Berita nasional di Indonesia pada bulan Desember 2025 dihebohkan Roti O terapkan cashless secara mendadak dan mengejutkan. Pro dan kontra bermunculan yang memaksa pihak manajemen roti O mengkaji ulang keputusan yang telah dibuat.
Viralnya Pengunaan uang karena ditolaknya seorang nenek membeli roti O karena alat pembayarannya adalah uang tunai. Aturan pengunaan tunai di Indoensia di atur melalui undang-undang 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, tepatnya di pasal 23 ayat 1 yang tertulis "Setiap orang dilarang menolak untuk menerima Rupiah yang penyerahannya dimaksudkan sebagai pembayaran atau untuk menyelesaikan kewajiban yang harus dipenuhi dengan Rupiah dan/atau untuk transaksi keuangan lainnya di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali karena terdapat keraguan atas keaslian Rupiah.
Pegawai roti O menyarankan agar mengunakan QRIS. QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah standar nasional pembayaran digital berbasis kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI) bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dengan tokoh pentingnya Alm. Pungky Purnomo Wibowo. Tujuannya menyatukan berbagai kode QR dari penyedia layanan pembayaran yang sebelumnya terfragmentasi, sehingga merchant hanya perlu satu kode QR untuk menerima pembayaran dari berbagai e-wallet dan bank. Prinsip utamanya adalah UNGGUL (Universal, Gampang, Untung, Langsung), yang memudahkan transaksi nontunai bagi masyarakat dan UMKM. Sebelum QRIS, pembayaran digital di Indonesia (sekitar 2017) masih berantakan karena setiap fintech punya kode QR sendiri, menyulitkan pengguna dan merchant dan diluncurkan tanggal 17 Agustus 2019.
Gubernur Jakarta pada saat membuka Jakarta Economy Forum (JEF) 2025 di Plaza Tenggara Gelora Bung Karno (GBK), Senayan mencanangkan agar seluruh pasar tradisional di Ibu Kota akan beralih ke sistem pembayaran digital menggunakan QRIS mulai tahun depan (2026) yang sebelumnya menjadi tuan rumah Pekan QRIS Nasional 2025. Jika pemerintah provinsi Jakarta memaksakan semua transaksi mengunakan QRIS dan menolak uang tunai seperti yang terjadi di sebeluah gerai roti O apakah berarti keputusan gubernur lebih tinggi dari undang-undang mata uang yang disetujui oleh perintah pusat dan DPR?
1 Januari 2020 menjadi tonggak implementasi wajib penuh yang mewajibkan semua penyedia layanan QR e-wallet migrasi ke standar tunggal QRIS. Pada tahun 2022-2023 dimulai awal masa ekspansi cross-border dimulai, QRIS bisa digunakan di negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura melalui interoperabilitas. Pada tahun 2024-2025 terjadi inovasi seperti QRIS Tap NFC diluncurkan (Maret 2025), memungkinkan pembayaran tanpa scan via sentuhan ponsel NFC. Transaksi melonjak hingga Rp659 triliun pada 2025, dengan 56,3 juta pengguna. Rencana ekspansi ke China dan Korea Selatan pada 2026. Dengan QRIS menempatkan posisi Indonesia menjadi penting secara global menjelang era cashless (tanpa uang tunai)
Gubernur Jakarta ingin membuat Jakarta sebagai daerah percontohan cashless society, di mana uang fisik akan dihilangkan dan berganti menjadi uang digital dengan mengimplementasikan agenda CBDC alias Central Bank Digital Currency dari program Forum Ekonomi Dunia yang saat ini adalah ciri sistem komunis, total control sebagaimana dulu pernah diawali di Shenzhen di kota Cina provinsi Guandong sebuah cashless society di mana di kota itu tidak ada lagi uang cash. Semua orang membeli dengan cara digital. Lalu kemudian dari kota Shenzhen itu diterapkan di seluruh negara Cina dan sekarang Cina telah menjadi kota slavery karena total kontrol.
