Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Sabtu, 02 Agustus 2025

Kecerdasan Buatan dalam Keuangan dan Sosial Menuju Great Reset

Great Reset adalah inisiatif yang diperkenalkan oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada tahun 2020, bertujuan merancang ulang sistem ekonomi dan sosial secara menyeluruh. Aspek penting dari Great Reset adalah pemanfaatan teknologi-teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan (AI) yang dianggap sebagai salah satu teknologi kunci dalam Revolusi Industri Keempat yang merupakan bagian integral dari Great Reset.

Dalam great reset, pengunaan kecerdasan buatan dalam sistem keuangan dirancangkan agar menghasilkan dampak:
  • Digitalisasi dan Efisiensi yaitu AI (Kecerdasan buatan) diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam sistem keuangan melalui otomatisasi proses, pengambilan keputusan yang lebih cepat, dan pengurangan risiko manusia. Misalnya, AI dapat digunakan untuk mengotomatisasi proses penilaian kredit, meningkatkan efisiensi dalam layanan pelanggan, dan memperkuat stabilitas sistem keuangan global.
  • Pengembangan Produk dan Layanan Keuangan yaitu AI dapat membantu dalam pengembangan produk dan layanan keuangan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Misalnya, AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi peluang investasi baru, mengelola risiko dengan lebih baik, dan memperbaiki pengalaman pelanggan.
  • Pengaruh pada Pekerjaan dan Keterampilan yaitu Kemajuan teknologi seperti AI dan robotik dapat menyebabkan perubahan besar dalam dunia kerja, meningkatkan produktivitas tetapi juga mengancam banyak pekerjaan konvensional. Namun, Great Reset juga menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan ulang untuk mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang lebih adaptif dan fleksibel.

Dalam great reset, pengunaan kecerdasan buatan dalam sistem sosial dirancangkan agar menghasilkan dampak:

  • Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Hidup yaitu AI dapat meningkatkan produktivitas dalam berbagai sektor, sehingga memungkinkan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk diinvestasikan dalam kualitas hidup yang lebih baik. Misalnya, AI dapat digunakan dalam kesehatan, pendidikan, dan layanan publik untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan.
  • Pengaruh pada Kepemilikan dan Aksesibilitas yaitu di masa depan orang tidak perlu memiliki aset sendiri, tetapi bisa menyewa segalanya (rumah, kendaraan, perangkat elektronik, dll.). Hal ini dapat mengurangi kepemilikan properti dan meningkatkan model ekonomi berbasis layanan.
  • Pengaruh pada Privasi dan Kebebasan yaitu penggunaan AI dalam sistem keuangan dan sosial dapat mengurangi privasi individu, karena data pribadi lebih banyak dikumpulkan dan dianalisis. Namun, Great Reset juga menekankan pentingnya regulasi dan perlindungan data untuk memastikan bahwa teknologi digunakan secara etis dan bertanggung jawab.

