Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Minggu, 15 Oktober 2017

Kebosanan Hidup Ayub

Ayub 10:1 "Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.

Full Life menyatakan dalam pasal Ayub 10:1-22 Ayub terus mencurahkan kepahitan hatinya dan perasaannya kepada Allah karena merasa diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi sekalipun Ayub merasa bahwa Allah telah menarik kasih-Nya dari dirinya, dia tetap percaya kepada keadilan Allah dan terus bergumul dengan Allah mencari pemecahan untuk masalah pelik ini.
Wycliffe berkomentar dengan keberanian yang diperoleh karena keputusasaan yang mendalam, Ayub mempertanyakan kebijaksanaan sang Hakim yang mempersalahkan dirinya.

Benson Commentary menulis Jiwa saya (Ayub) lelah tinggal di tubuh yang busuk dan menyedihkan ini; atau, saya, dari hati atau jiwa saya, lelah dalam hidup saya. Komentar Jarchi adalah, Jiwaku membenci dirinya sendiri karena aku masih hidup. Bahasa Ibrani, bagaimanapun, נקתה נפשׁי בחיי , naketa napshi bechaji, boleh diterjemahkan dengan benar, Jiwaku terputus saat aku tinggal; Artinya, saya mati saat saya tinggal; Saya dalam cara terkubur hidup-hidup. Saya akan meninggalkan keluhan saya atas diri saya - saya akan terus mengeluh: dan akan menanggung sendiri bahaya yang saya lakukan, dan bersedia menanggungnya.

Ayub telah lelah / bosan dengan hidup yang mengalami penderitaan yang diserang gatal-gatal diseluruh tubuhnya, seolah-olah penyakitnya tidak dapat disembuhkan sampai akhir hayatnya. Pulpit Commentary mencatat bahwa Ayub menyiratkan bahwa sampai saat ini dia telah menahan diri, tapi sekarang dia akan memberikan ekspresi penuh dan bebas pada perasaannya. Saya akan berbicara dalam kepahitan jiwaku ( Ayub 7:11 ).

Jika ditinjau dari pengetahuan modern, Peter Toohey membedakan dua jenis kebosanan. Pertama, kebosanan yang sederhana, yang rutin terjadi dan tidak butuh ‘diterjemahkan’. Yang kedua adalah kebosanan eksistensial, yang bukan merupakan emosi atau suasana hati, bukan pula perasaan. Kebosanan eksistensial, kata Toohey, adalah formulasi intelektual yang muncul bersamaan dengan depresi dan kesadaran diri yang tinggi, yang disebut kondisi refleksi diri. Wikipedia menulis kebosanan bukan sekadar nama lain untuk depresi atau apatis. Tampaknya ini adalah keadaan mental tertentu yang orang anggap tidak menyenangkan - kurangnya rangsangan yang membuat mereka idaman.

Kesadaran diri Ayub saat alami kebosanan hidup dapat ditemukan antara lain:
  • Kebanggaan terhadap Allah akan kedudukan-Nya sebagai Hakim (ay. 3-7) dan sebagai Khalik (ay. 8-12)
  • Permohonan Ayub tetap ada kepada Tuhan, "Biarkanlah aku supaya aku dapat bergembira sejenak" (ay. 20b)
Sekalipun memiliki kesadaran diri yang tepat dalam hubungan dengan Allah, tetapi karena alami kebosanan maka Ayub berpikir ia dipersiapkan sebagai mangsa untuk diumpankan kepada singa kelaparan yang akan mencabik-cabik dirinya tanpa ampun (ay. 14-16). Rencana Allah yang rahasia itu selama ini hanyalah untuk menjadikan kehidupan ini sebuah kenyataan yang menyedihkan akibat serangkaian tulah yang tanpa akhir (ay. 17).

Ayub alami kebosanan karena alami tekanan oleh sebab keadaan yang dialaminya dengan kesadaran bahwa bahwa Allah telah menarik kasih-Nya dari dirinya, tetapi dia tetap percaya kepada keadilan Allah dan terus bergumul dengan Allah mencari pemecahan untuk masalah pelik ini seperti pendapat Full Life. Kebosanan Ayub bukanlah karena rutinitas dan atau beranggapan tidak dibutuhkan, Bosan Ayub bukanlah kondisi di mana pikiran menginginkan perubahan atau mendambakan suatu yang baru atau tanda untuk stop dari rutinitas sesaat, atau memberi warna baru dari keadaan yang monoton selama ini,”.