Negara slaveri perbudakan di mana hak asasi manusia dirampas di mana manusia tidak punya lagi kemerdekaan. Mereka harus tunduk kepada pemerintah bagaikan pemerintah itu adalah Tuhan melalui Sistem Kredit Sosial. Pemerintah telah merampas hak asasi yang diberikan Tuhan kepada manusia. Betapa mengerikannya penguasa yang membangun sistem kredit sosial. Perlu ketahui ini akan menyusahkan semua orang yang disadari atau tidak dapat memperbudak kehidupan semua orang karena dapat saja secara tiba tiba seluruh aset dibekukan.
Pengunaan tanpa uang tunai (cashless) membuat ketergantungan kepada infrastruktur teknologi informatika sangat dominan sekali. Dasar dari teknologi informatika adalah ketersediaan listrik yang sangat vital. Apakah sudah siap hadapi permasalah urusan listrik sebagai problem yang mendasar? Banjir di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat bulan Desember menjadi bahan perenungan bahwa betapa rapuhnya jaring energi listrik. Bila telah menjadi cashless society maka penderitaan yang dialami bencana banjir dan longsor Sumatra 2025 akan lebih berat. Sumatra terutama Aceh hanya kena siklon tropis kategori 0-1 bukan hurricane berakibat listrik padam lama sekali.
Secara undang undang, uang kartal diatur oleh undang-undang yang sah berlaku di Indonesia sehingga kekuasaan keuangan dipegang oleh negara yang mengeluarkan / mencetak uang sekaligus simbol atau lambang negara berdaulat. Dalam Wahyu 13:17 kondisi kedaulatan bangsa-bangsa telah runtuh dan dikendalikan oleh binatang yaitu antikristus sehingga secara global transaksi semuanya digital. Selama suatu negara memiliki kedaulatan secara ekonomi seharusnya tetap mengeluarkan uang kartal sebagai simbol kedaulatan ekonomi dan mata uang suatu bangsa yang sah secara hukum internasional.
Era masyarakat tanpa uang tunai tidak dapat dilepaskan dari digital ID dan payment ID. Digital ID yang didukung oleh Bill Gates dengan program ID2020 agar mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan dan keuangan termasuk hak asasi manusia dibayangi masalah keamanan data, masalah kontrol dan transparasi, masalah akses dan keadilan, masalah privasi dan kewaspadaan serta keamanan siber. Bila digital ID bermasalah maka paymen ID yang di dalamnya termasuk QRIS pun akan bermasalah yang akan menyebabkan hilangnya trust dari masyarakat.
Digital ID dan payment ID tidak dapat dilepaskan dari penemuan Quick Response Code atau QR Code oleh Masahiro Hara, seorang insinyur asal Jepang. QR Code pertama kali diciptakan oleh Hara pada 1994, yakni ketika ia bekerja di DENSO Wave, perusahaan yang memproduksi produk identifikasi otomatis. Pengembangan QR Code oleh Masahiro Hara dan tim memakan waktu kurang lebih satu setengah tahun. Hasilnya, QR Code bisa menyimpan sekitar 7.000 angka, 4.000 karakter alfanumerik, dan 1.800 karakter kanji. QR Code juga bisa membaca informasi 10 kali lebih cepat dari kode-kode lainnya, seperti barcode. Dengan hadirnya QR Code maka setiap individu di dunia dapat kode khas yang unik yang salah satunya dipakai dalam transaksi keuangan dan jual beli produk.
QRIS hadir mendahului pengenapan Wahyu 13:17 yang didahului peringatan: "Karena itu bersukacitalah, hai surga dan segala penghuninya! Celakalah kamu, hai bumi dan laut! Karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat." Wahyu 12:12 Kegeraman iblis yang mencoba menjatuhkan manusia melalui berbagai cara yang sesuai dengan perkembangan zaman seperti menjadi manusia semakin memiliki ketergantungan pada Gadget sehingga diduga iblis berharap manusia dibuat sibuk dengan gadget dengan tujuan mengabaikan nilai-nilai kehidupan lainnya seperti keluarga, agama, dan kesehatan.