Dalam merancang masa depan agar terjadi "Great Reset" yang dianggap baik menurut "Forum Ekonomi Dunia (WEF)" maka disadari oleh pembuat keputusan akan menghadapi tantangan dan resiko seperti:
- Risiko Ekonomi dan Keuangan yaitu AI dapat memperburuk resesi ekonomi melalui dampaknya pada rantai pasokan global. Misalnya, AI yang dilatih dengan informasi yang usang dapat menyebabkan kesalahan dalam peramalan, yang kemudian dapat mengakibatkan lonjakan produksi dan inventaris yang lebih cepat, serta keterlambatan dan kekurangan pasokan kritis di seluruh ekonomi global.
- Risiko Sosial dan Politik yaitu perubahan besar dalam sistem ekonomi dan sosial dapat menyebabkan ketidakpuasan politik dan ketidakstabilan, yang pada gilirannya dapat lebih merusak stabilitas keuangan. Oleh karena itu, penting bagi para pembuat kebijakan untuk mengantisipasi dan mengelola risiko-risiko ini dengan hati-hati.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kecerdasan buatan dirancang agar menghasilkan "Great Reset" yang diharapkan berdampak kepada:
- Transformasi Bisnis dan Inovasi yaitu AI dapat membantu perusahaan dalam mengembangkan model bisnis yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Misalnya, AI dapat digunakan untuk mengotomatisasi proses kerja, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperbaiki pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan tujuan Great Reset untuk mempromosikan inovasi dan transformasi digital dalam berbagai sektor.
- Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi yaitu AI dapat meningkatkan produktivitas dengan mengotomatisasi tugas-tugas yang berulang dan memungkinkan manusia untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih kreatif dan strategis. Hal ini dapat membantu dalam mencapai tujuan Great Reset untuk membangun ekonomi yang lebih efisien dan berkelanjutan.
- Pengembangan Sistem Ekonomi yang Berkelanjutan yaitu AI dapat digunakan untuk mengembangkan sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan, misalnya dengan memonitoring dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam, mengurangi emisi karbon, dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan tujuan Great Reset untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
- Pengaruh pada Tenaga Kerja yaitu memunculkan kekhawatiran bahwa teknologi ini dapat menggantikan pekerjaan manusia, terutama dalam sektor yang bersifat proses. Namun, Great Reset juga menekankan pentingnya pendidikan dan pelatihan ulang untuk mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang lebih adaptif dan fleksibel. - Pengaruh pada Sektor Keuangan yaitu AI dapat membantu dalam transformasi digital layanan keuangan, peningkatan inklusivitas keuangan, dan pengembangan produk dan layanan yang lebih berkelanjutan. Misalnya, AI dapat digunakan untuk mengotomatisasi proses penilaian kredit, meningkatkan efisiensi dalam layanan pelanggan, dan memperkuat stabilitas sistem keuangan global.

Jika melihat ke dalam Kitab Wahyu, Great Reset adalah upaya kaum elit global untuk melakukan total kontrol terhadap seluruh populasi umat manusia di bumi dengan sehingga dapat merekayasa perilaku manusia agar mencapai tujuan yang menjadi perhatian mereka yaitu keuangan. Jika memperhatikan Wahyu 13:17 maka yang sering diperbincangkan dalam konteks ini alat pembayaran dan teknologi modern.

Bicara alat pembayaran saat ini maka secara sederhana di bedakan menjadi:
- Uang Tunai: Uang tunai adalah alat pembayaran fisik yang berupa kertas atau logam. Karakteristiknya adalah anonimitas dan anonimitas transaksi, serta kemudahan dalam transaksi kecil.
- Rekening Bank: Rekening bank adalah alat pembayaran yang menggunakan sistem perbankan. Karakteristiknya adalah keamanan yang tinggi, kemampuan untuk melakukan transaksi besar, dan rekam jejak transaksi yang jelas.
- Pembayaran Digital: Pembayaran digital adalah alat pembayaran yang menggunakan teknologi digital, seperti e-wallet, mobile banking, dan QR Code. Karakteristiknya adalah kemudahan penggunaan, kecepatan transaksi, dan kemampuan untuk melakukan transaksi tanpa kontak fisik.

Bicara teknologi modern dalam great reset maka itu terkait dengan Sistem Pembayaran Digital seperti tertuang dalam BSPI 2030 agar dapat "Mengakselerasi Ekonomi Digital Nasional untuk Generasi Mendatang" sehingga mencakup ke dalam bidang "Infrastruktur, Industri, Inovasi, Internasional, Uang Digital / Rupiah Digital." Teknologi modern sistem pembayaran ditargetkan tahun 2030 sudah dapat terwujud.

