Berita saat ini diramaikan oleh status dokter Tifa di twitter bahwa Rismon Sianipar, menurut dr Tifa adalah Black Swan dalam kasus dugaan ijazah palsu Jokowi. Ia adalah variabel tak terduga yang mengguncang narasi besar bangsa ini, "orang biasa" yang mengguncang struktur kekuasaan besar, mungkin membuka skandal legitimasi sistemik Indonesia, dan berpotensi mengubah sejarah politik Indonesia.
Untuk sampai pembuktian ijazah palsu tidak dapat dilepaskan dari proses mendapatkan ijazah harus berdasarkan pembuktian ilmiah maka dari ijazah dan juga proses pembuktian ijazah. Pembuktian ilmiah tidak dapat dilakukan berdasarkan foto, dan aneka kesaksian dan aneka dokumen yang disodorkan sebab situasi perkembangan zaman sudah berubah sehingga diperlukan uji karbon untuk menentukan umur kertas dan aneka ujian lainnya seperti "Analisis Kimia" (Gas Chromatography-Mass Spectrometry - GC-MS) atau Spektroskopi dan juga Mikroskopi dan atau lainnya untuk memperkirakan usia tinta pada dokumen. Tanpa uji ilmiah maka soal ijazah mungkin akan tetap bergulir sekalipun mungkin ada keputusan pengadilan dibuat sebab tingkat kepercayaan terhadap sistem pengadilan alami ditorsi. Bila dapat dibuktikan ijazah Jokowi palsu maka hal itu dapat masuk dalam peristiwa black swan.
Teori Black Swan dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb, Professor of Risk Engineering dari New York University pada 2007 dalam buku yang berjudul The Black Swan: The Impact of the Highly Improbable. Taleb menberi batasan Black Swan sebagai sebuah kejadian yang memiliki tiga kondisi, yaitu:
- Pertama, kejadian tersebut sangat tidak terduga karena bukti historis atau catatan di masa lalu sangat minim untuk memberikan peringatan bahwa peristiwa ini akan terjadi.
- Kedua, kejadian tersebut memberikan dampak yang sangat besar atau ekstrem.
- Ketiga, setelah kejadian akan ditemukan fakta yang menciptakan sebuah penjelasan rasional untuk membuat kejadian tersebut bisa dijelaskan dan terprediksi.
Black Swan atau angsa hitam secara untuk pertama kali dipublikasi dalam suatu catatan oleh Willem de Vlamingh di Australia Barat pada tahun 1697. Sebelumnya para ahli biologi memperdebatkan keberadaan angsa hitam sebagai sebuah ketidakmungkinan karena bukti menyatakan semua angsa adalah putih. Pendekatan dengan teori Black Swan dapat digunakan untuk memperhitungkan kejadian bencana dan meminimalkan resiko di masa yang akan datang. Sementara dalam paper Ivan G. Wong (2013) berjudul How big, how bad, how often: are extreme events accounted for in modern seismic hazard analyses disebutkan bahwa terminologi Black Swan pada gempa merujuk pada bencana alam yang memiliki unsur kejutan, menimbulkan dampak yang besar, dan kerap dirasionalkan secara tidak tepat.
Perkembangan Teori black swan:
- Awal Pemikiran tentang Ketidakpastian: Sebelum menerbitkan The Black Swan (2007), Taleb telah menulis buku Fooled by Randomness (2001). Buku ini mengeksplorasi peran keberuntungan dan keacakan dalam kehidupan dan kesuksesan, serta kecenderungan manusia untuk melihat pola di mana sebenarnya tidak ada. Buku ini menjadi fondasi bagi pemikirannya tentang peristiwa-peristiwa ekstrem. Publikasi The Black Swan (2007): Buku inilah yang secara eksplisit memperkenalkan dan mempopulerkan teori black swan. Dalam buku ini, Taleb mengartikulasikan tiga karakteristik utama peristiwa black swan dan mengkritik pendekatan tradisional terhadap risiko dan prediksi yang mengandalkan data masa lalu dan asumsi normalitas.