Selain Ayub yang merasa bosan / jenuh dalam menjalani kehidupan ada sejumlah tokoh di Alkitab yang mengalami hal yang "serupa" meski penyebabnya berbeda, misal:
  • Salomo yang mengejar segala kenikmatan hidup, mencapai titik dimana ia "membenci hidup (Pengkhotbah 2:17) tetapi akhirnya Salomo belajar "takut akan Allah dan berpegang pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban semua orang (Pengkhotbah 12:13)
  • Nabi Elia alami rasa takut hingga depresi dan merindukan kematian (1 Raja-raja 19:4) tetapi Elia dihibur malaikat, diperbolehkan beristirahat dan diberi amanat baru.
  • Yunus begitu marah dengan Allah sampai ia berharap mati (Yunus 4:8) tetapi Yunus dikoreksi dan diberi pelajaran oleh Allah.
Mereka mengalami hal yang serupa tapi tidak sama dengan Ayub .... mempertanyakan hidupnya kepada Tuhan.... merasa lelah dalam menjalani kehidupan sehingga ingin mati rasanya tetapi tidak melakukan bunuh diri melainkan justru bergumul dalam hidupnya dengan "bertanya kepada TUHAN" dan dalam akhir kisah Ayub mendapatkan jawaban TUHAN, dan menyadari pekerjaan TUHAN, menarik ucapannya dan TUHAN pulihkan keadaannya.

Elihu, teman Ayub mengutip keluhan Ayub selanjutnya bahwa Allah tidak menjawab segala perkataannya (ay. 33:13b) Elihu memasukkan sebuah penjelasan tentang penderitaan para hamba Allah sehingga dengan demikian dia mengawali pembelaannya tentang keadilan ilahi. Pada zaman Perjanjian Lama Allah berbicara kepada umat Nya melalui berbagai cara khusus yang tidak dipakai-Nya lagi sesudah penyataan di dalam Perjanjian Baru sempurna (bdg. Ibr. 1:1). Setelah serangkaian pernyataan Elihu kemudian Tuhan menjawab Ayub terhadap segala keluhannya ( Ayub 38-42 ) Elihu pun menyoroti dampak dari bosan hidup menyebabkan nafsu makan terganggu yang menyebabkan semakin merosotnya kesehatan tubuh. (Ayub 33:20-21 Perutnya bosan makanan, hilang nafsunya untuk makanan yang lezat-lezat; susutlah dagingnya, sehingga tidak kelihatan lagi, tulang-tulangnya, yang mula-mula tidak tampak, menonjol ke luar,)

Dalam perjalanan waktu karena pergumulan menghadapi kebosanan dalam hadapi penyakit yang dialami setelah kematian hewan ternak bahkan anak-anaknya, Ayub terhibur dengan pengharapannya bahwa ia akan muncul seperti emas (Ayub 23:10 Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.) Keyakinan muncul sebab Ayub percaya bahwa Penebusku hidup dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu,( Ayub 19:25) maka Ayub yang duduk di atas "debu karena gatal-gatal" akan alami pemulihan Tuhan.

Salomo juga alami kejenuhan dalam mengejar kenikmatan hidup..... maka kebosanan manusia dapat terjadi apapun kondisi manusia dalam menjalani hidup sekalipun itu tidak disebabkan selalu oleh rutinitas seperti yang diungkapkan oleh Peter Toohey. Ayub saat diizinkan dicobai oleh iblis sampai bosan karena mengeluh kepada TUHAN tidak ada jawaban itu sesungguhnya ia dididik oleh Tuhan untuk untuk lebih Tuhan. Hal itu diungkapan dalam Ayub 42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Salomo yang jenuh dalam mengejar hikmat dan kenikmatan hidup memberikan nasihat kepada kita tidak hidup dalam kebosanan meski kebosanan melanda kita. (Amsal 3:11. Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya.)

Akhirnya menurut BBC News, kebosanan "...bisa menjadi keadaan berbahaya dan mengganggu pikiran yang merusak kesehatan Anda"; namun penelitian "...menyarankan bahwa tanpa kebosanan kita tidak dapat mencapai prestasi kreatif kita." Sedangkan Elizabeth Goodstein Dalam Experience Without Qualities: Boredom and Modernity menulis bahwa kebosanan harus dilakukan secara fundamental dengan pengalaman waktu dan masalah makna.

Tuhan ingin hidup kita menuju kehidupan yang lebih baik maka DIA mampu mengunakan banyak cara termasuk hal-hal yang menyebabkan kebosanan yang menjadikan keluar dari zona nyaman sehingga hidup kita dapat lebih berguna dan lebih berarti dan dinamis dalam berjalan dalam perjalanan hidup yang dirancangNya meskipun mungkin tidak seperti hidup Ayub


Kebosanan yang dialami Ayub tidak dapat diatasi hanya mengandalkan tekad dan atau memberanikan diri mengambil risiko sebab bukan disebabkan kejenuhan melainkan hidup tiba-tiba kebahagiaan hidup sirna karena Iblis dizinkan mengambil apa yang mejadi kebahagiaan selama ini. Ayub duduk diam dan setia kepada TUHAN sampai TUHAN sendiri menuntun kita meraih kehidupan yang lebih baik atau next level seperti yang diinginkan TUHAN. Dengan melalui proses "kebosanan" maka kehidupan Ayub semakin berharga di mata TUHAN .... dan hidup makin bernilai.

Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)