Program Great Reset sektor keuangan yang populer dibicarakan saat ini adalah "Payment ID". Beberapa aspek penting dari hubungan Payment ID dengan program Great Reset sektor keuangan tahun 2030 yang bertujuan untuk mempercepat digitalisasi sistem pembayaran nasional dan meningkatkan inklusivitas keuangan di Indonesia adalah:
1. Digitalisasi Sistem Pembayaran terkait Payment ID adalah salah satu komponen penting dari Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030. Program ini bertujuan untuk mempercepat digitalisasi sistem pembayaran nasional, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih efisien dan inklusif. Payment ID akan memungkinkan integrasi data transaksi dari berbagai sumber ke dalam satu identitas tunggal, sehingga mempermudah pelacakan dan manajemen transaksi keuangan.
2. Inklusivitas Keuangan terkait salah satu tujuan utama dari Great Reset sektor keuangan adalah meningkatkan inklusivitas keuangan, yaitu memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat terhadap layanan keuangan. Payment ID akan membantu mencapai tujuan ini dengan menyediakan data yang terintegrasi dan terpercaya, sehingga memungkinkan lembaga keuangan untuk memberikan layanan yang lebih inklusif dan terjangkau kepada seluruh lapisan masyarakat.
3. Keamanan dan Perlindungan Data terkait Program Great Reset sektor keuangan menekankan pentingnya keamanan dan perlindungan data. Payment ID menggunakan skema persetujuan eksplisit (consent-based) untuk mengakses data individu, sehingga memastikan bahwa privasi dan keamanan data pengguna terjaga dengan baik. Hal ini sejalan dengan tujuan program Great Reset untuk menciptakan lingkungan keuangan yang aman dan terpercaya.
4. Pengembangan Produk dan Layanan Keuangan terkait Payment ID akan memungkinkan lembaga keuangan untuk mengembangkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan akses yang lebih mudah ke data transaksi yang terintegrasi, lembaga keuangan dapat mengembangkan produk kredit, investasi, dan layanan lainnya yang lebih efektif dan inklusif.
5. Pemantauan dan Pengendalian Transaksi terkait Payment ID akan membantu otoritas keuangan dalam pemantauan dan pengendalian transaksi keuangan. Hal ini akan memungkinkan deteksi dini potensi penyalahgunaan, seperti pencucian uang, pendanaan ilegal, atau transaksi mencurigakan lainnya. Dengan demikian, sistem keuangan nasional akan menjadi lebih stabil dan terpercaya.
6. Transformasi Digital Pemerintah terkait Program Great Reset sektor keuangan juga bertujuan untuk mendukung transformasi digital pemerintah. Payment ID akan menjadi salah satu alat penting dalam mencapai tujuan ini, dengan menyediakan data yang terintegrasi dan terpercaya untuk mendukung pengambilan kebijakan yang lebih efektif dan inklusif.
7. Peningkatan Efisiensi dan Transparansi terkait Payment ID akan meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam sistem keuangan nasional. Dengan integrasi data transaksi yang terpadu, lembaga keuangan dapat melakukan penilaian kredit dan pengelolaan risiko dengan lebih cepat dan akurat. Hal ini akan menciptakan lingkungan keuangan yang lebih efisien dan transparan, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Payment Id pada tahun 2029, akan berfungsi secara penuh dan terintegrasi dalam sistem keuangan nasional. Fungsi utama yang diharapkan dari sistem Payment ID pada tahun 2029 adalah:
- Identifikasi dan Profil Pengguna karena payment ID akan berfungsi sebagai identitas unik yang terkait dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk mengidentifikasi profil pengguna sistem pembayaran secara spesifik. Hal ini akan memungkinkan lembaga keuangan untuk mengakses profil keuangan calon nasabah dengan lebih mudah dan akurat.
- Otentikasi Data Transaksi karena payment ID akan digunakan sebagai kunci otentikasi untuk memastikan keaslian dan validitas data transaksi. Dengan demikian, sistem ini akan meningkatkan keamanan dan kepercayaan dalam transaksi keuangan.
- Konektivitas Data karena Payment ID akan menghubungkan seluruh transaksi keuangan individu, baik melalui rekening bank, dompet digital, atau kanal pembayaran lainnya. Seluruh riwayat keuangan—mulai dari pemasukan, pengeluaran, pinjaman, investasi, hingga aktivitas berisiko seperti judi online dan pinjaman ilegal—dapat terpantau secara real-time.
- Penggunaan dalam Penilaian Kredit karena lembaga keuangan dapat menggunakan Payment ID untuk melakukan penilaian kredit secara lebih cepat dan akurat. Data dari berbagai sumber akan dikonsolidasikan dalam satu identitas tunggal, sehingga memudahkan proses penilaian kelayakan kredit.
- Pengendalian dan Pemantauan Transaksi sebab Payment ID akan membantu mendeteksi potensi penyalahgunaan, seperti pencucian uang, pendanaan ilegal, atau transaksi mencurigakan lainnya. Hal ini akan meningkatkan integritas sistem keuangan nasional.
- Perlindungan Data dan Privasi karena penggunaan Payment ID akan sepenuhnya tunduk pada prinsip perlindungan data pribadi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Akses data hanya dapat dilakukan oleh pihak berwenang yang memiliki kontrak atau kerja sama dengan BI, dengan persetujuan pemilik data (private consent based). Sinkronisasi dengan Data Kependudukan karena Payment ID juga akan disinkronkan dengan data kependudukan dari Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri.

