Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Minggu, 08 Juni 2025

Menanti di Yerusalem, Roh Kudus Tercurah

Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." Lukas 24:49

Pesan Yesus menjelang terangkat ke surga untuk para murid-Nya yaitu para murid harus tinggal di Yerusalem untuk diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi (Lukas 24:49). Kuasa itu nyata pada hari pentakosta setelah menunggu selama sepuluh hari di Yerusalem. Ada beberapa alasan penting mengapa harus menantikan untuk diperlengkapi kuasa di Yerusalem, antara lain:
- Memenuhi Janji Allah dan Nubuat Perjanjian Lama.
- Yerusalem sebagai Titik Awal Misi Global.
- Ujian Ketaatan dan Kesabaran.
- Persiapan Rohani Sebelum Menerima Kuasa.
- Tanda Peralihan dari Hukum Taurat ke Anugerah Roh

Menunggu diperlengkapi kuasa di Yerusalem terkait memenuhi janji Allah dan nubuat Perjanjian Lama sehingga para murid berdiam di Yerusalem bukanlah kebetulan melainkan penggenapan nubuat. Hal itu dijelaskan yaitu:

  • Nubuat tentang Pencurahan Roh Kudus di Sion (Yerusalem),
    - Nubuat Nabi Yoel 2:28-32, "Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia..." (Yoel 2:28). Lokasi nubuat ini terkait Sion/Yerusalem: "Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan; sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan..." (Yoel 2:32). Nubuat Yoel digenapi saat pencurahan Roh terjadi di Yerusalem. Petrus langsung mengutip nubuat Yoel saat Roh Kudus turun di Pentakosta (Kisah 2:16-21).
    - Nubuat Yesaya tentang Pemulihan Sion, Yesaya menubuatkan pemulihan rohani Yerusalem di akhir zaman: "Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering; Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu..." (Yesaya 44:3). Nubuat Yesaya digenapi saat Roh Kudus dicurahkan seperti hujan (bandingkan dengan istilah "dibaptis dengan Roh" dalam Kisah 1:5). Yerusalem, yang secara spiritual "kering" setelah penolakan terhadap Kristus, mengalami kebangunan rohani besar.
  • Nubuat tentang Misi Universal Dimulai dari Yerusalem, hal itu dapat dilihat antara lain:
    - Yesaya 2:3 dan Mikha 4:2 ⇆ "Sebab dari Sion akan keluar pengajaran, dan firman TUHAN dari Yerusalem." Nubuat ini menunjuk pada penyebaran kebenaran Allah ke seluruh dunia yang penggenapannya terjadi dalam Kisah Para Rasul 2 sebab dari misi meluas dari Yerusalem ke Yudea, Samaria, dan seluruh dunia (Kisah 1:8).
    - Nubuat Pemulihan Israel dan Kovenan Baru yang sejalan dengan Yeremia 31:31-34 menubuatkan perjanjian baru yang akan melibatkan transformasi hati oleh Roh Allah juga Yehezkiel 36:26-27 menubuatkan: "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan Roh yang baru akan Kuberikan ke dalam batinmu... Aku akan mengaruniakan Roh-Ku ke dalam batinmu." Penggenapannya nyata saat Roh Kudus diberikan di Yerusalem, mengawali era Perjanjian Baru. Hati murid-murid diubah (misalnya, Petrus yang penakut menjadi pemberani).
  • Nubuat tentang Mesias yang Akan Mengirim Roh-Nya:
    - Yesus sebagai Penggenapan Nubuat Mesianik sesuai dengan Yesaya 11:2 menubuatkan bahwa Mesias akan dipenuhi Roh Allah dan Yesaya 61:1 (dikutip Yesus di Lukas 4:18): "Roh Tuhan ALLAH ada pada-Ku... untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN." Penggenapan: Yesus, sebelum naik ke surga, berjanji mengirim Roh yang sama kepada murid-murid-Nya (Yohanes 14:16-17; Kisah 1:8). Pencurahan Roh di Yerusalem adalah kelanjutan karya Mesias.
    - Nubuat tentang Baptisan Roh sesuai dengan nubuat Yohanes Pembaptis ⇆ "Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api." (Matius 3:11). Penggenapan: Di Yerusalem, janji ini digenapi saat lidah-lidah api muncul di atas murid-murid (Kisah 2:3).
  • Simbolisme Yerusalem dalam Nubuat Akhir Zaman, yaitu:
    - Yerusalem sebagai Pusat Pemulihan Allah sesuai Zakharia 14 menubuatkan penyucian Yerusalem di akhir zaman. Penggenapan parsial: Roh Kudus menguduskan Yerusalem secara rohani melalui gereja mula-mula. Kota yang menolak Kristus justru menjadi tempat kelahiran gereja-Nya.
    - Bait Allah Rohani yaitu nubuat tentang Bait Allah yang baru (Yehezkiel 40-48) digenapi dalam gereja sebagai bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16). Penggenapan: Di Yerusalem, Roh Kudus mulai tinggal dalam umat Allah, bukan lagi di bait fisik.

