Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Selasa, 17 April 2018

Elifas, Ayub dan Histrionik

Ayub 15:12 Mengapa engkau dihanyutkan oleh perasaan hatimu dan mengapa matamu menyala-nyala,

Teks di atas adalah penilaian Elifas orang Teman tentang Ayub yang sedang mengalami masalah berat, ketika Tuhan mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub.
Elifas tidak mengetahui situasi yang sebenarnya memberikan pendapat bahwa keadaan Ayub disebabkan dan mengakibatkan oleh hidup yang dihanyutkan oleh perasaan dan menjadikan mata menyala-nyala.

Apakah pernyataan Elifas dilontaskan tanda dasar yang jelas?
Perasaan dalam teks di atas berasal dari kata לִבֶּ֑ךָ yang bentuk dasarnya לֵב yang memiliki makna : batin manusia, pikiran, keinginan, hati. Barnes 'Notes on Alkitab menyiratkan bahwa Mengapa Anda (Ayub) membiarkan perasaan Anda untuk mengontrol Anda terlepas dari pemahaman saat ambil keputusan /bertindak? Elifas bukan melihat Ayub yang tenang dan bijaksana serta cermat mendengarkan hasil pengalaman masa lalu dan observasi. Ayub di anggap telah banyak melakukan sejumlah tindakan yang didasari dan dihanyutkan oleh perasaan hati dari usaha pemuasan dari keinginan hati terdalam.

Bukankah keluarga Ayub sangat terkenal dengan acara pesta yang rutin dan terjadwal sekalipun itu dilakukan anaknya? Bukankah Ayub tidak tertutup kemungkinan selalu hanyut dalam kegembiraan dengan meluapkan emosinya dalam acara pesta?

Alkitab menjelaskan keadaan Ayub adalah sebagai berikut:
  • 1:4 Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka.
  • 1:5 Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa
Sekalipun dari teks di atas Ayub tidak terlibat dari pesta rutin yang meluapkan emosi, bukankah ini memberikan citra bahwa Ayub senang dan atau sekurang kurang menyetujui hidup melampiaskan emosinya karena memiliki kemampuan finansial yang memadai melakukan hal itu? Bukankah pesta adalah perbuatan yang sejajar dengan sifat yang hedonis, materialis, narsis, anti otoritas dan juga pamer kekayaan? Bukankah praktek yang dilakukan oleh keluarga Ayub itu dapat menjadikan Ayub sekarang terkena kutuk? Bukankan ciri-ciri hal di atas sudah dapat menjadi alat bukti awal untuk melakukan pengusutan lebih mendalam, apakah mungkin keluarga Ayub dan atau Ayubnya sendiri memiliki ciri-ciri yang dalam perkembangan pengetahuan moderen dinyatakan sebagai orang Histrionik?

Histrionic personality disorder (HPD) didefinisikan oleh American Psychiatric Association sebagai gangguan kepribadian yang ditandai dengan pola emosionalitas dan perhatian yang berlebihan. termasuk kebutuhan yang berlebihan untuk persetujuan dan perilaku tidak tepat yang menggoda, biasanya dimulai pada awal masa dewasa. Orang-orang ini hidup, dramatis, lincah, antusias, dan genit. HPD diderita umunya wanita, empat kali sebagai banyak wanita dibandingkan laki-laki. Orang dengan HPD memiliki kebutuhan tinggi untuk diperhatikan, membuat penampilan keras dan tidak pantas, melebih-lebihkan perilaku dan emosi mereka, dan menginginkan stimulasi.
Mereka mungkin menunjukkan perilaku seksual provokatif (bukankah saudara perempuan dari anak laki-laki Ayub selalu menyertakan mereka?), mengungkapkan/meluapkan emosi yang kuat dengan gaya impresionistik, dan dapat dengan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Fitur yang terkait termasuk egosentrisme, memanjakan diri, kerinduan terus menerus untuk apresiasi, dan perilaku manipulatif gigih untuk mencapai kebutuhan mereka sendiri. Dalam bahasa yang mudah dipahami Gangguan kepribadian histerik adalah suatu kondisi di mana orang bertindak dalam cara yang sangat emosional dan dramatis yang menarik perhatian kepada diri mereka sendiri.

Merujuk penelitian Beck dan Freeman, 1990 ciri-ciri Histrionik antara lain:
  • Emosinya naik turun.
  • Gampang "GR" (gede rasa).
  • Merasa diri menarik. Dandanan dan busananya menyolok tapi belum tentu pantas agar menarik perhatian.
  • Keadaan mood-nya dramatik dan labil.
  • Sering mengeluh sakit, tapi dokter tidak menemukan sakit apa pun yang disebut dengan "drama queen" ~ ia bukan pura pura sakit melainkan benar benar merasa lemas, keluar keringat dingin, jantung berdebar keras, nafas tersengal, bahkan takut mati ~~~ kecenderungan kuat kena paranoid bahkan jika berat mengarah ke bunuh diri.
  • Alur bicara tidak runtut, dan kalau ditanya lebih lanjut tak dapat mengurai secara rinci.
yang diawali dengan gejala:
  • Bertindak atau mencari ~ terlalu menggoda
  • Menjadi mudah dipengaruhi oleh orang lain
  • Menjadi terlalu peduli dengan penampilan mereka
  • Menjadi terlalu dramatis dan emosional
  • Menjadi terlalu sensitif terhadap kritik atau ketidaksetujuan
  • Percaya bahwa hubungan yang lebih intim daripada mereka sebenarnya
  • Menyalahkan kegagalan atau kekecewaan pada orang lain
  • Terus-menerus mencari kepastian atau persetujuan
  • Memiliki toleransi yang rendah terhadap frustasi atau menunda kepuasan
  • Perlu menjadi pusat perhatian (mementingkan diri sendiri)
  • Cepat mengubah emosi, yang mungkin tampak dangkal untuk orang lain
Secara Medis penyebab gangguan ini tidak diketahui. Kedua gen dan acara anak usia dini diperkirakan berkontribusi. Ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, meskipun mungkin didiagnosis lebih sering pada wanita karena perhatian-seeking dan forwardness seksual kurang diterima secara sosial bagi perempuan.
Gangguan kepribadian histerik biasanya dimulai pada awal masa dewasa. Psikolog mengembangkan alat tes untuk mendeteksi hal ini.