Sistem kontrol yang ketat yang bertujuan untuk kebaikan adalah sesuatu yang dapat mudah disalahgunakan oleh penguasa yang lalim. Hal lain ada diterapkannya ISO 20022 untuk mengantikan Sistem SWIFT dalam transaksi global sehingga tujuan dari Great Reset terfokus kepada uang. Ini membuktikan kebenaran Alkitab bahwa akar kejahatan adalah uang dan umat TUHAN harus menang terhadap godaan uang yang begitu dominan dalam melakukan desain masa depan yang baru dalam tata dunia baru yang dicanangkan elit global.

Kecerdasan buatan dalam sistem keuangan dan sistem sosial menuju great reset adalah didasari semangat total kontrol atas semua manusia di bumi yang terkait agenda tentang "tanda" yang diberikan kepada orang-orang, yang memungkinkan mereka untuk membeli atau menjual karena semuanya lewat transaksi digital. Pengertian dari sejumlah penafsiran selama ini tentang Wahyu 13:17 antara lain:

  1. Penafsiran Simbolis
    - Tanda sebagai Simbol : Banyak teolog dan pengajar Kristen menginterpretasikan "tanda" dalam Wahyu 13:17 secara simbolis. Tanda ini dapat diartikan sebagai simbol dari kekuasaan dan pengaruh yang diberikan kepada antikristus. Dalam konteks ini, tanda tersebut bukanlah sesuatu yang fisik, melainkan representasi dari kekuatan ekonomi dan politik yang mengontrol manusia.
    - Mata Uang sebagai Simbol : Beberapa penafsir juga mengaitkan "tanda" dengan mata uang yang digunakan dalam transaksi. Mata uang Romawi pada zaman Kitab Wahyu sering kali memuat gambar kaisar dan merupakan simbol kekuasaan politik. Dengan demikian, penggunaan mata uang dapat diartikan sebagai penerimaan dan pengakuan terhadap kekuasaan tersebut.
  2. Penafsiran Literal
    - Teknologi Modern : Beberapa orang menginterpretasikan "tanda" secara literal sebagai teknologi modern seperti microchip atau teknologi pembayaran digital. Misalnya, teknologi NFC (Near Field Communication) yang digunakan dalam pembayaran nirkontak dapat dianggap sebagai bentuk "tanda" yang memungkinkan transaksi tanpa uang tunai.
    - Penggunaan Chip : Perusahaan seperti Walletmor telah mengembangkan teknologi microchip yang dapat ditanamkan di tubuh manusia untuk tujuan pembayaran. Penggunaan teknologi ini dapat diartikan sebagai penerapan "tanda" dalam konteks modern.
  3. Konteks Ekonomi dan Sosial
    - Kontrol Ekonomi : Ayat ini juga dapat diinterpretasikan dalam konteks kontrol ekonomi. Antikristus mencoba untuk mengontrol ekonomi dunia melalui tanda yang diberikan, sehingga orang yang tidak memiliki tanda tersebut tidak dapat berpartisipasi dalam transaksi ekonomi. Hal ini dapat diartikan sebagai bentuk penindasan ekonomi terhadap mereka yang menolak kekuasaan antikristus.
    - Boikot Ekonomi : Penafsiran lain adalah bahwa tanda tersebut merupakan bentuk boikot ekonomi terhadap mereka yang menolak kekuasaan antikristus. Orang Kristen pada zaman Kitab Wahyu sering mengalami kemiskinan dan kelaparan karena dikucilkan dari aktivitas ekonomi oleh penganiaya mereka.

