Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Selasa, 08 Agustus 2017

Kebudayaan Tradisional di Pulau Jawa dan Yunani Tentang Anjing

Matius 15:27 Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya..// ἡ δὲ εἶπεν· ναί κύριε, καὶ γὰρ τὰ κυνάρια ἐσθίει ἀπὸ τῶν ψιχίων τῶν πιπτόντων ἀπὸ τῆς τραπέζης τῶν κυρίων αὐτῶν.

Teks di atas dalam percakapan Yesus dengan seorang wanita setelah Yesus bertanya-jawab tentang tradisi orang Yahudi dengan sejumlah pemuka agama soal membasuh tangan sebelum makan yang ditutup dengan pernyataan "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." ( Matius 15:11) 

Para murid yang mendapatkan pengajaran baru soal cuci tangan sebelum makan bahwa dihadapan Yesus, tidak ada hubungannya dengan soal najis atau tidak najis dibawa mendatangi daerah perbatasan Sidon dan Tirus dan berjumpa dengan seorang wanita di daerah tersebut yang berdasarkan pengajaran pemimpin agama bahwa mereka najis. 

Murid-murid Yesus dibawa oleh Yesus masuk ke dalam sistem budaya luar Yahudi, sebab di daerah tersebut yang telah dipengaruhi budaya Yunani yang kuat telah terbiasa melihat kehadiran anjing-anjing peliharaan di dalam rumah, sedangkan dalam sistem budaya yang masuk ke dalam agama Yahudi menyatakan bahwa anjing najis. Perpindahan lokasi yang memiliki berbudaya berbeda adalah paket kurikulum pengajaran murid-murid yang sangat bergunakan dalam pelayanan Amanat Agung Yesus. Di sana ada orang yang berteriak yang sesungguhnya menangis dengan suara keras memohon Yesus menyembuhkan anaknya yang kerasukan dan yang menderita. 

Maltese dog
Percakapan Yesus dengan wanita tersebut adalah percakapan lintas kebudayaan dimana Yesus. Yesus yang seolah-olah membenarkan sistem budaya Yahudi bahwa orang yang bukan bangsa Yahudi adalah seperti anjing yang najis sebab Yahudi menyamakan semua anjing adalah "kelev" atau disebut juga "kuon" yaitu bahwa anjing-anjing liar (atau setengah liar) berkeliar di luar rumah-rumah menantikan bangkai atau sisa-sisa makanan yang dibuang, namun kata yang digunakan Yesus adalah bukan anjing yang najis melainkan anjing peliharaan rumah yang lucu, buktinya anjing ras yang berasal dari Yunani yang masuk dalam rumah dipelihara banyak keluarga saat ini dan bernilai ekonomis cukup tinggi dan bentuknya sangat lucu yakni anjing Maltese. Yesus menolak diskriminasi berdasarkan ras dan suku bangsa dan bahasa yang ada dalam tradisi budaya Yahudi. 

Jawaban wanita kepada Yesus adalah cermin dari budaya lokal yang ada di Sidon dan Tirus yang juga sistem budaya Yunani bahwa anjing boleh masuk rumah sampai diperbolehkan duduk di bawah meja tuannya. Wanita dapat menjawab pertanyaan Yesus yang diajukan kepada wanita berdasarkan campuran sistem budaya Yahudi dan Yunani sebab mengunakan kata anjing peliharaan dan sekaligus pembelajaran bagi para murid-murid Yesus bahwa orang di luar Yahudi pun dapat beriman dan mendapatkan pertolongan, mujizat dan keselamatan dari TUHAN. 

Bagaimana dengan kearifan lokal budaya yang ada di tanah Jawa? Pada dasarnya kebudayaan di tanah Jawa digolongkan wilayah Barat  dengan Sunda dan Tengah serta Timur yang menamakan budaya Jawa. Adakan benang merah kesamaan antara tradisi kearifan lokal dengan kebudayaan Yunani yang pernah menguasai dunia? 

