Israel yang saat itu banyak mengantungkan kehidupannya dari sektor usaha pertanian mengalami kebangkrutan karena tanah menjadi tandus. Dan kondisi tandus, Tuhan berjanji akan menjadikan tanah tersebut kembali menghasilkan produk pertanian.
Mengapa tanah menjadi tandus? Penyebab tandus dalam konsep Perjanjian Lama antara lain disebabkan:
- Kutuk / hukuman Tuhan karena perbuatan dosa yang dianggap pantas mendapatkan hukuman. Bentuk ketandusan akibat hukuman Tuhan datang dapat secara tiba-tiba. Contoh dalam Yesaya 42:15 Aku mau membuat tandus gunung-gunung dan bukit-bukit, dan mau membuat layu segala tumbuh-tumbuhannya; Aku mau membuat sungai-sungai menjadi tanah kering dan mau membuat kering telaga-telaga. Yesaya digenapi dengan hadirnya penyerbuan yang diikuti dengan perusakan hebat ladang / kebun pertanian dan rusaknya sistem irigasi.
- Pelanggaran sabat tahunan dimana selama 6 tahun mengolah tanah dan satu tahun kemudian membiarkan tanah beristirahat. Tuhan memberikan perintah Sabat Tahunan yang kurang mendapatkan tempat dalam pengajaran agama Yahudi sehingga hukum sabat yang diterima tidaklah utuh sekalipun ada sejumlah aturan petunjuk pelaksanaan hukum Sabat yang sangat ekstrim dibuat oleh para pemimpin agama Yahudi.
Beberapa ancaman degradasi lahan pertanian tanah di luar yang disebabkan perang dan bencana antara lain:
- Rusaknya terra preta tanah.
- Menurunnya / hilangkan mikroba tanah dan zat hara.
- Perubahan suhu dan curah hujan.
- Sistem pertanian yang tidak berkelanjutan dan merusak ekosistem.
- Pola rencana pengembangan wilayah yang merusak struktur tanah.
- Pencemaran tanah terutama lahan pertanian misal pupuk kimia dan sejumlah obat pembasmi hama yang merusak struktur tanah.
Kerusakan tanah merupakan akibat proses alam yang berjalan tidak seimbang sehingga bersifat destruktif. Keseimbangan sangat diperlukan dimana tanah memerlukan asupan zat hara dan mikroorganisme yang terdiri dari komponen padat, cair, gas( udara ) agar dapat mempertahankan daya dukung terhadap makhluk hidup yang ada. Pada saat pengolahan tanah dilakukan maka terjadi eksplotasi yang mengurangi daya dukung tanah karena sejumlah zat hara diserap oleh tanaman secara optimal yang dapat menurunkan kualitas karena ada perubahan dalam komponen tanah yang seimbangan dan ideal antara yang bersifat padat, cair dan udara terutama di lahan tanah pucuk.
Hukum Taurat mengajarkan kepada Kaum Israel untuk memberikan waktu istirahat untuk tanah dalam arti 6 tahun dikelola dan setahun dibiarkan mencari keseimbangan secara alami agar terjadi rehabilitasi tanah pucuk dan menjadi sehat secara ekologi. ( Bandingkan dengan Prairi Perawan, National Geografi, September 2008 halaman 32)
Franklin Roosevelt menyatakan bahwa sejarah setiap bangsa akhirnya akan ditulis sesuai dengan cara mereka memperlakukan tanahnya. Tanah lahan pertanian yang mengalami degradasi tanah akan dapat mengubah zona produktif menjadi gurun dengan cepat. Hal yang perlu diperhatikan misalnya terjadi di Plato Loess, China Utara.
Degradasi tanah perlu dipulihkan agar menjadi sehat secara ekologi, ekonomi dan sosial.
Bila mengamati teks di atas dengan keadaan lahan tanah pertanian maka tindakan Tuhan yang membiarkan Yehuda dan Samaria ditinggalkan karena tandus disebabkan penghukuman Tuhan melalui penyerbuan bangsa asing adalah sesuatu yang baik untuk menjaga tanah yang dijanjikan Tuhan kepada keturunan Yakub untuk tetap dapat ditanam dan menghasil sesuatu dari lahan pertaniannya.
Intervensi Tuhan dalam mempertahankan dan memulihkan kondisi lahan pertanian disebabkan umat-Nya tidak menjaga tanah secara benar dan sehat setidak-tidaknya memuat aspek ekologi, ekonomi dan sosial namun umat pilihan-Nya hanya terfokus kepada aspek ekonomi jangka pendek.
Pembangunan kelestarian dan pengawetan serta berkelanjutan adalah sesuatu yang telah diajarkan oleh Tuhan lewat hukum tahun sabat. Pembangunan berkelanjutan adalah sesuatu yang harus dilakukan dan memerlukan penguasaan diri agar generasi masa depan berikut dengan lahan pertaniannya dapat senantiasa menghasilkan dan harga produk pertanian dapat terkendali dan merata serta dinikmati setiap orang.
Amanat budaya melekat. Tuhan ingin manusia dapat memelihara dan mengolah bumi ini dengan baik karena Dia telah menjadikan bumi dengan ekosistem/ ekologi yang sempurna sehingga bumi dapat mendukung semua makhluk yang ada di dalamnya dan faktor tanah adalah sesuatu yang penting sampai pelanggaran terhadap masalah sabat tahunan yang terkait dengan tanah mendatangkan hukuman yang keras dari Tuhan. (Imamat 26:34 Pada waktu itulah tanah itu pulih dari dilalaikannya tahun-tahun sabatnya selama tanah itu tandus dan selama kamu tinggal di negeri musuh-musuhmu; pada waktu itulah tanah itu akan menjalani sabatnya dan dipulihkan tahun-tahun sabat yang belum didapatnya.)
Sabat tahunan mengigatkan kita agar mengelola lahan pertanian harus bukan sekedar memperhatikan sektor ekonomi melainkan juga aspek lainnya, minimal aspek sosial dan juga aspek ekologi sehingga tanah menjadi berkat bagi generasi ke generasi.
Tuhan yang menciptakan bumi dapat bertindak dengan caranya untuk menjaga kelestarian tanah sebagai hasil ciptaan-Nya sebelum saat datang hari kiamat yang menjadi langit dan bumi tiada dan hal itu telah disampaikan kepada manusia. Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia untuk melakukan rehalitasi lahan yang mengalami degradasi atau membiarkan Tuhan bertindak dengan caranya memulihkan tanah dengan jalan antara lain memberikan hukuman terlebih dahulu lalu alam secara alamiah normal kembali.