- Pengaruh Krisis Keuangan 2008: Krisis keuangan global tahun 2008, yang terjadi tak lama setelah publikasi The Black Swan, memberikan validasi yang kuat terhadap ide-ide Taleb. Banyak pihak yang gagal memprediksi krisis ini, dan dampaknya sangat besar. Taleb sendiri telah memperingatkan tentang kerentanan sistem keuangan terhadap guncangan tak terduga.
- Pengembangan Lebih Lanjut: Setelah The Black Swan, Taleb terus mengembangkan dan memperluas teorinya dalam buku-buku berikutnya, seperti Antifragile (2012) dan Skin in the Game (2018). Dalam karya-karya ini, ia mengeksplorasi bagaimana sistem dan individu dapat menjadi tangguh (resilient) atau bahkan mendapatkan keuntungan (antifragile) dari ketidakpastian dan peristiwa-peristiwa black swan.
Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Teori:
- Kekecewaan terhadap Model Prediksi Konvensional: Taleb merasa frustrasi dengan model-model statistik dan ekonometri yang digunakan di dunia keuangan dan bidang lainnya, yang menurutnya gagal memperhitungkan risiko peristiwa-peristiwa ekstrem yang langka namun berdampak besar.
- Kritik terhadap Kurva Normal (Gaussian Distribution): Taleb mengkritik penggunaan kurva normal secara berlebihan untuk memodelkan fenomena dunia nyata, terutama di bidang keuangan dan sosial. Ia berpendapat bahwa banyak peristiwa penting mengikuti distribusi "ekor gemuk" (fat-tailed distributions), di mana probabilitas kejadian ekstrem jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh kurva normal.
- Kesadaran akan Bias Kognitif: Taleb juga menyoroti berbagai bias kognitif yang membuat manusia sulit memahami dan mengantisipasi peristiwa black swan, seperti hindsight bias (kecenderungan untuk berpikir bahwa suatu peristiwa dapat diprediksi setelah terjadi) dan confirmation bias (kecenderungan untuk mencari informasi yang mengkonfirmasi keyakinan yang sudah ada).
Ijazah Jokowi dapat dianggap peristiwa "black swan" bila ijazah dan proses mendapatkan ijazah jika ternyata setelah diuji secara ilmiah benar-benar dikatagorikan "asli tapi palsu" Hal lain yang secara internasional dianggap sebagai "angsa hitam - black swan" antara lain:
- Serangan 9/11: Peristiwa ini sangat tidak terduga dan memiliki dampak global yang besar, mengubah kebijakan keamanan dan geopolitik dunia.
- Krisis Keuangan 2008: Meskipun ada beberapa peringatan, skala dan kedalaman krisis ini mengejutkan banyak pihak dan memiliki konsekuensi ekonomi yang luas.
- Munculnya Internet: Meskipun ada perkembangan teknologi sebelumnya, dampak revolusioner internet terhadap komunikasi, bisnis, dan masyarakat secara umum sulit diprediksi sepenuhnya.
- Pandemi COVID-19: Penyebaran virus corona secara global dan dampaknya terhadap kesehatan, ekonomi, dan kehidupan sosial merupakan peristiwa yang tidak terduga bagi banyak orang.
Black Swan penting untuk dipahami, disebabkan adanya keterbatasan kemampuan dalam memprediksi masa depan. Ini mendorong kita untuk:
- Lebih berhati-hati terhadap asumsi: Jangan terlalu percaya pada model dan prediksi berdasarkan data masa lalu.
- Membangun ketahanan: Bersiap menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga dan memiliki rencana kontingensi.
- Mencari peluang dalam ketidakpastian: Beberapa peristiwa "black swan" juga dapat menciptakan peluang baru yang tidak terduga.
