai Lebir, Manik Urai Lama, Malaysia. Keduanya tergelincir saat mengambil posisi untuk berfoto selfie.
- Agung Reynaldi, 16 tahun, tenggelam di Curug Ngumpet, Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat pada April 2016. Agung tercebur hingga akhirnya terseret ke dasar air terjun.
Paulus memberikan nasihat kepada kita agar tidak memuji-muji diri seperti yang dicontohkan dirinya. { 2 Korintus 5:12. Dengan ini kami tidak berusaha memuji-muji diri kami sekali lagi kepada kamu, tetapi kami mau memberi kesempatan kepada kamu untuk memegahkan kami, supaya kamu dapat menghadapi orang-orang yang bermegah karena hal-hal lahiriah dan bukan batiniah.}
Dalam melakukan selfie harus tetap melatih diri agar tidak terbawa arus yang menyebabkan bukan saja menjadi narsis (sombong) seperti penelitian di tahun 2012 tetapi berdasarkan riset Jesse Fox dan Margaret C Rooney dari Ohio State University pada 2015 yang menganalisis hubungan antara kesukaan pada mengunggah dan mengedit (crop, filter) selfie terhadap kepribadian seseorang. Survei dilakukan kepada 1.000 responden usia 18-40 tahun. Hasil penelitian (Fox dan Rooney, 2015) menunjukkan orang yang sering mengedit foto dan mengunggahnya ke media sosial kemungkinan besar memiliki setidaknya tiga gangguan kejiwaan yaitu narsisime, psikopatik, dan objektivitas diri yang disebut Dark Triad.
Jika sudah masuk level Dark Triad maka semakin sukar ditolong untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga perlu kuasa Tuhan untuk bertobat dan sembuh dari Drak Triad.
Semua tiga ciri triad gelap ( Dark Triad) secara konseptual berbeda walaupun bukti empiris menunjukkannya sebagai tumpang tindih. Mereka berhubungan dengan gaya interpersonal yang berperasaan-manipulatif.
Dalam melakukan selfie harus tetap melatih diri agar tidak terbawa arus yang menyebabkan bukan saja menjadi narsis (sombong) seperti penelitian di tahun 2012 tetapi berdasarkan riset Jesse Fox dan Margaret C Rooney dari Ohio State University pada 2015 yang menganalisis hubungan antara kesukaan pada mengunggah dan mengedit (crop, filter) selfie terhadap kepribadian seseorang. Survei dilakukan kepada 1.000 responden usia 18-40 tahun. Hasil penelitian (Fox dan Rooney, 2015) menunjukkan orang yang sering mengedit foto dan mengunggahnya ke media sosial kemungkinan besar memiliki setidaknya tiga gangguan kejiwaan yaitu narsisime, psikopatik, dan objektivitas diri yang disebut Dark Triad.
Jika sudah masuk level Dark Triad maka semakin sukar ditolong untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga perlu kuasa Tuhan untuk bertobat dan sembuh dari Drak Triad.
Semua tiga ciri triad gelap ( Dark Triad) secara konseptual berbeda walaupun bukti empiris menunjukkannya sebagai tumpang tindih. Mereka berhubungan dengan gaya interpersonal yang berperasaan-manipulatif.
- Narsisme ditandai oleh kemewahan , kebanggaan , egotisme , dan kurangnya empati .
- Machiavellianisme dicirikan oleh manipulasi dan eksploitasi orang lain, sebuah ketidakpedulian sinis terhadap moralitas , dan fokus pada kepentingan pribadi dan penipuan .
- Psikopati ditandai dengan perilaku antisosial yang terus berlanjut, impulsif , egois , tidak berperasaan, dan tanpa rasa takut .
Budaya selfie seakan menjadi media untuk promosi diri untuk berbagai kalangan terutama di media sosial. Miliki sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup adalah baik, tidak mendatangkan masalah atau dosa maka dalam melakukan foto narsisis / swafoto atau selfie haruslah memiliki rambu dalam diri yang didapat misal dari merenungkan Firman Tuhan serta melakukannya ditengah-tengah budaya selfie yang semakin menjadi bagian hidup terlebih-lebih hadirnya Camera Drones / drone untuk berfoto.