Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Kamis, 19 April 2018

Seksualitas Manusia dan Penyimpangannya

Kejadian 4:1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN."

Teks di atas adalah ungkapan Adam bahwa dengan pertolongan TUHAN yang telah memberikan Hawa sebagai isterinya maka ia mendapatkan keturunan anak laki-laki. Ini mengambarkan bahwa manusa secara biologis memiliki seksualitas yang menhadirkan keturunan.

A. Heuken SJ menyatakan seksualitas seorang pria dan wanita mewarnai seluruh pribadinya sampai pada cara berpikir, merasa dan bereaksi. Dalam hal ini bukan hanya hormon seksual saja yang berperan, melainkan juga rangsangan dari luar yang diberikan oleh lingkungan kebudayaan atau riwayat pribadi seseorang pada aneka tindakan dan tanda dan atau pada aneka simbol dan arti. Tingkah laku seksual sebagai ungkapan rasa dan pandangan terhadap lawan jenis dan Tuhan memberikan lembaga pernikahan untuk mengekspresikan dengan bebas dan bertanggungjawab yang dilandasi saling mengasihi, namun pada kenyataan seringkali:
  • Sarana untuk menyatakan cinta kasih yang luhur dan hangat kepada partner, tetapi dapat alat memuaskan keinginan akan kenikmatan secara egois dengan memperkosa badan, perasaan dan cinta orang lain. Hal ini menyebabkan seksualitas manusia perlu diarahkan secara sadar yang diwarnai budaya yang dianut.
Hubungan intim sebagai ungkapan rasa diterima, bersatu, terlindung dan hangat tetapi juga rasa ingin menguasai dan melampiaskan nafsu sehingga hubungan ini harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Dorongan seksual seharusnya mengarahkan manusia bahwa partner adalah sederajat yang saling membutuhkan, melengkapi dan menyenangkan dan tempat mencurahkan segala sesuatu dalam berkomunikasi. Dalam kegiatan seksualitas Alkitab mengajarkan bahwa partner adalah sosok yang diterima dan dicintai seutuhnya, eksklusif dan tetap tanpa syarat dalam pernikahan. Hubungan seks hanya dapat setelah pernikahan dimana Allah Pencipta merestui, menyertai dan memberkati hubungan seksualitas yang menyentuh hubungan intim sampai senggama yang melahirkan keturunan ilahi.

Dalam hubungan suami-isteri maka dua belah pihak timbul saling membutuhkan diantaranya seks ( 1 Korintus 7:3 Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.) Menurut Alkitab - "seksualitas" pada dirinya, dan pada hakikatnya, adalah baik. Baik, sama seperti semua ciptaan Allah yang lain, menurut penilaian Allah, "sungguh amat baik" (Kejadian 1:31). Tidak kotor, nista atau hina. Sebaliknya, ia suci, mulia, menyenangkan.

Seksualitas memungkinkan mutualitas atau hubungan timbal balik antar manusia. Juga kesetaraan antar manusia. Dan, jangan lupa, kesatuannya! "Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku . sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kejadian 2:23-24).

Seksualitas yang baik memiliki penertian hubungan tersebut tidak menimbulkan efek-efek merugikan, baik bagi dirinya maupun partner serta tidak menimbulkan konflik-konflik psikis, tidak berupa paksaan atau perkosaan serta dilakukan dengan bertanggungjawab yakni kedua belah pihak menyadari dampak dan resiko yang akan timbul dimana kedua belah pihak bersama-sama menuaikan tanggungjawab dalam ikatan kesatuan yang menjadikan mereka adalah satu karena sudah disatukan dalam pernikahan/perkawinan serta sah menurut hukum dan budaya.