QRIS adalah salah satu sistem pembayaran non tunai yang berkembang pesat diantara sejumlah sistem pembayaran secara elektronik. Sistem pembayaran cashless lainnya yang ada, seperti: E-Wallet, Mobile Banking dan Internet Banking, Bank digital, Kartu Debit dan Kartu Kredit, Virtual Account dan Crypto Payment. QRIS adalah hasil karya Bank Indonesia yang mengumpulkan dan melakukan integrasi sistem keuangan antara bank, e-wallet, fintech, dan semua penyedia jasa keuangan di Indonesia dalam membuat standard sistem pembayaran nasional. Cashless di Indonesia menjadikan QRIS adalah pintunya, maka BI FAST adalah mesin roket yang mendorong uang bergerak dalam hitungan detik.
QRIS di Indonesia dihasilkan karena bermain di level struktur, bukan membangun aplikasi, melainkan membangun arsitektur. Negara lain membuat fitur, Indonesia membuat standar nasional. Negara lain memisahkan sistem transfer dan QR. Indonesia menggabungkan keduanya menjadi satu mesin raksasa, qris, dan BI fast. Negara lain terjebak dalam persaingan platform. Indonesia menghapus persaingan itu sejak hari pertama. Dan hasilnya terlihat adopsi merchan tercepat di Asia, standar paling universal, ekosistem paling inklusif, integrasi lintas negara paling agresif, dan bangsa pasar QR paling besar di kawasan. QRIS bukan karena teknologinya paling canggih, tapi karena cara berpikirnya paling maju. Indonesia tidak mengikuti blueprint negara lain. Indonesia menulis blueprint baru dan seluruh Asia mulai melihat ke arahnya. Hasilnya QRIS dapat dilakukan mulai dari pasar tradiosional hingga mall di bandara besar dengan layanan yang sama. Ini menjadi kunci semua orang kecil dan orang besar, orang miskin dan orang kaya dapat melakukan transaksi sehingga pengenapan wahyu 13:17 hanya menyisakan satu masalah yaitu bagaimana membuat handphone dalam bentuk tato di tubuh manusia yaitu harus memperhatikan perkembangan teknologi pembuatan nano chip meski dengan Mikrochip RFID saat ini pun sebenarnya mampu namun masih kurang praktis.
QRIS terlihat sederhana. Kita hanya buka aplikasi, scan, bayar. Tapi yang terjadi di balik itu jauh lebih cepat, lebih rumit, dan lebih ambisius daripada yang kita bayangkan. Karena QRIS tidak sendirian. Ia punya rekan satu tim, satu infrastruktur raksasa yang bekerja dalam diam yaitu BI FAST. Sebelum BI FAST lahir, Indonesia punya masalah klasik. Transfer antar bank itu lambat, mahal, dan hanya bisa diproses di jam kantor. Toko tutup, bank tutup, transfer ikut berhenti. Sistem itu membuat transaksi digital seperti berjalan di jalan tol yang lampu merahnya selalu menyala. Bank Indonesia memutuskan menghancurkan pembatas itu.
Bank Indonesia membangun BI FAST sebagai sistem pembayaran cepat 24/7 dengan biaya lebih murah dan kecepatan yang konsisten. Hasilnya langsung terasa. Uang yang dulu menunggu berjam-jam sekarang mendarat dalam hitungan detik. Hari kerja maupun hari libur, jam kantor atau tengah malam, tidak peduli kapan, semuanya tetap berjalan. Dan ketika BI FAST disatukan dengan QRIS, Indonesia tiba-tiba punya sesuatu yang negara maju sekalipun belum sepenuhnya miliki. Sistem scan to pay yang lebih cepat dari bank tradisional, lebih murah dari jaringan kartu, dan lebih stabil dari layanan komersial. Seperti dua teknologi yang dirancang dari awal untuk bekerja sebagai satu tubuh, QRIS sebagai wajahnya, BI FAST sebagai nadinya. Keduanya membentuk ekosistem pembayaran yang mengalir tanpa henti. 24 jam 365 hari dengan biaya yang hampir tidak terasa. Inilah alasan mengapa transaksi curies di warung pinggir jalan bisa terasa secepat transaksi fintech raksasa dunia. Dan justru kecepatan inilah yang membawa konsekuensi besar di panggung internasional.