Yerusalem sebagai Titik Strategis untuk Misi Global (Pada Zaman Yesus dan Gereja Awal) Yerusalem bukan hanya kota suci bagi orang Yahudi, tetapi juga pusat strategis bagi penyebaran Injil ke seluruh dunia pada abad pertama. Sejumlah alasan mengapa Yerusalem menjadi lokasi ideal untuk memulai misi global gereja:
- Pusat Religius dan Ziarah Internasional terkait Yerusalem adalah ibu kota spiritual Yahudi, tempat Bait Allah berdiri. Setiap tahun, orang Yahudi dari seluruh dunia (Diaspora) berdatangan untuk hari raya seperti Paskah, Pentakosta, dan Tabernakel (Kisah 2:5-11). Saat Roh Kudus dicurahkan pada Pentakosta, ada orang-orang dari 15+ wilayah berbeda (Kisah 2:9-11) yang langsung mendengar Injil dalam bahasa mereka.
- Kota dengan Infrastruktur Komunikasi Maju mengingat sebagai kota penting Romawi, Yerusalem terhubung dengan jaringan jalan dan perdagangan internasional. Para peziarah membawa kabar tentang Yesus pulang ke negara asal, menjadi saksi alami (misalnya, orang-orang dari Roma, Mesir, Arabia, dll. dalam Kisah Para Rasul 2).
- Simbol Universal: Dari Yudaisme ke Kekristenan terkait Yerusalem adalah tempat kematian dan kebangkitan Yesus sebagai peristiwa inti Injil. Dengan dimulainya gereja di sini, ada kontinuitas historis dari Perjanjian Lama (hukum Taurat) → Perjanjian Baru (kasih karunia) serta Ibadah simbolik (korban Bait Allah) → penggenapan dalam Kristus.
- Pengaruh Politik dan Sosial dengan pertimbangan seandainya Injil diterima/ditolak di Yerusalem, dampaknya akan cepat menyebar ke seluruh kekaisaran Romawi. Penolakan oleh otoritas Yahudi justru mempercepat perluasan misi ke bangsa-bangsa non-Yahudi (Kisah Para Rasul 8:1, 13:46).
- Memenuhi Pola Penyebaran Injil yang tertulis dalam Lukas 24:47 dan Kisah 1:8 menegaskan kebijakan Allah yang sering memakai pusat-pusat strategis (kota besar, kampus, komunitas berpengaruh) untuk mempercepat penyebaran Injil.
"… dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem."
"… kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi."