Berdasarkan agenda dari forum ekonomi dunia (WEF) pelaksanaan total kontrol manusia dalam sektor keuangan dan sosial masyarakat berharap dapat direalisasikan tahun 2030 sehingga berlakunya pembatasan transaksi jual dan beli diduga mulai diterapkan pada tahun 2030. Setiap manusia akan mendapatkan kode unik yang harus dipakai untuk melakukan suatu transaksi di sisi lain yang namanya kepemilikan suatu benda atau properti akan sulit didapatkan karena diwajibkan untuk menyewa kepada mereka sehingga minimal transaksi yang harus dilakukan manusia adalah menyewa asset untuk menjalani hidup normal. Apakah akan ada penyitaan atau mengambil alih terhadap asset kepemilikan pribadi? Ataukah sistem upah hanya diberi sesuai dengan biaya hidup yang dibutuhkan untuk menyewa segala sesuatu? Ataukah manusia saat ini seperti binatang peliharaan yang cukup diberikan kebutuhan dasar untuk hidup karena tidak mampu bekerja sebab harus bersaing dengan kecerdasan buatan yang sangat produktif karena tujuan utama kecerdasan buatan untuk memaksimalkan efisiensi, apa pun arahnya bukan membantu manusia berkembang optimal.

Kiranya TUHAN mempercepat segala sesuatu termasuk kedatangan-Nya kembali ke dunia sebab jika tidak dipercepat sulit ada orang yang selamat dari rencana yang disusun menurut Kitab Wahyu adalah "binatang yang keluar dari laut dan binatang yang keluar dari bumi". Langkah yang dapat diambil adalah bagaimana menjadi sikap hati agar tidak sarat dengan kenikmatan dunia yang ditawarkan oleh kepemilikan akses terhadap uang dan aneka kekayaan lainnya di dunia.

Kirannya TUHAN menolong agar dapat mengiring DIA yang telah menebus dari kesia-siaan akibat dosa meskipun agenda great reset dilakukan sesuai dengan telah diagendakan oleh elit global.







Tulisan lainnya di werua blog:
Menuju Masyarakat Tanpa Uang Tunai
Perjuangan Atasi Ketamakan Dan Perhambaan uang
Menuju Sistem Keuangan 666
Hamba Uang
Krisis Keluarga Akibat Keuangan
Pengaruh Inflasi Terhadap beban Hidup Dan Penderitaan
Hidup Krisis Waktu Resesi
Korban Kejahatan Masa Kini Berakibat Jadi Miskin
Jual Beli Secara Online
Kehidupan Kristen Yang Berakhir di Neraka


Share this

Random Posts

Label Mobile

Dogmatika (76) Hermeneutika (82) Lainnya (98) Resensi buku (9) Sains (57) Sistimatika (72) Video (9) biblika (86) budaya (54) dasar iman (104) karakter (44) konseling (88) manajemen (75) pendidikan (60) peristiwa (73) sospol (69) spritualitas (94) tokoh alkitab (44)