Qris tidak hanya mengubah cara Indonesia membayar. Qris mengubah sesuatu yang jauh lebih besar, kekuatan finansial karena sebelumnya Indonesia hidup di bawah bayang-bayang dua raksasa yang menguasai transaksi dunia, yaitu visa dan Mastercard. Dua nama yang tidak pernah terdengar tapi mengalir di setiap gesekan kartu. Dua sistem yang memindahkan miliaran dolar biaya transaksi lintas negara. Dua jaringan global yang selama puluhan tahun menjadi jalan tol wajib bagi pembayaran. Dan semua data, semua rute transaksi mengalir ke luar negeri. Indonesia hanya penumpang. Saat qris mulai merambah dari warung kecil sampai bandara internasional, ada satu perubahan struktural yang pelan. tapi pasti menggeser keseimbangan. Transaksi kini berjalan di dalam negeri. Datanya tinggal di dalam negeri. Keputusannya diambil oleh negara sendiri. tanpa perantara global, tanpa jalur luar negeri, tanpa biaya yang menetes sedikit demi sedikit ke sistem pembayaran asing.
Kehadiran QRIS mengubah kebiasaan transaksi konsumen, yaitu:
1. Pemakaian smartphone yang semakin meluas membuat platform pembayaran digital semakin mudah diakses ditambah dengan regulasi pemerintah melalui Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang dicanangkan Bank Indonesia sejak 2014.
2. Peningkatan Frekuensi Belanja. Bila sebelumnya konsumen cenderung melakukan pembelian dalam jumlah besar namun dengan frekuensi yang jarang (misalnya belanja bulanan), kini terjadi pergeseran menuju pembelian dengan nilai lebih kecil namun frekuensi lebih tinggi.
3. Transparansi dan Kesadaran Finansial dengan adanya kemampuan untuk melacak pengeluaran secara real-time melalui notifikasi dan riwayat transaksi membuat konsumen lebih sadar akan pola pengeluaran mereka.
4. Perilaku Loyalitas yang Didorong Insentif karena munculnya berbagai insentif yang menawarkan produknya untuk menarik dan mempertahankan pengguna, seperti cashback, diskon, dan program poin loyalitas.
Hadirnya gelobang kejut pembayaran transaksi non tunai secara digital berbasis elektronik menimbulkan beberapa tantangan dan implikasi sosioekonomi yang perlu diwaspadai seperti yang terlihat dari kasus di gerai roti O. Masalah yang dihadapi:
1. Kesenjangan Digital sebab tidak semua lapisan masyarakat dapat menikmati manfaat sistem pembayaran digital secara merata. Mereka yang tinggal di daerah dengan infrastruktur telekomunikasi terbatas, lansia yang kurang familiar dengan teknologi, serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses ke perangkat pintar atau akun bank formal, berisiko tertinggal dalam transformasi ini.
2. Keamanan dan Privasi Data sebab dengan meningkatnya volume transaksi digital, keamanan dan privasi data konsumen menjadi perhatian utama. Kasus kebocoran data, penipuan online, dan peretasan akun pengguna telah menjadi risiko nyata yang dapat mengganggu kepercayaan terhadap sistem pembayaran digital.
3. Perubahan Lanskap Tenaga Kerja terutama sektor tenaga kerja di sektor keuangan. Di satu sisi, muncul kebutuhan akan tenaga kerja dengan keterampilan digital yang mumpuni untuk mendukung infrastruktur pembayaran digital. Di sisi lain, pekerjaan tradisional di sektor perbankan seperti teller bank mengalami penurunan permintaan seiring dengan berkurangnya transaksi konvensional di kantor cabang.