Ayub dapat memberikan penjelasan kepada Elifas secara baik yang menandakan bahwa dia tidak terhanyut dalam gejolak emosi/perasaan. Ayub bersikap saat mendapatkan cobaan dari Iblis yang diizinkan Tuhan tidaklah melakukan dramatisasi keadaan, tetapi itulah keadaan yang sebenarnya.
Kegagalan Elifas untuk menilai dan membedakan sikap seseorang yang melakukan dramatisasi kondisi dengan kondisi riel sangat tidak produktif dalam memberikan pendampingan atau konseling terhadap mereka yang ditimpa permasalahan luar biasa sehingga orang yang datang mengunjungi tidak percaya bahwa memang hal itu benar sesuai fakta.

Histrionik tidak dapat keluar dari penilaian orang lain dari sudut pandang kemunafikan. Sekalipun dianggap melakukan dramatisasi namun hal ini disebabkan individu dengan HPD sering gagal untuk melihat situasi pribadi mereka sendiri secara realistis dan bukannya mendramatisir dan membesar-besarkan kesulitan mereka. Mereka bisa melakukan perubahan pekerjaan sering, karena mereka menjadi mudah bosan dan mengalami kesulitan berurusan dengan frustrasi.

Ayub oleh Elifas dianggap gagal melihat penyebab mengapa penderitaan tertimpa padanya, yang sebenarnya Elifas gagal dalam memberikan penilaian yang benar dan tepat tentang keadaan Ayub sehingga terlontar ucapan yang melenceng jauh dari tujuan pendampingan kepada Ayub yang alami permasalahan berat.
Hal yang mendasar dan terutama dalam pendampingan histrionik adalah mengajak untuk bersama-sama melihat kembali hal hal yang didramatasasikan, untuk dievaluasi apa yang sebanarnya terjadi yang kemudian si penderita diajak melihat dari sudut pandang berbeda.
Elifas dan teman-temannya gagal melihat drama kehidupan Ayub yang berubah secara cepat dan menyedihkan ..... dan Allah pun kemudian membimbing Ayub sehingga Ayub dapatkan wawasan yang lebih baik dan dapat keluar dari permasalah sekalipun Elifas dengan akal budi, pengertian dan pengalamannya justru membawa kepada permasalahan yang lebih rumit.

Gagal ~ Elifas jika beranggapan Ayub hidup hanyut perasaan yang tidak normal dan mencoba melihat apa yang biasa dilakukan orang lain untuk masalah sama, akhirnya terancang cara mencapai tujuan. Jika benar Ayub menderita hanyut oleh perasaan yang seharusnya dibimbing cara berekspresi secara sosial normatif yang dapat diterima, justru Elifas yang hanyut dalam perasaan dan akal budinya sehingga meleset dari sasaran pendampingan. Ayub yang dizinkan Tuhan melalui kehidupan yang tidak mudah, akhirnya mendapatkan pertolongan yang sejati dan Allah sendiri memberikan pengertian dan menjadikan Ayub timbul seperti emas yang dimurnikan.

Keeratan pendampingan terhadap orang yang alami permasalahan yang berat tidak dapat diletakkan mengandalkan pengetahuan, pengalaman dan perasaan ..... melainkan dimulai dengan pengertian dari Allah yang hidup, yang penuh hikmat dan kuasa..... maka pendampingan pastoral konseling dapat dilakukan secara tepat.

Rosenmuller menambahkan bahwa Elifas yang menilai Ayub hanyut dalam perasaannya dan juga disertai mata yang menyala-nyala yang diartikan sebagai ekspresi menunjukkan kebanggaan, keangkuhan, dan arogansi yang dilandasi tafsiran berdasar Amsal 6:13.
Perbantahan Ayub terhadap nasehat dan penilai orang yang datang untuk menghiburnya dianggap Ayub arogansi sekalipun dalam keadaan jurang kehancuran. Ayub dapat melewati semua karena Allah dikemudian hari memperlihatkan kebenaran, kebesaran dan kemuliaan serta kuasa-Nya. Kasus Ayub membawa mereka yang mau menghibur hanyut dalam perasaannya yang didukung oleh pengertian yang keliru.

Ayub dalam akhir hidupnya dipulihkan setelah mengampuni mereka semua yang mulanya hendak menghibur dan mereka pun akhirnya menyadari kebenaran yang baru yang belum pernah terlintas dalam pikirannya. Allah memiliki jalan yang sempurna melampaui setiap konsep dan wawasan yang diajarkan dan dipelajari baik melalui hidup orang lain dan juga kehidupan pribadinya.
Dia adalah penasehat ajaib yang sanggup menolong Ayub maka apapun masalah yang dihadapi di dalam DIA dan melalui Dia kita dapat pertolongan yang sejati.

Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)