Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." ( Ibrani 13:5)
Menjadi hamba uang berarti memiliki keinginan atau nafsu yang berlebihan terhadap kekayaan dunia ini, mencemburui orang-orang yang mempunyai lebih banyak daripada kita. Kita tidak boleh memberi tempat kepada dosa ini di dalam tindak-tanduk kita, karena sekalipun ini adalah nafsu tersembunyi yang bercokol di dalam hati, apabila tidak ditaklukkan maka ia akan memasuki tindak-tanduk kita, dan muncul di dalam perkataan dan perbuatan kita. Kita harus berusaha untuk tidak saja menundukkan dosa ini, tetapi juga mencabutnya dari jiwa kita.
Kewajiban dan anugerah yang bertentangan dengan sikap memperhambakan diri terhadap uang, yaitu merasa puas dan senang dengan apa yang ada pada kita, yaitu segala sesuatu yang ada sekarang, sebab hal-hal yang sudah lalu tidak dapat dikembalikan, sedangkan hal-hal yang akan datang berada di tangan Allah. Kita harus mencukupkan diri dengan apa yang diberikan Allah kepada kita hari demi hari, sekalipun itu masih kurang baik bila dibandingkan dengan apa yang telah kita nikmati sebelumnya, dan sekalipun itu tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan untuk masa depan. Kita harus mencukupkan diri dengan bagian kita saat ini. Kita harus mengarahkan pikiran kita pada keadaan kita yang sekarang, dan inilah cara yang ampuh supaya kita merasa puas.
Haman sudah menjadi kesayangan raja, tetapi masih belum puas. Ahab sudah menduduki takhta, tetapi masih belum puas. Adam sudah hidup di Firdaus, tetapi masih belum puas. Bahkan, para malaikat sudah tinggal di sorga, tetapi masih belum puas. Namun Paulus, sekalipun dihina dan tidak punya apa-apa, telah belajar mencukupkan diri dalam setiap keadaan, dalam segala keadaan.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan supaya kita tidak dikatakan sebagai hamba uang, namun juga tidak menjadi batu sandungan bagi sesama:
- Tuhan memerintahkan supaya kita bekerja. Bekerja itu kewajiban, jadi tidak salah kalau kita bekerja, mencari uang. Justru kalau kita tidak bekerja, kita bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Sejak awal Tuhan berfirman, "Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kejadian 2:15). Lagi pula dengan mendapatkan uang, kita mencukupi kebutuhan kita, sehingga tidak melanggar apa yang dikatakan dalam 2 Tesalonika 3:10, "Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan."
- Kita bisa menjadi hamba uang jika kita mengabaikan hubungan pribadi dengan Tuhan. ekerja atau mencari uang tidak boleh melupakan hubungan pribadi dengan Tuhan. Sekalipun kita sibuk mencari uang, tetapi kita harus menyediakan waktu tersendiri untuk bersekutu dengan Tuhan. Jika tidak, maka yang akan menguasai hidup kita bukan Tuhan, tetapi uang, jadi kita akan menjadi hamba uang. Kita juga lupa bahwa uang itu harta yang fana, sehingga kita seharusnya mengumulkan harta yang kekal..
- Kita bisa menjadi hamba uang jika kita mengabaikan waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Kita bekerja keras sampai mengurangi banyak waktu istirahat kita, sampai melupakan waktu makan kita, bahkan tidak memikirkan kesehatan kita sendiri. Kita juga melupakan waktu kebersamaan dengan pasangan dan anak anak kita. Yang menguasai pikiran kita, "yang penting saya mendapakan uang banyak dan kebutuhan mereka saya cukupi."
- Kita bisa menjadi hamba uang jika uang itu kita pakai semata mata hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. Tidak ada kepedulian dalam diri kita untuk menolong orang yang membutuhkan. Jangankan menolong orang yang membutuhkan, untuk memberikan persembahan atau sumbangan untuk kebutuhan pelayanan pun tidak pernah terpikirkan.
- Kita disebut hamba uang jika apa apa kita ukur dengan uang. Kita mengabaikan dimensi lain. Kita selalu berpikir, "yang pentinng ada uang, semua akan beres." Tentang orang yang datang kkepada kita, kita berpikir, 'paling-paling ujung-ujungnya butuh uang." Kita lupa ada dimensi lain, seperti kasih, kebersamaan, kesederhanaan, kepedulian, karena yang ada dalam pikiran kita hanya uang.
- Mejadi hamba uang sama artinya cinta akan uang, dan itu hanya akan menimbulkan kejahatan semata-mata. 1 Timotius 6:10 berkata, "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." Orang yang cinta uang akan memakai berbagai macam cara untuk mendapatkan uang, sekalipun itu bertentangan dengan firman Tuhan.
Alkitab juga berkata, “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Lukas 3:14) Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."
Beberapa teks Alkitab lainnya yang menasihatkan agar tidak jadi hamba uang diantaranya:
- 1 Yohanes 2:15-17 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
- Matius 6:19-21 Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
- Lukas 12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”