Jelang era cashless ditandai meningkatnya pembayaran digital. Hal ini menuntut beberapa hal yang mendasar, yaitu:
1. Integrasi dengan Teknologi Biometrik dimana verifikasi biometrik seperti sidik jari, pengenalan wajah, dan pemindaian retina diperkirakan akan semakin terintegrasi dengan sistem pembayaran digital untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan bertransaksi.
2. Pembayaran Tanpa Antarmuka (Invisible Payments) yang terintegrasi secara mulus dengan aktivitas sehari-hari diperkirakan akan semakin populer. Sistem seperti konsumen berbelanja tanpa melalui kasir, atau pembayaran otomatis pada layanan transportasi umum dapat terjadi tanpa interaksi eksplisit dari konsumen.
3. Peran Kecerdasan Buatan dan Analisis Data akan berperan semakin penting dalam ekosistem pembayaran digital. Teknologi ini dapat digunakan untuk mendeteksi pola penipuan, memberikan rekomendasi keuangan personal, serta mengoptimalkan pengalaman pengguna berdasarkan perilaku historis.
Pembayaran non tunai maka sistem yang mengarahkan kepada pembayaran digital sering dikaitkan dengan konsep New World Order (Tatanan Dunia Baru), yang merujuk pada sentralisasi kekuasaan ekonomi dan integrasi sistem keuangan global. Fenomena ini melibatkan transisi dari sistem moneter berbasis fisik ke infrastruktur digital yang terpadu dan terkontrol secara terpusat. Analisis sistem pembayaran digital dalam kerangka tatanan global tersebut adalah:
1. Sentralisasi melalui Central Bank Digital Currencies (CBDC). Pilar utama dari sistem pembayaran masa depan adalah implementasi Central Bank Digital Currencies (CBDC). Berbeda dengan aset kripto yang terdesentralisasi, CBDC adalah representasi digital dari mata uang fiat yang diterbitkan dan dikendalikan sepenuhnya oleh bank sentral.
- Mekanisme Kontrol: CBDC memungkinkan otoritas moneter untuk memantau setiap transaksi secara real-time. Hal ini menciptakan transparansi total bagi regulator namun mengurangi privasi finansial individu.
- Programmability: Uang digital ini dapat diprogram menggunakan Smart Contracts. Otoritas dapat menentukan kapan, di mana, dan untuk apa uang tersebut dapat dibelanjakan, yang secara teoritis dapat digunakan untuk mengarahkan kebijakan ekonomi atau sosial secara langsung.
2. Transisi Menuju Cashless Society
Agenda tatanan global mendorong penghapusan uang tunai fisik (Cashless Society). Secara teknis, hal ini memindahkan kedaulatan nilai dari tangan individu ke dalam ledger digital yang dikelola oleh institusi finansial.
- Efisiensi Transaksi: Menghilangkan biaya pencetakan, distribusi, dan penyimpanan uang fisik.
- Eliminasi Anonimitas: Dalam sistem digital penuh, setiap unit mata uang memiliki jejak digital (
3. Standardisasi Global dan Interoperabilitas
Untuk mencapai integrasi global, sistem pembayaran harus mengikuti standar teknis yang seragam. ISO 20022 adalah standar internasional untuk pertukaran data elektronik antar institusi keuangan yang menjadi tulang punggung sistem ini.
Interoperabilitas = jumlah data terstandarisasi} berbanding terbalik dengan sistem yang terhubung.
- Standar ini memungkinkan pengiriman pesan finansial yang lebih kaya data, memfasilitasi deteksi otomatis terhadap aktivitas yang dianggap mencurigakan melalui algoritma Artificial Intelligence (AI).
4. Integrasi dengan Identitas Digital
Sistem pembayaran digital dalam tatanan baru ini sering kali dipasangkan dengan Digital Identity (ID Digital). Akses terhadap layanan keuangan menjadi bergantung pada validasi identitas digital yang mencakup data biometrik dan rekam jejak sosial.
