Teks di atas yang perlu diperhatikan bahwa kata uang adalah terjemahan menimbang perak seperti yang terjadi dalam Kejadian 23:16 dimana perak adalah setara dengan uang yang dapat diterima berbagai kawasan di Israel dan sekitarnya pada masa itu. Dengan menukar perak yang ditimbang dapat ditukar dengan sejumlah makanan dan aneka produk, { תִשְׁקְלוּ־כֶסֶף } Selain Perak identik atau setara dengan uang, perak juga bentuk simpanan kekayaan keluarga.
Dalam konteks saat ini, komoditi emas adalah komoditi yang lebih likuiditas setara dengan uang dan dapat dipakai sebagai penbayaran secara global dan atau dapat berfungsi alat menyimpan dan menumpuk kekayaan.
Dalam teks ada pertentangan antara membeli roti dengan membeli yang bukan roti seolah-olah membeli yang bukan roti itu tindakan keliru. Apakah demikian? Membeli produk bukan roti adalah orang-orang berusaha untuk membeli kebahagiaan, namun dalam teks berakhir dengan kecewaan. Mengapa? Jika kita memperhatikan kehidupan Salomo, Raja Israel yang mencapai puncak kejayaannya maka dikatakan dalam Pengkhotbah 2:8 : "Aku mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja dan daerah-daerah. Aku mencari biduan-biduan dan biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yaitu banyak gundik.... lalu di ayat 11 dikatakan, ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tidak ada keuntungan di bawah matahari.
Roti berbeda dengan perak. Roti adalah produk pangan, suatu syarat manusia hidup. Roti adalah makanan kegemaran yang disukai saat itu karena itu simbol roti atau produk lainnya dari apa pun yang berkontribusi untuk mendukung dan kenyamanan. Tapi itu hanya memberi kepuasan saat makan hingga rasa lapar hilang, bersifat sementara tetapi itu pengeluaran wajib sebab manusia perlu makan.
Menimbang perak dilakukan untuk memuaskan kebutuhan mengejar kepuasan untuk meraih kebahagiaan dalam kesenangan hidup, dan ambisi, aktualisasi diri, kebanggaan, dan sebagainya, tetapi akhirnya orang-orang sebanyak kecewa, karena dia akan menjadi siapa harus menghabiskan uangnya, dan pengadaan tidak ada yang akan menopang kehidupan sehingga dalam Yesaya 55:3 menasehatkan Berilah telinga, marilah kepada-Ku, dengarlah kiranya, maka jiwamu akan hidup; dan Aku akan membuat dengan kamu suatu perjanjian yang kekal, segala janji selamat Daud yang tiada terubahkan.
Yesaya menyampaikan bahwa kepuasan bukanlah diletakan kepada pemenuhan kebutuhan fisik semata dengan sejumlah produk seperti roti sebagai pangan yang lezat dan layak dikonsumsi atau seperti Salomo yang menganggarkan keuangannya untuk investasi / bisnis sepeerti dalam Pengkotbah 2:4-6 sehingga Salomo menerapkan manajemen "Pengeluaran Rumah Tangga" yang terdiri atas:
- Membelanjakannya untuk barang-barang konsumsi.
- Non konsumsi seperti tabungan, investasi , modal kerja dan atau asuransi
Memperhatikan keputusan berbelanja dengan benar adalah baik. Cerdik menentukan sasaran belanja yang disarankan berdasarkan situs di keuangan pribadi antara lain:
- Specifik. Gambaran tujuan itu harus detail.
- Measurable. Semua rencana pembelian harus dapat diukur dengan uang.
- Achievable. Setiap tujuan harus tercapai.
- Realistic. Tujuan keuangan harus masuk akal
- Time Frame. Setiap tujuan harus memiliki jangka waktu.
- Musibah tak terduga
- Sakit
- PHK atau hilangnya pernghasilan secara permanen lainnya.
- Perubahan makro ekonomi.
- Tidak mampu mengendalikan gaya hidup dan ketidak puasan atau meningkatnya keinginan pemenuhan terhadap produk dan jasa.
Pengeluaran perak untuk memenuhi hasrat kebutuhan terjadi bagi semua rumah tangga di Israel saat itu. Hal yang sama terjadi dimana saja selama manusia memerlukan pemenuhan terhadap kebutuhan dan pemuasan terhadap produk dan jasa namun sekalipun hal tersebut dapat memuaskan manusia namun bersifat sementara dan tidak memberikan sesuatu yang bersifat seutuhnya sehingga tidak membuat kenyang manusia yang memiliki kebutuhan bukan hanya kebutuhan fisik melainkan hanya kebutuhan jiwa dan roh.
Pengajaran Firman Tuhan bukan saja mengajarkan agar pengeluaran keluarga dalam bentuk belanja hanya memperhatikan sisi aspek manajemen belanja namun harus memperhatikan kebutuhan spiritual dan hubungan keintiman dan Tuhan Allah serta berfungsi sosial ( menolong sesama misal memberi sumbangan )
Teks di atas bagian dari Yesaya 55 yang diberi judul perikop oleh Lembaga Alkitab Indonesia sebagai Seruan untuk turut serta dalam keselamatan yang dari Tuhan. Hal ini selaras dengan ajaran Yesus dalam Injil Lukas 9:25. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?
Firman Tuhan bukan sekedar memperhatikan pengelolaan pengeluaran rumah tangga yang sehat, namun harus juga menbina keintiman dengan Tuhan sebab Dia mengetahui segala jalan hidup masa lalu, saat ini dan masa mendatang. (Yesaya 55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!)
Teks mengajarkan bahwa belanja tidak dapat mengenyangkan, sebab kepuasan hanya sesaat dan senantiasa memerlukan pengulangan pengeluaran kembali sekalipun kepuasannya dinikmati sesaat saja. Tuhan memberitahukan bahwa di dalam DIA ada sesuatu yang mengenyangkan dengan menyamakan dengan memakan yang baik dan yang lezat. Tuhan mengundang kita untuk datang kepadaNya. (Yesaya 55:1 Hai kamu sekalian yang berdahaga! marilah kepada air, dan kamu yang tiada beruang, marilah, belilah dan makanlah, bahkan, marilah, belilah air anggur dan air susu dengan tiada uang dan dengan tiada harga! bandingkan Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.)
Pemberian yang disediakan Tuhan bukan saja untuk kehidupan jasmani tetapi kebutuhan jiwa dan roh sehingga ada kepuasan yang menyeluruh. Dia ingin agar jiwa Anda segar sekalipun mungkin anggaran belanja di bawah rata-rata pengeluaran lingkungan sekitar sehingga semuanya habis untuk konsumsi dan sulit menabung dan investasi {Yesaya 55:3}
Tuhan dapat memberikan kepuasan dan sukacita melampaui akal budi dan pengertian kita bila hubungan kita intim dengan Tuhan Allah, Sang Bapa Pemelihara Jiwa.