Sekalipun budaya anjing di Jawa tidak masuk dalam konsep malima : wisma, turangga, kukila, curiga dan wanita yang sangat tipikal paternalistik sekaligus primordialistik, akan tetapi hewan anjing masuk dalam kategori binatang klangenan. Sebagai hewan klangenan, anjing memiliki tugas dan fungsi antara lain:
  • Menjadi binatang kesayangan pemilik utamanya dan bahkan disayangi segenap keluarga karena setiap kali pemilik utama bepergian jauh maka anjing tidak mau makan (dalam kurun waktu tertentu), berpuasa selama beberapa hari, mudah lulut, jinak dan makannya pun apa saja mau.
  • Menjaga keamanan keluarga pemilikinya, memperkecil resiko dan atau agar terhindar dari pencurian dan perampokan.
  • Menjadi kawan bercanda, terlebih jika dilatih sejak kecil (kirik) dan menerima apa saja nama panggilan yang diberikan kepadanya dengan senang hati dan berbakti.
  • Menjadi klangenan yang sering diajak atau dilibatkan berburu musang, kuwuk, atau tikus di sawah-sawah pada musim hama yang memberi gairah berburu.
  • Turut serta memelihara keamanan pedusunan, membuat keadaan dusun tidak sepi dan seram meski saat ini hadapi tantangan perubahan dengan hadirnya pemburu anjing untuk dikonsumsi dan hadirnya sistem budaya makan daging anjing. Dalam sistem budaya tertentu anjing sebagai hewan ternak yang juga diambil dagingnya.
Dalam tradisi lokal Sunda, anjing adalah hewan menyusui, dipelihara sebagai penjaga rumah, ternak atau ladang dan juga sebagai pemburu tetapi tidak untuk dimakan dagingnya.

Tradisi Sunda kental dengan legenda Sangkuriang kesiangan (Sangkuriang Kabeurangan) yang mengisahkan si Tumang menolong menambil teropong Dayang Sumbi yang kemudian melahirkan Sangkuriang. Masyarakat Sunda kuno (tradisonal) anjing adalah hewan peliharaan yang abrab sehingga kata anjing banyak dipakai dalam peribahasa Sunda, sisindiran maupun istilah misal :  Aya nu dianjing cai --> pemuda yang sedang mengincar seorang gadis, nulungan anjing kadempet --> menolong orang yang kemudian mencelakakan penolong. Tradisi Sunda juga mengenal ngadu bagong (mengadu anjing dengan babi hutan), meski kata anjing juga dapat berarti kata makian untuk menghina (lihat konotasi, intonasi). 


Tradisi Sunda asli sama seperti di Jawa dan juga di Yunani dapat berada di dalam dan atau didalam pagar rumah yang dipelihara, dirawat dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan seluruh anggota keluarga di dalam rumah. Hal ini tentu berbeda dengan tradisi budaya lain yang masuk dalam agama Yahudi. 

Yesus memberikan apresiasi kepada sistem budaya non Yahudi sebab segala sesuatu yang diciptakan TUHAN adalah baik, berguna dan indah. Anjing memegang banyak peranan untuk manusia, seperti pemburuan, penggembalaan, penarikan muatan, pelindungan, pembantu polisi dan ketenteraan, teman, dan jika dilatih dapat menolong banyak hal. Alkitab bahasa Yunani membedakan kata Anjing menjadi antara lain : Anjing yang berkeliaran di luar rumah-rumah setengah liar, anjing yang dipelihara dan lucu sebagai sahabat keluarga dan juga anjing-anjing penyusup yang menganggu kesejahteraan namun anjing adalah hewan yang dapat dijinakan. Kosa kata dalam Alkitab diwarnai dengan sistem budaya Yunani seperti kata menyembah dalam bahasa Yunani yang dipengaruhi budaya Yunani kuno berlutut dilatar belakangi oleh sikap respon seekor anjing yang gembira menyambut pemiliknya/tuan datang lalu menghampiri dan diam serta berlutut di kaki tuannya. 

Teks Alkitab di atas menyatakan bahwa wanita di Sidon yang dianggap anjing najis, oleh Yesus Kristus Tuhan di perhatikan, dikasihi dan diberikan pertolongan. Wanita ini menunjukkan kepercayaan dan kesetiaan kepada Yesus sekalipun diperlakukan kurang baik, namun tetap mempercayai dan setia kepada Yesus Kristus seperti seekor anjing yang setia dan mempercayai pemiliknya sekalipun terkadang dapat perlakuan yang dianggap kurang adil, namun Bapa mencari pemyembah yang tetap tinggal dalam roh dan kebenaran dalam segala situasi dan kondisi. 


Bagaimana dengan kita sebagai miliki kepunyaan Yesus Kristus yang telah ditebus, diperdamaikan dan menjadi ahli waris kerajaan-Nya apakah dapat setia dan percaya sepenuhnya kepada DIA Pemilik Hidup baik dulu, sekarang dan selama-lamanya?

Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)