Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Kamis, 12 Oktober 2017

Pacaran Raja Salomo Dengan Gadis Sulam

Kidung Agung 4:12 Bahwa engkau laksana taman yang berpagar kelilingnya, hai adinda, hai tunanganku! bagaikan pancaran air yang bersekat dan mata air yang termeterai. {Terjemahan Lama}

Full Life memandang teks di atas ada tiga kiasan yang dipakai dalam ayat ini menekankan kenyataan bahwa gadis Sulam itu masih perawan dan secara seksual masih murni pada malam pernikahannya. Keperawanan hingga saat pernikahan adalah norma kesucian seksual Allah bagi semua kaum muda, laki-laki atau wanita. Melanggar standar Allah yang kudus ini menajiskan roh dan hati nurani seorang serta menurunkan nilai saat tercapainya penyempurnaan pernikahan
Sedangkan Wycliffe berpendapat hal kebun tertutup karena mempelai perempuan adalah khusus kepunyaan Raja Salomo, maka dia bagaikan taman atau kebun yang tertutup dan tidak dapat dinikmati oleh semua orang, kecuali pemiliknya. Juga sumur-sumur dan mata air kadang-kadang dimeteraikan/disegel untuk melestarikan airnya, suatu komoditi yang langka di Timur, dan menjaganya agar tidak dimanfaatkan orang lain.

Salomo yang terkenal dengan ratusan isteri dan gundik .... menganggap calon isterinya yakni tunangannya adalah kebun tertutup dan mata air yang termeterai maka dia menjaga kekudusan tunangannya dengan menghormati kesucian kelamin dari istrinya sehingga dalam menjalin hubungan pra pernikahan dengan gadis Sulam mengenal batas-batas dalam menjalin persahabatan (pacaran) dengan gadis yang dicintainya. Salomo memberikan contoh dalam menjalin hubungan berpacaran, bertunangan saat Raja Salomo berjumpa dengan gadis Sulam. Salomo tidak melakukan perzinahan, percabulan, dan semua jalan yang cabul serta mesum dengan gadis idamannya hingga baru di hari pernikahannya baru Salomo minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual. (Amsal 5:15)

Salomo dengan gadis Sulam melewati fase pacaran, tunangan sebelum masuk ke pernikahan. Jadi pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Contoh lain yang diduga menjalin masa pacaran menjelang pernikahan adalah hubungan Yakub dengan Rahel yang menyebabkan kerja selama tujuh tahun dianggap beberapa hari hal itu diduga karena Laban membiarkan Yakub dan Rahel berjumpa saat Yakub bekerja kepada Laban.(Kejadian 29:20).

Pacaran di kalangan remaja berdasarkan penelitian  Nur Hamida Yuni bukanlah untuk menikah sebab tujuan pacaran di kalangan remaja adalah mendapatkan teman untuk menceritakan masalah pribadi, sebagai hiburan, sebagai tempat untuk berbagi, memahami karakter pacar sebelum memutuskan untuk serius, meningkatkan motivasi belajar, dan membuktikan diri cukup menarik. Alasan Pemilihan pacar adalah sifat-sifat yang dimiliki pacar, persamaan sifat, kepandaian, daya tarik fisik, kekayaan, banyak teman yang tertarik pada pacar, dan latar belakang keluarga. Dari definisi pacaran dan alasan memilih pacar, terlihat bahwa aspek asmara atau berahi masih memegang peranan penting bagi remaja dalam memilih pacar dan berpacaran. Jadi, berpacaran di kalangan remaja lebih termotivasi atau didorong oleh ketertarikan fisik, dan bukan karena “cinta”. Tetapi ketertarikan fisik dapat menyebabkan seks bebas yang berakibat kehamilan di luar nikah.

Jika mencermati Kidung Agung 1:2 "Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur" maka ada keinginan dari mempelai wanita mendapatkan ciuman dari mempelai pria yang dicintainya.... hal ini menunjukkan bahwa mempelai pria mampu menahan diri sampai di hari pernikahannya untuk mencium gadis yang menjadi isterinya.
Saat ini kondisi sudah berbeda ... sebab menjelang pernikahan biasanya ada pengambilan foto menjelang pernikahan yang terkadang diminta oleh fotografer untuk melakukan hal-hal yang "wajar dalam pernikahan yaitu memeluk, mencium dll". Hal mencium setelah memasuki masa pertunangan dan jelang pernikahan hal itu dapat saja dilakukan sebab hanya 2-3 menit saja dan dilakukan dengan tetap menghormati kekudusan di hari pernikahan dengan menjaga kesucian dari pasangan masing-masing.