Ujian Ketaatan bagi Murid-Murid dalam Menantikan Janji Allah di Yerusalem. Ketika Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk tinggal di Yerusalem dan menantikan pencurahan Roh Kudus (Lukas 24:49; Kisah 1:4), hal ini menjadi ujian ketaatan yang sangat penting. Makna mendalam di balik ujian ini:
- Ketaatan Tanpa Segera Melihat Hasil. Murid-murid mungkin ingin segera memberitakan Injil atau melawan musuh (seperti Petrus yang pernah menghunus pedang). Namun, Yesus menyuruh mereka berdiam diri dan menunggu—suatu ujian kesabaran untuk tunduk pada waktu Allah, bukan keinginan sendiri.
* Prinsip: Allah sering memakai masa penantian untuk menyiapkan hati kita sebelum memberi kuasa.
- Ketaatan Meski Tanpa Kejelasan Penuh. Mereka belum sepenuhnya mengerti apa arti "kuasa dari tempat tinggi" (Roh Kudus baru dicurahkan di Pentakosta). Namun, mereka taat meski belum melihat bentuk janji itu secara nyata.
* Prinsip: Iman sejati taat bahkan ketika belum mengerti seluruh rencana Allah.
- Ketaatan yang Mengalahkan Rasa Takut. Yerusalem adalah tempat Yesus disalibkan dan para murid sebelumnya bersembunyi (Yohanes 20:19). Kembali ke Yerusalem berarti berada di zona bahaya, tetapi mereka memilih taat.
* Prinsip: Ketaatan sering kali memerlukan keberanian melawan ketakutan.
- Ketaatan dalam Kesatuan dan Doa. Selama 10 hari menunggu, mereka bertekun dalam doa dan persekutuan (Kisah Para Rasul 1:14). Ini ujian untuk tidak berselisih atau berinisiatif sendiri (bandingkan dengan usaha mereka sebelumnya berebut kedudukan, Markus 9:34).
* Prinsip: Ketaatan kolektif menghasilkan kesatuan yang diperlukan untuk karya besar Allah.
- Ketaatan yang Menolak Solusi Instan. Mereka bisa saja berpikir: "Kita sudah bertahun-tahun mengikut Yesus, buat apa menunggu lagi?" "Lebih baik langsung bertindak!" Namun, mereka memilih bergantung pada janji Allah, bukan pengalaman atau kemampuan masa lalu.
* Prinsip: Kuasa ilahi tidak bisa digantikan oleh pengalaman atau semangat manusia.

Ujian ketaatan berdiam di Yerusalem bagi para murid Yesus juga dapat berlaku bagi kita saat ini. Hal yang serupa antara lain:
- Perintah untuk menunggu dalam doa.
- Panggilan untuk setia di tengah ketidakpastian.
- Tuntutan mengutamakan persekutuan dengan sesama orang percaya.
* Ketaatan membuka pintu kuasa Allah, seperti yang terjadi pada murid-murid yaitu penyerahan total pada waktu dan cara Allah adalah kunci untuk mengalami kuasa-Nya. Seperti mereka, kita dipanggil untuk taat lebih dulu, baru melihat kemuliaan Allah dinyatakan. "Sesungguhnya, orang yang menantikan TUHAN mendapat kekuatan baru." (Yesaya 40:31).

Menunggu di Yerusalem sebagai Persiapan Rohani Ketika Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk tinggal di Yerusalem dan menunggu janji Bapa (Lukas 24:49; Kisah 1:4), masa penantian itu bukan sekadar diam tanpa aktivitas, melainkan masa persiapan rohani yang krusial. Hal itu menyangkut beberapa hal, diantaranya:

  • Persiapan Mental dan Emosional. Murid-murid baru saja melalui trauma (penyaliban Yesus), kebingungan (kebangkitan-Nya), dan ketidakpastian (masa depan misi mereka). Dengan menunggu di Yerusalem, mereka diberi waktu untuk:
    - Memproses pengalaman rohani mereka bersama Yesus.
    - Melepaskan harapan duniawi tentang Kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 1:6) dan beralih ke visi ilahi.
    - Menguatkan iman sebelum menghadapi penganiayaan (Kisah Para Rasul 4-8).
  • Persiapan Komunal (Persekutuan). Selama 10 hari (antara Kenaikan dan Pentakosta), mereka bertekun dalam doa dan persekutuan (Kisah 1:14). Hal ini mencakup:
    - Rekonsiliasi (misalnya, Petrus yang pernah menyangkal Yesus kini dipulihkan).
    - Kesatuan hati (mereka "sehati dan sejiwa," Kisah Para Rasul 2:46).
    - Peneguhan kepemimpinan (pemilihan Matias menggantikan Yudas, Kisah Para Rasul 1:15-26).
    * Tanpa persiapan ini, gereja mungkin terpecah oleh ego atau konflik internal.
  • Persiapan Spiritual (Doa dan Penyembahan). Mereka menghabiskan waktu dalam doa intensif, yang menjadi fondasi pencurahan Roh Kudus. Doa adalah latihan ketergantungan mutlak pada Allah, bukan kekuatan sendiri. Ini mencerminkan prinsip: "Kuasa rohani lahir dari keintiman dengan Allah."
  • Persiapan Teologis (Pemahaman yang Lebih Dalam). Selama menunggu, mereka pasti mengingat pengajaran Yesus dan merenungkan Kitab Suci (Mazmur, nubuat tentang Mesias). Contoh: Petrus saat berkhotbah di Pentakosta langsung mengutip Perjanjian Lama (Kisah Para Rasul 2:16-21, Yoel 2). Penantian mematangkan pemahaman mereka tentang rencana Allah.
  • Persiapan untuk Pengutusan. Dengan menunggu, mereka belajar:
    - Bukan mereka yang bekerja, melainkan Allah yang bertindak melalui mereka.
    - Misi dimulai dari Yerusalem, tetapi tidak berhenti di situ (Kisah Para Rasul 1:8).
    - Jika mereka langsung pergi tanpa menunggu, mereka akan mengandalkan strategi manusiawi, bukan kuasa ilahi.
  • Masa persiapan sesuatu yang memiliki peran penting. Sebelum terjun dalam pelayanan, kita perlu "masa Yerusalem" yaitu:
    - Waktu untuk berdoa, berpuasa, dan memperdalam hubungan dengan Tuhan.
    - Evaluasi hati: Apakah motivasi kita murni untuk kemuliaan-Nya?
    - Belajar bersabar dalam penantian, karena Allah punya waktu yang tepat.
    - Tanpa persiapan rohani, pelayanan bisa kehilangan kuasa atau menjadi sekadar aktivitas manusiawi.

    Menantikan atau menunggu di Yerusalem adalah disiplin rohani yang:
    - Memurnikan motivasi murid-murid.
    - Mempersatukan mereka sebagai gereja.
    - Memperdalam ketergantungan mereka pada Allah.
    - Menyiapkan mereka untuk menerima kuasa dan menjalankan misi.
    * "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan Roh-Ku," firman TUHAN (Zakharia 4:6). Penantian adalah proses Allah mempersiapkan kita untuk karya-Nya yang lebih besar!

    Lambang Peralihan Zaman: Yerusalem sebagai Titik Balik Sejarah Penyelamatan Ketika Allah memilih Yerusalem sebagai tempat murid-murid Yesus menerima kuasa Roh Kudus (Kisah 2), kota ini menjadi lambang peralihan zaman dari era Hukum Taurat menuju era Anugerah. Simbolik yang terkandung antara lain:

    1. Dari Bait Allah ke Bait Rohani:
      - Zaman Taurat: Allah Berdiam di Bait Suci. Bait Allah di Yerusalem adalah pusat penyembahan Yahudi, tempat kemuliaan Shekinah (kehadiran Allah) berdiam (1 Raja-raja 8:10-11). Hanya imam yang boleh masuk Tempat Mahakudus, dan korban darah diperlukan untuk pendamaian dosa.
      - Zaman Roh Kudus: Allah Berdiam dalam Umat-Nya. Roh Kudus turun di Yerusalem, tetapi tidak di Bait Allah—melainkan di ruang atas tempat murid-murid berkumpul (Kisah 2:1-4). Gereja menjadi Bait Allah yang baru: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1 Korintus 3:16).
      - Peralihan simbolik dari Bait fisik (terbatas pada lokasi dan ritus) → Bait rohani (Roh Kudus tinggal dalam setiap orang percaya).
    2. Dari Israel Jasmani ke Israel Rohani:
      - Zaman Taurat: Pusat Penyembahan di Yerusalem. Orang Yahudi percaya keselamatan hanya untuk Israel dan proselit (orang asing yang masuk Yudaisme). Ibadah terpusat di Bait Allah, dengan tembok pemisah antara Yahudi dan non-Yahudi (Efesus 2:14).
      - Zaman Roh Kudus: Injil untuk Semua Bangsa. Roh Kudus dicurahkan di Yerusalem, tetapi bahasa-bahasa bangsa lain terdengar (Kisah Para Rasul 2:5-11), menandakan Injil kini universal.
      - Peralihan simbolik dari keselamatan eksklusif untuk Yahudi → Injil inklusif untuk semua bangsa (Galatia 3:28).
    3. Dari Korban Binatang ke Korban Hidup:
      - Zaman Taurat: Penyembahan dengan Darah Lembu dan Domba. Imam mempersembahkan korban di Bait Allah setiap hari (Ibrani 10:11). Sistem ini hanya menutup dosa sementara.
      - Zaman Roh Kudus: Penyembahan dalam Roh dan Kebenaran. Korban Yesus di kayu salib (juga di Yerusalem) menggenapi semua korban (Ibrani 10:12-14). Roh Kudus memampukan penyembahan baru: "Sembahlah Bapa dalam roh dan kebenaran." (Yohanes 4:23).
      - Peralihan simbolik dari ibadah ritualistik → ibadah yang hidup oleh Roh.
    4. Dari Hukum yang Tertulis ke Hukum yang Tertanam di Hati:
      - Zaman Taurat: Hukum Eksternal di Atas Loh Batu, 10 Perintah ditulis di batu (Keluaran 31:18). Manusia gagal taat karena kelemahan daging (Roma 8:3).
      - Zaman Roh Kudus: Hukum Internal di Dalam Hati. Nubuat Yeremia 31:33 digenapi: "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka." Roh Kudus mengubah hati (Yehezkiel 36:26-27).
      - Peralihan simbolik dari Taurat membebani → Roh memerdekakan (Roma 8:2).
    5. Dari Kerajaan Politik Israel ke Kerajaan Rohani Allah:
      - Zaman Taurat: Harapan akan Mesias Politik. Orang Yahudi menanti Mesias yang akan memulihkan kerajaan Daud secara politis (Kisah Para Rasul1:6).
      - Zaman Roh Kudus: Kerajaan Allah yang Tidak Kelihatan. Yesus menolak jadi raja duniawi (Yohanes 6:15), tetapi memulai Kerajaan Allah yang rohani. Roh Kudus adalah jaminan kuasa Kerajaan ini: "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." (Roma 14:17).
      - Peralihan simbolik dari harapan nasionalis Israel → misi global gereja.

    Para murid Yesus menanti di Yerusalem lalu Roh Kudus tercurah di hari Pentakosta suatu peristiwa penting dalam melanjutkan misi Yesus Kristus di dunia. Dampak para murid Yesus menunggu janji TUHAN di Yerusalem antara lain:

    1. Dampak Politik seperti ancaman bagi Otoritas Agama Yahudi diantaranya penolakan Pemimpin Yahudi Terhadap Yesus, para imam dan Sanhedrin sebelumnya telah menyalibkan Yesus karena menganggap-Nya ancaman. Ketika murid-murid mulai berkhotbah tentang kebangkitan Yesus (Kisah Para Rasul 2-4), otoritas Yahudi melihatnya sebagai pemberontakan baru dan menimbulan respon dari otoritas yaitu penangkapan dan penganiayaan. Petrus dan Yohanes ditangkap (Kisah 4:1-3), tetapi justru memicu pertumbuhan gereja yang lebih cepat (Kisah 4:4). Penganiayaan oleh Imam Besar dan Saduki (Kisah Para Rasul 5:17-18) malah menyebarkan Injil ke luar Yerusalem (Kisah Para Rasul 8:1, 11:19). Terjadinya "Pergeseran Kekuasaan Spiritual" karena Bait Allah kehilangan otoritas mutlak, karena Roh Kudus kini berdiam di hati orang percaya (1 Korintus 3:16) diikuti Agama Yahudi terpecah: Sebagian menerima Yesus sebagai Mesias, sebagian menolak, mempercepat pemisahan Kekristenan dari Yudaisme.
    2. Dampak Sosial yaitu "Transformasi Masyarakat Yerusalem" seperti: Pertumbuhan Komunitas Kristen yang Solid - 3.000 orang percaya dalam satu hari (Kisah Para Rasul 2:41) menciptakan komunitas baru yang hidup dalam persekutuan, berbagi harta, dan ibadah (Kisah Para Rasul 2:42-47), Gaya hidup mereka berbeda dari masyarakat Yahudi pada umumnya, menarik perhatian sekaligus kecurigaan lalu terjadi ketegangan sosial dengan Non-Kristen. Orang Yahudi yang menolak Injil mulai memusuhi orang Kristen (misalnya, penganiayaan oleh Saulus sebelum bertobat, Kisah Para rasul 8:1-3). Orang Romawi awalnya menganggap Kristen sebagai sekte Yahudi, tetapi kemudian melihatnya sebagai gerakan terpisah yang potensial mengganggu stabilitas. Dampak Ekonomi: Berbagi Harta dan Kesejahteraan Bersama - Praktik jual beli harta untuk dibagikan (Kisah 2:44-45) mengganggu struktur ekonomi tradisional. Kasus Ananias dan Safira (Kisah 5:1-11) menunjukkan betapa seriusnya standar integritas dalam komunitas baru ini.
    3. Dampak Global dimulainya Titik Awal Misi Internasional dengan Yerusalem sebagai pusat penyebaran. Karena Yerusalem adalah kota multikultural (orang Yahudi diaspora dari berbagai bangsa tinggal di sana, Kisah 2:5-11), Injil langsung tersebar ke wilayah lain. Penganiayaan justru mempercepat misi. Orang-orang percaya yang tercerai-berai memberitakan Injil ke Samaria, Antiokhia, dan akhirnya ke Roma (Kisah 8:4; 11:19-26) lalu berdampak lahirnya Gereja Non-Yahudi. Kornelius (orang Romawi) menjadi contoh pertama orang non-Yahudi yang menerima Roh Kudus (Kisah Para Rasul 10) dilanjutkan Konsili Yerusalem (Kisah Para Rasul 15) menetapkan bahwa orang non-Yahudi tidak perlu mengikuti Hukum Musa, membuka pintu bagi Kekristenan global.

    Para murid menantikan Janji Bapa di Yerusalem kemudian Roh Kudus tercurah memberikan pelajaran praktis bagi kita, seperti:
    ✔️ Hadapi masalah sosial, ekonomi, dan keluarga bukan hanya dengan strategi, tetapi doa dan firman.
    ✔️ Bersabar dalam proses, percaya bahwa Tuhan sedang bekerja.
    ✔️ Jangan bertindak sebelum dibimbing oleh Roh Kudus.







    Tulisan lainnya di werua blog:
    Menantikan TUHAN
    Menunggu Waktu TUHAN
    Mentalitas Anak-Anak Allah
    Bagaimana Cara Berdoa
    TUHAN itu Pengharapan
    Pemeliharaan TUHAN
    Ketika Sulit Mempercayai TUHAN
    Kegagalan Beriman Menurut Kitab Yudas
    TUHAN Pemilik Waktu
    Dipanggil Menjadi Saksi


Share this

Random Posts

Label Mobile

Dogmatika (75) Hermeneutika (78) Lainnya (96) Resensi buku (9) Sains (57) Sistimatika (71) Video (9) biblika (86) budaya (52) dasar iman (103) karakter (44) konseling (86) manajemen (72) pendidikan (59) peristiwa (72) sospol (67) spritualitas (94) tokoh alkitab (44)