-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pengantar Manajemen Lingkungan Dan Energi

Minggu, 05 November 2017 | November 05, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2023-07-10T19:29:42Z
Wahyu 7:3 katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"

Sebelum meterai ketujuh dibuka maka terjadilah orang-orang dari bangsa Israel dimeteraikan. Wycliffe mencatat ada empat penafsiran tentang hal ini, yaitu:
  1. Hal di atas adalah "Menggambarkan proses perlindungan yang berkesinambungan dalam berbagai pencobaan dan penderitaan sepanjang zaman hingga kesudahan."
  2. Mengidentifikasi mereka sebagai orang Kristen, Gereja - dan pandangan ini dianut oleh banyak penafsir yang berpengaruh seperti Bengel. Alford, Lenski, David Brown, Milligan, dan lain-lain.
  3. Albert Barnes bahwa angka ini mengacu pada sepuluh divisi Gereja Kristen. Beberapa sekte telah menyatakan diri termasuk dalam kelompok tersebut, seperti sekte Yesril dari angkatan sebelumnya.
  4. Nas ini merupakan nubuat tentang anak-anak Israel pada akhir zaman. Pakar terkemuka tentang nubuat dari abad ke-19. J. H. Todd merangkum pandangan ini dengan berkata, "Sesuai benar dengan fakta yang dinyatakan dalam banyak nubuat, nubuat ini memberitahukan kepada kita bahwa dalam periode yang disebutkan dalam penglihatan ini, bangsa Yahudi akan ada sebagai sebuah bangsa, dan sebagian besar dari mereka masih tetap tidak percaya kepada Kristus."
Terlepas dari benar atau tidaknya tafsiran di atas tentang bumi tidak "dirusak" karena belum ditiupnya 7 sangkakala ( Wahyu 8:6-11) akan tetapi manusia telah diperhadapkan akibat efek rumah kaca akibat ulahnya sendiri yang tidak menjaga kelestarian lingkungan hidup sekalipun misalnya ada ISO 14001, dan atau sistem manajemen energi ISO 50001 yang menjadi standard kegiatan perusahaan didunia agar bumi tidak rusak sebelum masa kerusakan hadir, misalnya:
  • Sangkakala pertama "hujan es dan api bercampur darah"
  • Sangkakalanya dan ada sesuatu seperti gunung besar, yang menyala-nyala oleh api, dilemparkan ke dalam laut.
  • Sangkakala ke tiga jatuhnya benda langit yaitu "bintang yang bernyala-nyala seperti obor menimpa bumi"
  • Dan seterusnya sampai sangkakala ke tujuh ( Ini perlu artikel khusus )
Dampak kerusakan akibat "kelalaian manusia" saat ini menurut http://www.dw.com (bukan dalam bentuk hukuman dengan ditiupnya sangkakala) antara lain:
  • Badai dan Petir Makin Intensif
    Energi panas beraksi seperti bahan bakar bagi awan badai. Jika temperatur global terus naik, aktivitas badai dan petir akan makin intensif. warga di kawasan badai akan makin menderita. Jumlah kebakaran hutan akibat sambaran petir akan meningkat. Petir ciptakan gas rumah kaca NOx di atmosfir yang secara tak langsung meregulasi gas rumah kaca lainnya, seperti ozon dan methana.
  • Gunung Es Sumbat Samudra
    Gletser di Greenland lumer dan pecah menjadi bongkahan gunung es yang mengapung di samudra Atlantik Utara. Lembaga maritim internasional melaporkan, bulan April 2017 tercatat 400 bongkahan gunung es menghalangi jalur pelayaran. Naiknya temperatur memicu makin banyak gunjung es pecah dan mengapung ke laut terbuka.
  • Aktivitas Vulkanik Meningkat
    Sepertinya tidak ada korelasi antara perubahan iklim dengan naiknya aktivitas gunung api. Nyatanya Bumi memiliki dinamika yang sulit diprediksi. Contohnya di Islandia, gunung api dan gletser sudah ko-eksis puluhan ribu tahun. Saat lapisan es setebal 2 km mencair, tekanan terhadap kerak Bumi berkurang dan akibatnya aktivitas vulkanisme dan magmatisme meningkat tajam.
  • Gurun Makin Gersang dan Meluas
    Gurun pasir sebetulnya penuh dengan kehidupan. Baik di tingkat bakteria maupun flora dan fauna khas. Tapi jika suhu terus naik, koloni bakteri akan musnah, dan juga flora dan fauna gurun mati. Akibatnya gurun makin gampang dilanda erosi dan terus meluas.
  • Turbulensi Udara Makin Hebat
    Perubahan iklim akibat aktivitas manusia juga memiliki kaitan dengan makin hebatnya turbulensi udara di atmosfir. Penelitian yang dilakukan Universitas Reading, Inggris meenunjukkan, jika kadar karbon dioksida meningkat dua kali lipat, kasus turbulensi udara di jalur penerbangan akan naik sekitar 150 persen. Ini berarti ancaman risiko penerbangan juga meningkat.
  • Laut Jadi Keruh dan Pekat
    Akibat perubahan iklim, curah hujan meningkat, dan sungai-sungai yang bermuara ke laut makin banyak membawa sedimen lumpur. Laut jadi keruh dan gelap. Fenomena ini sudah diamati terjadi di pesisir Norwegia. Dampaknya banyak flora dan fauna laut tidak lagi mendapat cahaya matahari dan mati.
  • Manusia Jadi Lebih Mudah Stres
    Situasi perasaan manusia juga amat peka terhadap perubahan iklim. Para hali psikologi sosial sejak lama mengamati fenomena makin hangatnya iklim dengan naiknya perilaku impulsiv dan aksi kekerasan. Terutama di negara kawasan khatulistiwa diamati orang makin mudah stres. Juga pemanasan global bisa memicu konflik global, akibat perebutan sumber daya alam seperti air dan bahan pangan.
  • Kasus Alergi Makin Parah
    Makin hangat Bumi, di belahan Bumi utara musim semi datang lebih cepat dan musim panas tambah panjang. Dampaknya tanaman pemicu alergi makin panjang masa berbunganya. Penghitungan volume serbuk sari pemicu alergi diramalkan naik 2 kali lipat dalam tiga dekade mendatang. Artinya musim alergi juga tambah panjang dan penderitaan penderitanya makin parah.
  • Hewan Lakukan Evolusi Jadi Kerdil
    Hewan kecil, terutama mamalia, populasinya akan berkembang biak dengan cepat. Inilah respons evolusi yang lazim yang terlihat dalam beberapa periode pemanasan global jutaan tahun silam. Di zaman Paleocen hingga Eocen sekitar 50 juta tahun silam, saat suhu Bumi naik sampai 8 derajat Celsius, hampir semua mamalia "mengkerdilkan" diri untuk beradaptasi.
  • Penyebaran Benih Tanaman Terhambat
    Yang juga sering diremehkan terkait efek pemanasan global, adalah perilaku serangga, misalnya semut. Riset Harvard Forrest di Massachusetts menunjukkan, semut yang berperan dalam penyebaran benih tanaman, memilih tidak beraktivitas jika suhu naik. Juga kegiatan koloni melakukan sirkulasi nutrisi pada tanah berhenti. Semut akan aktif lagi jika suhu kembali normal.
Di sisi lain Ilmuwan Stephen Hawkin memperkirakan manusia hanya punya waktu 100 tahun untuk tinggal di Bumi.