Wycliffe berpendapat tentang Kidung Agung 1:2 sebagai "Kiranya ia mencium aku"; Ini bukan ungkapan kerinduan yang timbul dari dorongan hati (naluri) semata. Alkitab sering menyebut ciuman sebagai ekspresi kasih yang dalam dan suci (Rm. 16:16; I Tes. 5:26; I Ptr. 5:14). Pemakaian kata ganti ia (Ingg. him dan his) oleh mempelai perempuan menunjukkan bahwa pernyataan cintanya keluar secara spontan dari mulutnya. Anggur sering dikaitkan dengan sukacita dan kegembiraan (Hak. 9:13; Mzm. 104:15; Ams. 31:6; Pkh. 10:19). Anggur juga dapat mengekspresikan sukacita rohani yang lahir karena menerima kasih karunia Allah (Yes. 55:1; Yl. 3:18; Am. 9:13). Tetapi, yang lebih baik daripada anggur yang menyukakan hati adalah kasih mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan.

Hal menarik lainnya di Kidung Agung 2:6 "Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku" memiliki pengertian yaitu:
  1. Seruan mempelai perempuan meminta tolong. 
  2. Tanggapan mempelai laki-laki atas permintaan mempelai perempuannya; Menunjukkan betapa dua insan ini selalu berdekatan ketika di rumah pesta tersebut.
Dari kisah Salomo dan gadis Sulam maka didapatkan saat mereka berpacaran antara lain :
  • Membatasi sentuhan fisik dengan tidak melakukan seperti ciuman bahkan pelukan “
  • Jagalah hatimu 
    • “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” (Amsal 4: 2)
  • Menjaga diri 
    • …jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya!” (Kidung Agung 2: 7)
Pacaran yang tidak melakukan hubungan seksual pra nikah dapat jatuh juga dalam dosa percabulan sebab ”percabulan” (por·neiʹa) mempunyai makna yang luas. Kata itu melukiskan segala bentuk hubungan seks di luar pernikahan dan berfokus pada penyalahgunaan organ-organ seks. Jadi, yang termasuk percabulan bukan hanya hubungan seks, melainkan juga perbuatan lain seperti masturbasi dengan orang lain, melakukan seks oral atau seks anal.


Bahkan orang yang tidak pacaran pun dapat jatuh dalam perzinah sebab menurut Matius 5:28 { Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.} {tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Paulus menyarankan untuk menikah jika tidak dapat bertarak. ( tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. 1 Korintus 7:2)

Ada penelitian terbaru di Inggris yang mengatakan bahwa: pria rata-rata memikirkan hubungan seks 13 kali dalam sehari atau total mencapai 4.745 kali dalam setahun. Sementara perempuan, sebagai perbandingan, memikirkan hubungan seks hanya lima kali sehari atau 1.825 kali setahun. (Sumber: Kompas Health). Cukup dengan wanita dengan bentuk tubuh yang memarik, mereka sudah bergumul dengan hasrat seksual. Apalagi bersentuhan langsung!! Dari gandengan tangan saja, mereka sudah bisa mikir yang tidak-tidak sehingga perlu sekali adanya aturan antara pria dan wanita saat berpacaran antara mereka berdua bila ada kontak tubuh masih dianggap wajar oleh pasangannya, serta tetap dapat menjadi kekudusan pernikahan sebagaimana Salomo dan gadis Sulam yang membatasi sentuhan fisik disamping menjaga hati serta menjaga diri sampai hari H dimana tiba pernikahan terlaksana.

Meskipun ada aturan yang disetujui bersama dalam berpacaran agar tidak terjadi kehamilan di luar nikah dan masuk dalam pernikahan dalam keadaan suci secara kelamin, ketatnya batasan yang dibuat tidak membuat kita kudus di hadapan Tuhan. Yang membuat kita kudus di hadapan-Nya itu hanya darah anak-Nya yang kudus dan menyucikan kita.

Jika ingin melangkah lebih dalam lagi dalam menjaga kekudusan saat berpacaran maka harus menyertakan Tuhan Allah dan firman-Nya.
Karena itu semestinya pertanyaan kita bukan, “Apa batasannya berpacaran?”, tapi apakah  jika saya begini apakah Bapa senang?”, “Apakah saya lakukan ini/ jika saya membiarkan pacar saya melakukan ini, apakah Yesus yang sudah mati buat kita tersenyum?” Orientasi kita bukan lagi peraturan, batasan, boleh tidak boleh, tapi apakah ini menyenangkan hati Tuhan?

Di tengah kemerosotan moral manusia yang didalamnya saat berpacaran maka ukuran standar Raja Salomo dan Gadis Sulam dalam berpacaran, bertunangan hingga masuk ke dalam pernikahan tetap menjadi model bagi kita .... tetapi jika ingin lebih baik dalam menjaga kesucian pernikahan haruslah melibatkan TUHAN sebagaimana alinea di atas.

Semoga TUHAN menjaga kehidupan anak-anak manusia yang sedang berpacaran, bertunangan yang menunggu hari pernikahannya.

Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (82) budaya (47) dasar iman (93) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)