Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Selasa, 06 Maret 2018

Kisah Ayub

Ayub (bahasa Ibrani: אִיּוֹב, bahasa Inggris: Job) adalah tokoh utama dalam Kitab Ayub.

Kisah Ayub dimulai dengan gambaran sebagai orang yang hidup dengan benar diberkati pada zamannya. Tuhan itu memuji Ayub dan Iblis menyatakan bahwa karena pagar anugerah TUHAN semata, Ayub tumbuh menjadi orang benar dihadapan Tuhan. Iblis untuk menantang integritas Ayub dan memohon Allah menghilangkan perlindungan Ayub, Allah mengizinkan Iblis untuk mengambil kekayaannya, anak-anaknya, dan kesehatan fisiknya untuk mencobai Ayub untuk mengutuki Allah. Meskipun keadaan sulit, dia tidak mengutuki Allah, melainkan mengutuk hari kelahirannya. Dan meskipun ia protes penderitaan dan memohon penjelasan, ia berhenti dengan singkat menuduh Tuhan tidak adil.

Di dalam pagar perisai anugerah Allah, Ayub memiliki :
  • 7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. 
  • 7000 ekor kambing domba 
  • 3000 ekor unta 
  • 500 pasang lembu 
  • 500 keledai betina 
  • budak-budak dalam jumlah yang sangat besar 
Saat Iblis diizinkan Tuhan menguji Ayub, segala sesuatu yang dimiliki lenyap. Dalam kejatuhan sektor keuangan dan lenyapnya anak-anak, Ayub tetap tidak berubah setia. Ia tetap hidup benar di hadapan TUHAN.

Ujian kedua pun datang, Iblis untuk menghadap TUHAN. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." (ayub 1:10)
Firman TUHAN kepada Iblis:
"Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan."[Ayub 1:11]
Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:
"Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."[Ayub 1:12]
Maka firman TUHAN kepada Iblis:
"Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."[aYUB 1:13]

Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.[ayub 1:14] Penyakit ini menyebabkan :
Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.[ayub 1:15]

Sebagian besar kitab ini terdiri dari percakapan antara Ayub dan ketiga temannya mengenai kondisi Ayub dan alasan yang mungkin, Ketiga sahabat Ayub – Elifas, Bildad, dan Zafor – datang untuk menghiburnya serta berbicara mengenai tragedi beruntun yang menghancurkannya. Mereka berkeras bahwa penderitaan merupakan hukuman atas dosa dalam hidupnya. Akan tetapi, walaupun melalui semua ini, Ayub tetap setia kepada Allah dan membantah dengan mengatakan bahwa ia tidak berdosa dalam hidupnya. Sahabat yang ke-empat, Elihu mengatakan kepada Ayub bahwa ia harus merendahkan dirinya dan tunduk kepada Allah sendiri da mendapatkan pelajaran berharga tentang kemahakuasaan Allah dan betapa pentingnya untuk memercayai Allah sepenuhnya. Kemudian Ayub pun dipulihkan baik kesehatan, kebahagiaan, maupun kemakmurannya …. bahkan lebih dari keadaan yang semula.

Kisah Ayub dalam kitab Ayub mengungkapkan bahwa : “Kesulitan”;”Penderitaan”; “Penghiburan”. Untuk hidup dalam iman diperlukan ketekunan. Meskipun mendapat siksa dan “kesulitan”, Ayub tetap tabah dalam iman percayanya kepada Allah, seperti yang dikatakan kepada istrinya “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (2:10). Orang orang kristen masa kini, sama seperti Ayub, dapat bersandar fakta bahwa Allah itu adil, Mahakuasa, Mahatahu dan berdaulat. Ia akan “memberi kenyamanan” bagi kita jika kita datang kepada-Nya.

Kisah Ayub memberikan wawasan hidup beriman dengan berpegang kepada prinsip:
  • Iblis tidak dapat membawa kehancuran pada keuangan ataupun fisik kita kecuali jika ia mendapat izin dari Allah, dan Allah akan menentukan batasnya. 
  • Allah diluar kemampuan manusiawi kita untuk mengerti semua pertanyaan “mengapa” di balik berbagai penderitaan di bumi. 
  • Tetaplah tenang dan yakin … pelaku kejahatan akan menerima pembalasan dengan adil. 
  • Kita tidak dapat menyalahkan semua penderitaan yang terjadi pada dosa si penderita. 
  • Kadang-kadang penderitaan diizinkan terjadi dalam hidup kita untuk memurnikan, untuk menguji, untuk memberi pelajaran atau untuk menguatkan jiwa kita dengan menunjukkan bahwa ketika kita telah kehilangan semuanya, dan hanya Allah yang tersisa… Allah saja cukup. 
  • Allah berhak mendapatkan dan meminta kasih dan pujian kita terlepas dari nasib kita, baik maupun buruk. 
  • Allah akan melepaskan semua orang percaya dari penderitaan mereka dalam hidup ini dan hidup yang akan datang. 
Setelah Ayub bertahan dalam iman dan bertumbuh dalam kedewasaan pengenalan akan Tuhan, maka TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas. TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat:
  • 14000 ekor kambing domba 
  • 6000 unta 
  • 1000 pasang lembu 
  • 1000 ekor keledai betina.[Ayub 42:10-12] 
  • Ia juga mendapat 7 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan; dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.[Ayub 41:13-15] 
Sesudah itu Ayub masih hidup 140 tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat. Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.


Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)