- Social Credit System: Di beberapa yurisdiksi, akses terhadap likuiditas digital dapat dikaitkan dengan kepatuhan terhadap regulasi atau perilaku sosial tertentu, menciptakan mekanisme kontrol sosio-ekonomi yang sangat efisien.
5. Infrastruktur Teknologi: Blockchain dan DLT
Meskipun bersifat sentralistik, teknologi yang digunakan sering kali mengadopsi Distributed Ledger Technology (DLT) atau varian dari Blockchain yang bersifat privat (permissioned).
- Keamanan: DLT memberikan ketahanan terhadap serangan siber melalui replikasi data di berbagai node yang dikendalikan oleh negara atau konsorsium perbankan besar.
- Kecepatan: Memungkinkan penyelesaian transaksi lintas batas (Cross-border Settlements) dalam hitungan detik, menggantikan sistem koresponden perbankan tradisional yang lambat.
Sistem pembayaran digital menurut perspektif tatanan global baru adalah sebuah ekosistem finansial yang mengutamakan sentralisasi, transparansi total bagi regulator, dan integrasi teknologi identitas, yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi moneter global namun dengan konsekuensi hilangnya anonimitas finansial dan peningkatan kontrol otoritas terhadap aset individu.
Sistem Pembayaran Digital NWO = {CBDC} + {ID Digital} + {Programmable Money}}
Yang disebut new world order itu di dalam agama Kristen disebut dengan Antikris!? Sistem pembayaran digital yang Anda lakukan saat ini telah dinubuatkan oleh Alkitab lebih dari 2000 tahun yang lalu. Pada akhir zaman semua orang besar atau kecil akan menerima tanda binatang. Sebab jikalau tidak, mereka tidak akan bisa membeli dan menjual. Jika memaksa melakukan transaksi digital dengan menghapus transasi tunai berarti yang sedang Anda terapkan saat ini Anda sedang menggenapi nubuatan Alkitab bahwa Anda menjadi antikris, bekerja sama dengan iblis yang oleh sebagian orang populer dengan sebut dajjal.
Dengan hadirnya QRIS maka era cashless yang menjangkau orang kaya dan orang miskin maju selangkah tinggal atasi masalah chip yang murah dan bentuknya mini lebih kecil dari sebutir pasir agar pengunaanya laksana sebuah tato di tubuh (Sesuai prediksi Bill Gates). Bank Indonesia berhasil mengembangkan software yang layak diperhitungkan dunia internasional. QRIS membuat biaya mengontrol transaksi kecil menjadi ekonomis dan itu sesuai dengan filosofi bahwa basar maupun kecil, kaya maupun miskin, orang merdeka maupun hamba semuanya masuk total kontrol penguasa dan semua transaksi yang dilakukan ada catatan transaksi secara digital.
QRIS sesuai paparan di atas adalah tanda zaman yang lahir dari bumi Indonesia sehingga seharusnya orang di Indonesia didorong untuk berdoa dan berjaga-jaga sehubungan dengan tanda kegeraman iblis yang hadir di bumi mencapai waktu puncaknya sebab waktunya sudah sangat singkat.
Ingatlah seruan akhir kitab Wahyu, "Ya, AKU datang segera!" Amin, datanglah, TUHAN YESUS!
Kasih karunia TUHAN YESUS menyertai kamu sekalian! Amin. (Wahyu 22:20b-21)
- Tulisan lainnya di werua.blogspot:
- Tato Gantikan Smartphone Sebagai Pengenapan Kitab Wahyu
- Rekayasa Perilaku Manusia Dan Teknologi
- Tinjauan Alkitab Terhadap Transhumanisme
- Menuju Sistem Keuangan 666
- Kecerdasan Buatan Dalam Keuangan dan Sosial Dalam Great Reset
- Barcode, Merek, RFID Dalam Sistem Ekonomi
- Pengenapan Nubuat Hal Kartu Identitas
- Menuju Masyarakat Tanpa Uang Tunai
- Pesan TUHAN Mengenai Binatang 666
- Perjuangan Atasi Ketamakan Dan Perhambaan Uang