Untuk mengurangi dampak pemanasan global dalam tinjauan manajemen maka diterapkannya sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2015 yang menurut Hilman dan Kristiningrum memiliki manfaat, yaitu:
  • Pengurangan pencemaran lingkungan,
  • Peningkatan pada proses efisiensi,
  • Peningkatan pada kinerja manajemen/moral kerja,
  • Peningkatan kepuasan konsumen,
  • Peningkatan pemenuhan peraturan lingkungan, dan
  • Peningkatan penjualan.
Pengawetan, pelestarian lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dengan pengunaan energi sehingga sebaiknya diikuti dengan sistem manajemen energi ISO 50001 untuk mendukung organisasi dalam upaya mereka menyusun dan mengimplementasikan suatu sistem manajemen energi yang komprehensif, serta untuk terus meningkatkan kinerja energi mereka. Berdasarkan pemenuhan persyaratan hukum, identifikasi dan analisa dari semua yang berhubungan dengan pertimbangan energi, membuat transparan aliran energi, menghemat biaya, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Efek rumah kaca ditargetkan menghadang laju pemanasan global di kisaran dua derajat Celcius seperti yang tertera pada Perjanjian Iklim Paris. Daerah tropis seperti Indonesia akan lebih sering didera gelombang panas mematikan. Ilmuwan yakin tren ini tidak bisa dihentikan. Indonesia diyakini bakal menghadapi lebih dari 300 gelombang panas setiap tahun. Nasib serupa akan dialami Filipina, Brazil, Venezuela, Sri Lanka, India, Australia dan Nigeria. "Dengan temperatur dan kelembapan yang tinggi, hanya butuh sedikit pemanasan untuk mengubah cuaca menjadi mematikan," kata Camilo Mora, Guru Besar Biologi di Universitas Hawaii.

Gelombang panas adalah salah satu dampak yang akan timbul sebelum hadirnya sangkakala karena harus dilakukan pemeteraian terlebih dahulu terhadap suku di Israel sehingga kerusakan bumi semata-mata bukan kutuk atau hukuman TUHAN.

Menjelang akhir zaman, pintu anugerah pertobatan dan keselamatan masih terbuka dan disisi lain manusia masih dapat mencegah kerusakan lingkungan hidup terlebih lebih dengan ada kesepakatan di Paris untuk mengendalikan laju efek rumah kaca sebesar dua derajat celcius dan pemanfaat energi "terbarukan" secara lebih optimal ....meskipun dipandang skeptis oleh Stephen Hawkin.


Bumi, laut dan pohon pohon tidak dirusak oleh malaikat peniup sangkakala sebab penghakiman belum dilakukan. Ini kiranya menjadikan kita mengunakan waktu yang ada sebagai kesempatan yang masih tersedia agar hidup lebih berarti untuk sektor industri menerapkan segala sesuatu yang ramah lingkungan hidup dan energi.
×
Berita Terbaru Update