Black Swan hadir dalam dunia modern saat ini seperti yang dicontohkan oleh Taleb. Contoh "black swan" yang persis sesuai dengan definisi modern Taleb dalam Alkitab memang sedikit rumit, karena konteks dan tujuan penulisan Alkitab berbeda. Namun, kita bisa mengidentifikasi peristiwa-peristiwa dalam Alkitab yang memiliki kemiripan dengan karakteristik "black swan": tidak terduga bagi banyak orang pada masanya dan memiliki dampak yang sangat besar. Peristiwa yang dapat dipertimbangkan sebagai kejadian "black swan" dalam kisah di Alkitab diantaranya:
- Peristiwa Air Bah di Zaman Nuh:
- Tidak terduga: Meskipun Nuh memperingatkan selama bertahun-tahun, sebagian besar orang pada zamannya kemungkinan besar menganggap peringatannya gila dan tidak mungkin terjadi. Kehancuran seluruh peradaban oleh air bah pasti merupakan kejadian yang sangat tidak terduga bagi mereka yang tidak percaya.
- Dampak besar: Air bah menghapus hampir seluruh kehidupan di bumi (kecuali mereka yang berada di dalam bahtera), memulai kembali sejarah manusia melalui keluarga Nuh.
- Rasionalisasi retrospektif: Setelah terjadi, umat manusia memahami bahwa peringatan Nuh benar, dan tindakan Allah dipandang sebagai hukuman atas dosa. - Peristiwa Keluarnya Bangsa Israel dari Mesir:
- Tidak terduga: Setelah ratusan tahun menjadi budak, kemungkinan besar bangsa Israel tidak membayangkan akan dibebaskan dengan cara yang begitu dramatis melalui tulah-tulah dahsyat dan mukjizat Laut Merah. Bagi Firaun dan bangsa Mesir, kekalahan dan kehilangan yang mereka alami juga pasti tidak terduga.
- Dampak besar: Peristiwa ini menjadi fondasi identitas dan iman bangsa Israel, menandai kelahiran mereka sebagai bangsa yang dipilih Allah dan memiliki perjanjian dengan-Nya.
- Rasionalisasi retrospektif: Bangsa Israel dan generasi selanjutnya melihat peristiwa ini sebagai tindakan penyelamatan Allah yang berdaulat. - Peristiwa Kelahiran dan Kebangkitan Yesus Kristus:
- Tidak terduga: Meskipun ada nubuat-nubuat tentang Mesias, cara kedatangan Yesus (lahir dari seorang perawan, dalam kesederhanaan), pelayanan-Nya yang penuh paradoks, kematian-Nya di kayu salib (yang dianggap sebagai kutukan), dan kebangkitan-Nya yang mulia pasti sangat tidak terduga bagi banyak orang, termasuk para pengikut-Nya sendiri pada awalnya.
- Dampak besar: Kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus menjadi inti dari agama Kristen, mengubah sejarah dan peradaban dunia secara fundamental.
- Rasionalisasi retrospektif: Para pengikut Yesus kemudian memahami bahwa semua ini terjadi sesuai dengan rencana Allah dan nubuat-nubuat dalam Kitab Suci. - Peristiwa Pertobatan Saulus (Paulus):
- Tidak terduga: Saulus adalah seorang penganiaya jemaat Kristen yang gigih. Perjumpaannya yang dramatis dengan Yesus di jalan menuju Damaskus dan perubahan radikal dalam hidupnya pasti merupakan kejutan besar bagi semua orang yang mengenalnya, baik orang Yahudi maupun orang Kristen.
- Dampak besar: Paulus menjadi salah satu rasul yang paling berpengaruh, menyebarkan Injil ke seluruh dunia dan menulis sebagian besar Perjanjian Baru.
- Rasionalisasi retrospektif: Orang Kristen melihat pertobatan Paulus sebagai karya kasih karunia Allah yang ajaib.