Sejak manusia jatuh dalam dosa, lembaga pernikahan tercemar dan ini mengakibatkan hadirnya abnormalitas dalam seksualitas yang terdiri atas:
  • Faktor hereditas.
  • Faktor sebelum lahir.
  • Faktor ketika lahir.
  • Faktor sesudah lahir.
Bidang konseling dan psikologi memusatkan perhatian abnormalitas seksual kepada dorongan pemuas seksual. Abnormalitas seksual dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
  1. Adanya dorongan-dorongan seksual abnormal.
  2. Adanya partner seks yang abnormal.
  3. Adanya cara-cara yang abnormal dalam pemuasan dorongan seksual.
Dorongan seksual yang tidak normal antara lain:
  • Adanya prostitusi/pelacuran
  • Promiscuitas
  • Perzinahan
  • Seduki.
  • Perkosaan.
  • Frigiditas.
  • Impotensi.
  • Ejakulasi prematur.
  • Copulatory impotency.
  • Nymfomania.
  • Satyriasis.
  • Vaginismus.
  • Dispareunia.
  • Anorgasme.
  • Kesukaran coitus pertama.
Partner seks abnormal, antara lain:
  • Homoseksualitas.
  • Poligami.
  • Biseksual.
  • Bestiality.
  • Zoofilia.
  • Nekrofilia.
  • Pornografi.
  • Obscenity.
  • Pedofilia.
  • Fetishisme.
  • Geronto seksualitas.
  • Incest
  • Saliromania
  • Wifeswapping.
  • Mysofilia, Koprofilia atau Urofilia.
Cara-cara abnormal pemuas dorongan seksual, diantaranya:
  • Onani atau masturbasi.
  • Sadisme.
  • Sodomi.
  • Masokhisme dan sadomasokhisme.
  • Voyeurisme / Skoptofilia.
  • Ekshibisionisme seksual
  • Transvestitisme.
  • Transseksualisme.
  • Troilisme
Pandangan psikologi terhadap penyimpangan seksual tidak hanya bersangkutan dengan pemuasan dorongan seksual, akan tetapi merupakan mekanisme pertahan diri terhadap perasaan-perasaan tidak senang, ketakutan, kecemasan dan depresi sehingga dalam menangani hal tersebut melakukan aneka pendekatan, antara lain : klinis, psikoanalitis, medis, treatment behavioral, pekerjaan sosial dan atau sosial budaya.

Pandangan psikologi berbeda dengan Alkitab, sebab Alkitab menyatakan itu adalah dosa. ( Roma 1:25-27 ~ Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka)

Dalam praktek konseling Kristen biasanya dilakukan pendekatan holistik antara segi spiritual, psikologi serta sosial. Pendekatan yang biasanya dianjurkan tidak serta merta langsung dipersalahkan dan dicap sebagai pendosa, tetapi terlebih dahulu dicari akas masalahnya bersamaan dengan menyadarkan orang itu akan dosa-dosanya yang ia perbuat dan memperhadapkan dengan kasih TUHAN yang sempurna, meski harus tetap bertanggungjawab sebab dosa seks adalah dosa terhadap tubuhnya sendiri (misalnya menderita penyakit sakit kelamin) Terkadang dalam situasi tertentu diperlukan hikmat khusus dan kuasa yang ajaib dari TUHAN melalui doa dan puasa , tetapi hal utama untuk melakukan pembebasan, tentu mutlak hidup kudus dan benar serta berkenan kepada-Nya sangat mutlak.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bimbingan untuk mengenal diri sendiri sebagai ciptaan Allah yang sempurna dan maksud Allah dalam hidupnya yang memulihkan dan memperbaharui wawasan tentang Allah dan dirinya serta lingkungan dimana Allah sanggup menjadi segala sesuatu menjadi baru dan semuanya indah pada waktunya.

Dengan memikirkan perkara yang di atas maka pikiran Kristus yang dinyatakan dalam Firman-Nya (untuk mengenalnya harus baca, renungkan kemudian melangkah belajar untuk lakukan) dan Roh Allah akan melakukan hal yang tidak dapat dikerjakan oleh manusia , Dia sanggup melakukan perubahan yang signifikan.

Yohanes Wisok menyatakan bahwa seks harus dilakukan antara pasangan yang sah, dan ini harus kita terima. Namun kita menerimanya bukan karena seks sebagai tujuan melainkan hanyalah sebuah media, sarana yang diciptakan TUHAN untuk mengeratkan hubungan cinta pasangan suami-isteri yang dari padanya lahir buah-buah cinta.

Dan seks itu tidak hanya sekedar alat vital manusia, kan? Seks sangat luas kompleksitasnya. Bila seks hanya direduksi sebatas alat vital maka jika salah satu pasangan tidak lagi memenuhi harapan, pasangan yang satunya akan mudah mencari di luar rumah.

Kasihilah partner adalah hukum Tuhan. Kasih itu tidak bersyarat, maka bila partner alami masalah organ seks tertentu, tetaplah kasihi sebab dia adalah teman pewaris kasih karunia yang sah. Bila organ seks tertentu bermasalah sehingga jadi "orang lemah" tetaplah mengasihi dan hidup bijaksana sehingga doa yang dipanjatkan kepada TUHAN tidak terhalang karena melupakan pasangan hidup adalah dosa dan dosa menghalangi kita masuk ke dalam hadirat Tuhan Mahakudus waktu berdoa.
Mintalah roh pengasihan dari Tuhan hadir dalam hidup di keluarga yang melampaui masalah yang menganggu aktivitas seksual.(1 Petrus 3:7 ~ Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.)

Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (82) budaya (47) dasar iman (93) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)