Kami tidak mempercayai bahwa mekanisme-mekanisme kekuasan politik dapat mewujudkan kerajaan Allah. Yesus Sang Mesias menunjukan bahwa Kerajaan Allah tidak pernah dapat diwujudkan atau dipertahankan secara politis meskipun zaman Yesus Kristus aspek sorgawi dikembangkan oleh komunitas Qumran, sedangkan aspek duniawi dianut oleh Kaum Zelot yang berjuang menghadirkan Kerajaan Allah secara politik. Di dalam kesusastraan pseudopigrafa, juga mulai dikenal istilah "Kerajaan Allah", meskipun belum memiliki makna yang sentral seperti dalam Perjanjian Baru. Istilah tersebut dipakai dalam dua arti:
- Ketaatan pada hukum Taurat, dan
- Penyataan pemerintahan Allah yang akan datang atas seluruh dunia apabila segala bangsa telah ditaklukkan kepadaNya
Kerajaan Allah tumbuh secara perlahan. Ini menunjukkan perluasan kasih dan anugerah Allah dalam kehidupan manusia, bagaikan ragi yang tidak terlihat dalam roti, bagaikan terang dalam kegelapan, atau bagaikan garam dalam masakan.
Kerajaan Allah mempengaruhi budaya dan masyarakat dari dalam, tetapi Tuhan tidak pernah memaksa kehendak-Nya pada manusia. Kerajaan Allah hadir kapan pun ketika manusia mau membuka kehidupannya pada kasih penyelamatan Allah.
Gereja, meskipun dengan segala ketidaksempurnaannya, dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi tanda di antara bangsa-bangsa akan hadirnya Kerajaan Allah, sebuah kerajaan kebenaran dan kedamaian yang melampaui segala sistem budaya dan bangsa. Edward Manalu menyatakan gereja harus:
- Mampu berdialog dengan pemerintah juga semua badan trias politikanya, gereja menguasai bahasa sosial, politik, budaya dan ekonomi selain teologia tentu.
- Mampu membimbing/mengarahkan agar kesemua badan bekerja untuk people (rakyat) atau bahkan kini untuk keseimbangan semua ciptaan. Inilah arti Golgota, untuk manusia. Kuasa yg dimiliki Yesus yg diberi oleh BapaNya untuk memulihkan kemanusiaan. Itu juga tugas eksekutif, legislatif dan judikatif kita.
Kerajaan Allah hadir ketika manusia hidup dalam sebuah hubungan yang benar dan penuh sukacita dengan Tuhan dan sesama mereka.
Umat Kristen seharusnya mengakui bahwa seringkali kita salah mengerti akan arti/makna Kerajaan Allah.
Kita telah bersalah karena kadang kala kita berusaha untuk memaksakan Kerajaan Allah dalam sejarah.
Kadang kala kita berusaha menyamakan Kerajaan Allah dengan sebuah sistem nasional tertentu ataupun budaya agama tertentu.
Hal ini diakui sebagai perbuatan tragis dari panggilan kita sebagai umat Kristen, dan kita seharusnya bertobat dari hal itu.
Sekalipun Kerajaan Allah berbeda dengan semua sistem politik di dunia, kita diajarkan lewat doa Bapa kami agar datanglah kerajaanMu di bumi seperti di surga. Kerajaan Allah adalah suatu pemerintahan yang didirikan oleh Tuhan Allah dengan seorang Raja yang dipilih Allah. Siapakah Rajanya? Yesus Kristus. Sebagai Raja, Yesus lebih mulia daripada semua penguasa manusia, dan ia disebut ”Raja atas mereka yang memerintah sebagai raja dan Tuan atas mereka yang memerintah sebagai tuan”. (1 Timotius 6:15) Ia memiliki kuasa untuk melakukan jauh lebih banyak kebaikan daripada penguasa manusia mana pun, bahkan daripada penguasa yang terbaik. Kerajaan Surga ada di bumi itu adalah harapan eskatalogis (= hal-hal terakhir), yaitu bagaimana Allah akan mengakhiri zaman ini dengan mengintervensi dalam dunia untuk menghukum dan menyelamatkan. Bumi baru dan langit baru adalah harapan ekskatologis setelah hari penghakiman terakhir terjadi.