Hal yang mendasar terkait dengan Alkitab ada perbedaan dengan konsep Taleb yaitu dalam konteks Alkitab, peristiwa-peristiwa ini seringkali dipandang sebagai bagian dari rencana dan tindakan Allah yang berdaulat, meskipun tidak terduga oleh manusia pada saat itu. Konsep "ketidakmungkinan" atau "kerandoman" yang ditekankan oleh Taleb mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan pandangan dunia teologis Alkitab. Namun, dari sudut pandang manusia pada saat terjadinya, peristiwa-peristiwa ini memiliki karakteristik ketidakdugaan dan dampak yang besar, mirip dengan konsep "black swan".
Alkitab menceritakan bahwa TUHAN Allah yang Kekal memiliki rencana yang kekal dari kekekalan hingga kekekalan dan DIA Mahatahu dan Mahakuasa sehingga bagi TUHAN tidak mengenal "Black Swan" sebab DIA Maha Tahu yang berbeda dengan manusia yang terbatas dan tidak mengetahui hari esok. Manusia mengenal teori evolusi tetapi TUHAN ketika berfirman maka terjadi revolusi sesuai Sabda yang diucapkan-Nya seperti saat penciptaan dan atau saat TUHAN memutuskan mendatangkan air bah zaman Nuh secara tiba-tiba sehingga mungkin terjadi pola zig zag yaitu saat TUHAN berdiam diri terjadi evolusi dan saat TUHAN berfirman maka dapat terjadi perubahan secara revolusi. Contohnya sederhana ketika berkata kepada pohon ara karena tidak ada buah saat didatangi Yesus maka dalam waktu relatif singkat pohon ara mati, dimana akar dan daun-daunnya dengan waktu relatif cepat alami layu dan kering.
Black Swan adalah bukti keterbatasan manusia dalam perencanaan masa depan karena banyak faktor tidak diketahui dan berada di luar kendali manusia dapat terjadi. Fenomena "black swan" melalui lensa iman Kristen berdasarkan Alkitab menghadirkan perspektif yang unik, yang sedikit berbeda dari fokus utama teori Taleb pada ketidakdugaan dan keterbatasan prediksi manusia. Peristiwa "black swan" berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab antara lain:
- Kedaulatan dan Kendali Allah:
- Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah Mahakuasa dan berdaulat atas seluruh ciptaan (Mazmur 103:19, Yesaya 45:5-7). Tidak ada yang terjadi di alam semesta ini di luar kendali atau pengetahuan-Nya, meskipun terkadang tampak acak atau tidak terduga bagi manusia. Peristiwa "black swan," meskipun tidak dapat diprediksi oleh manusia, bukanlah kejutan bagi Allah. Ia telah menetapkan atau mengizinkan terjadinya segala sesuatu sesuai dengan rencana dan tujuan-Nya yang lebih besar (Roma 8:28). - Keterbatasan Hikmat dan Pengetahuan Manusia:
- Alkitab mengakui keterbatasan hikmat dan kemampuan manusia untuk memahami rencana Allah sepenuhnya atau memprediksi masa depan dengan pasti (Amsal 16:9, 1 Korintus 13:12). Apa yang tampak sebagai kejutan tak terduga bagi kita mungkin merupakan bagian dari rencana Allah yang melampaui pemahaman kita saat ini. Konsep "black swan" dapat dilihat sebagai pengingat akan kerendahan hati di hadapan Allah yang Mahatahu. Kita tidak memiliki perspektif yang lengkap untuk memahami semua yang terjadi. - Ujian dan Pemurnian Iman:
- Beberapa peristiwa yang tampak seperti "black swan" (misalnya, bencana alam, kesulitan ekonomi, penganiayaan) dapat dipandang sebagai ujian iman atau sarana pemurnian karakter bagi orang percaya (Yakobus 1:2-4, 1 Petrus 1:6-7). Melalui kesulitan yang tidak terduga, iman kita dapat diuji dan diperkuat, dan kita belajar untuk lebih bergantung pada Allah. - Kesempatan untuk Melihat Pekerjaan Allah:
- Peristiwa-peristiwa yang mengguncang dan tidak terduga juga dapat membuka mata kita untuk melihat pekerjaan Allah dengan cara yang baru. Di tengah kesulitan, kita mungkin menyaksikan kasih karunia, pertolongan, dan pemeliharaan Allah yang tidak kita duga sebelumnya. "Black swan" moments bisa menjadi kesempatan bagi manifestasi kuasa dan kemuliaan Allah. - Panggilan untuk Bijaksana dan Bersiap:
- Meskipun Allah berdaulat, Alkitab juga mendorong umat-Nya untuk bertindak dengan bijaksana dan bersiap menghadapi masa depan yang tidak pasti (Amsal 22:3, Matius 25:1-13 tentang perumpamaan gadis-gadis bijaksana dan bodoh). Ini tidak berarti kita dapat memprediksi "black swan," tetapi kita dapat mengembangkan karakter yang teguh, membangun komunitas yang saling mendukung, dan mengandalkan firman Allah sebagai pedoman. - Harapan dalam Kedaulatan Allah:
- Bagi orang Kristen, di tengah ketidakpastian dan potensi terjadinya "black swan," ada harapan yang berakar dalam kedaulatan Allah yang penuh kasih. Kita percaya bahwa Allah bekerja untuk kebaikan mereka yang mengasihi-Nya (Roma 8:28), bahkan melalui peristiwa-peristiwa yang tampak kacau atau tragis.
Perbedaan Iman Kristen dengan Perspektif Sekuler Taleb adalah bahwa Taleb menekankan ketidakmampuan manusia untuk memprediksi dan pentingnya membangun sistem yang tahan terhadap kejutan. Iman Kristen, di sisi lain, mengakui ketidakmampuan prediksi manusia tetapi menempatkan kepercayaan pada kedaulatan dan hikmat Allah yang melampaui pemahaman kita. Bagi orang Kristen, tidak ada "kejutan" bagi Allah, dan Ia dapat menggunakan segala sesuatu untuk tujuan-Nya yang baik, meskipun jalannya tidak selalu kita pahami.
Pandangan iman Kristen terhadap "black swan" bukan hanya sebagai peristiwa acak yang tidak dapat diprediksi, tetapi sebagai bagian dari realitas yang berada di bawah kendali Allah yang berdaulat, yang dapat digunakan-Nya untuk menguji, memurnikan, dan menyatakan kemuliaan-Nya, serta untuk memanggil umat-Nya kepada hikmat dan ketergantungan kepada-Nya.
Contoh singkat kehidupan: Nuh, Musa, dan Paulus yang menunjukkan bagaimana bersandar kepada hikmat dan ketergantungan kepada Tuhan dalam situasi dan panggilan yang berbeda-beda, adalah:
- Nabi Nuh:
- Ketergantungan pada Petunjuk Ilahi: Nuh hidup di zaman kejahatan yang merajalela. Ketika Tuhan memutuskan untuk mendatangkan air bah, Ia memberikan petunjuk yang sangat spesifik kepada Nuh tentang cara membangun bahtera (Kejadian 6). Nuh tidak memiliki pengalaman membangun kapal sebesar itu, namun ia bergantung sepenuhnya pada instruksi Tuhan tanpa mempertanyakan atau mencoba mencari cara lain.
- Iman dalam Melakukan Perintah yang Tampak Mustahil: Membangun bahtera besar di daratan, jauh dari lautan, dan memberitakan tentang air bah yang belum pernah terjadi sebelumnya pasti tampak aneh dan tidak masuk akal bagi orang-orang di sekitarnya. Namun, Nuh beriman dan taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan, menunjukkan ketergantungannya pada hikmat Tuhan yang melampaui pemahaman manusia.
- Kesabaran dan Ketekunan: Proses pembangunan bahtera pasti memakan waktu yang sangat lama. Nuh membutuhkan kesabaran dan ketekunan untuk terus bekerja sesuai dengan rencana Tuhan, sambil menghadapi ejekan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Ini mencerminkan ketergantungannya pada kekuatan dan kesetiaan Tuhan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. - Nabi Musa:
- Ketergantungan pada Panggilan dan Janji Tuhan: Musa awalnya ragu dan merasa tidak mampu ketika Tuhan memanggilnya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir (Keluaran 3-4). Namun, Tuhan meyakinkannya dengan janji penyertaan dan memberikan tanda-tanda kuasa-Nya. Musa akhirnya bersandar pada panggilan dan janji Tuhan, meskipun menghadapi Firaun yang berkuasa dan bangsa Israel yang seringkali tidak sabar dan memberontak.
- Hikmat dalam Kepemimpinan yang Dipimpin Tuhan: Musa menghadapi berbagai tantangan dalam memimpin bangsa Israel di padang gurun. Ia seringkali berdoa dan mencari hikmat Tuhan untuk mengambil keputusan, menyelesaikan perselisihan, dan memberikan petunjuk kepada bangsa itu (Keluaran 18). Tuhan memberikan hukum dan peraturan melalui Musa, yang menjadi panduan bagi kehidupan bangsa Israel.
- Ketergantungan pada Kuasa Tuhan dalam Mukjizat: Keluarnya bangsa Israel dari Mesir penuh dengan mukjizat yang jelas menunjukkan kuasa Tuhan (misalnya, tulah-tulah, terbelahnya Laut Merah). Musa bergantung pada kuasa Tuhan untuk menyelamatkan bangsa itu dari kejaran Firaun dan untuk memenuhi kebutuhan mereka di padang gurun (misalnya, manna, air dari batu). - Rasul Paulus:
- Ketergantungan pada Kasih Karunia dan Kekuatan Kristus: Setelah perjumpaannya yang dramatis dengan Yesus di jalan menuju Damaskus, Paulus sepenuhnya mengubah hidupnya dan menjadi rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ia menyadari bahwa kekuatannya sendiri tidak cukup untuk menjalankan tugas yang berat ini. Paulus terus-menerus bersandar pada kasih karunia dan kekuatan Kristus (2 Korintus 12:9-10, Filipi 4:13).
- Hikmat dalam Pengajaran dan Pelayanan: Paulus memiliki pemahaman yang mendalam tentang Injil dan hikmat Allah yang tersembunyi dalam Kristus (1 Korintus 2). Dalam surat-suratnya, ia memberikan pengajaran yang bijaksana tentang berbagai aspek kehidupan Kristen, etika, dan teologi. Hikmatnya bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari pimpinan Roh Kudus dan pemahaman akan firman Tuhan.
- Ketergantungan dalam Penderitaan dan Penganiayaan: Pelayanan Paulus dipenuhi dengan penderitaan, penganiayaan, dan kesulitan (2 Korintus 11:23-28). Dalam semua itu, ia terus bersandar pada Tuhan sebagai sumber penghiburan, kekuatan, dan pengharapan. Ia belajar bahwa justru dalam kelemahannya, kuasa Kristus menjadi sempurna.
Black Swan menandakan bahwa TUHAN itu ada dan saat yang tepat menurut waktu yang ditetapkan maka DIA mengizinkan peristiwa yang mengejutkan terjadi meski tidak harus selalu berasal dari TUHAN. Contoh peristiwa saat Ayub di uji sehingga harta dan anak-anaknya habis bahwa tubuhnya alami penyakit yang tidak ada obatnya tetapi bila hal itu terjadi maka manusia akan dimurnikan dan kemuliaan TUHAN akan dinyatakan pada waktunya.
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Revolusi Dalam Evolusi Darwin
- TUHAN Itu Seperti Embun
- Waktu Celaka Untuk Bumi Dan laut
- Gempa Bumi Besar Dalam Alkitab
- Mulut Yesus Membungkam Musuh-Nya
- Gunung Hilang Kasih Tuhan Tetap
- Menghampiri Tahta Kasih Karunia
- Yesus Lahir Berita Kesukaan Besar
- Masa Kesengsaraan Besar
- Tragedi Tragis Sebelum Hari Murka TUHAN