Kata saksi dalam teks di atas berasal dari kata μάρτυρες / martyres yang berasal dari kata dasar μάρτυς "martus" yang memiliki makna sebagai saksi dan atau martir. Seorang saksi adalah seorang yang seseorang yang memberi kesaksian atau memberikan bukti. Konsep μάρτυς merupakan bagian penting untuk memahami misi dan identitas komunitas Kristen awal, karena mereka dipanggil untuk menjadi saksi hingga ke ujung bumi, sering kali dengan pengorbanan pribadi yang besar yaitu individu yang bersaksi tentang kebenaran Yesus Kristus dan ajaran-ajaran-Nya. Istilah ini digunakan baik dalam arti umum sebagai saksi maupun dalam arti khusus bagi mereka yang menderita kemartiran karena iman mereka.
Konsep μάρτυς dalam Perjanjian Baru berakar kuat dalam gagasan memberikan kesaksian tentang kebenaran. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan mereka yang telah melihat, mendengar, atau mengalami sesuatu dan dipanggil untuk memberikan kesaksian tentang hal itu. Dalam konteks gereja Kristen awal, seorang μάρτυς adalah seseorang yang memberikan kesaksian tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Untuk menjadi saksi kebenaran maka Yesus menganugerahkan kuasa yaitu saat Roh Kudus turun ke atas para murid-Nya sehingga para murid menjadi utusan-Nya yang bersaksi tentang pekerjaan dan pesan Kristus. Menyampaikan pesan dan turut melakukan pekerjaan Kristus Yesus, para murid alami penderitaan aniaya atau kematian karena kesaksian mereka tentang Kristus. Stefanus sering dianggap sebagai martir Kristen pertama, seperti yang dijelaskan dalam Kisah Para Rasul 7:58-60 , di mana ia dirajam dengan batu karena pernyataan imannya yang berani. Kitab Wahyu sering menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan mereka yang berpegang teguh pada kesaksian mereka tentang Yesus, bahkan dalam menghadapi penganiayaan. Wahyu 2:13 menyebutkan Antipas, "Saksi-Ku yang setia, yang telah dibunuh di antara kamu, di tempat Iblis tinggal."
Peran seorang μάρτυς bukan hanya untuk bersaksi dengan kata-kata tetapi juga untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan kebenaran Injil. Aspek ganda dari kesaksian ini—baik lisan maupun hidup—menegaskan kekuatan transformatif dari kesaksian Kristen. Menjadi saksi adalah lanjutan dari pelayanan Yesus di bumi yang dilakukan oleh para murid Yesus dan menjadi misi gereja dan hal itu tidak bergantung pada kekuatan manusia, tetapi pada kuasa Roh Kudus. Ini menjadi penggenapan janji Yesus (Kis. 1:4-5) dan menjadi tema sentral dalam pelayanan para rasul.
Dalam kegiatan para rasul yang kemudian menjadi misi gereja sangat dipengaruhi oleh Roh Kudus yang memberikan kuasa-Nya dan bukan bersandar kekuatan atau kemampuan manusia. Peran Roh Kudus yang menjadikan para murid Yesus menjadi saksi-Nya dapat dilihat dalam beberapa hal, seperti:
- Janji Yesus tentang Roh Kudus sebagai Sumber Kuasa maka Yesus memerintahkan murid-murid untuk menunggu di Yerusalem (Kisah para rasul 1:4) karena mereka tidak mampu melakukan misi tanpa Roh Kudus. "Kamu akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun ke atas kamu" (Kisah Para Rasul 1:8) menunjukkan bahwa inisiatif dan kemampuan misi berasal dari Allah, bukan manusia. Sebelum Pentakosta, murid-murid ketakutan dan bersembunyi (Yohanes 20:19), tetapi setelah Roh Kudus turun, mereka berkhotbah dengan berani (Kisah Para Rasul 2:14-41). Bukti:
- Petrus, yang sebelumnya menyangkal Yesus (Matius 26:69-75), setelah dipenuhi Roh Kudus, berkhotbah dan 3.000 orang bertobat (Kisah Para Rasul 2:41).
- Paulus, yang sebelumnya menganiaya gereja, setelah dipenuhi Roh, menjadi pemberita Injil yang berkuasa (Kisah Para Rasul 9:17-20). - Roh Kudus yang Memimpin dan Membuka Pintu untuk Misi. Bukan strategi manusia, tetapi pimpinan Roh Kudus yang menentukan arah misi:
- Filipus diutus oleh Roh untuk memberitakan Injil kepada sida-sida Etiopia (Kisah para Rasul 8:29).
- Roh Kudus melarang Paulus dan Silas berkhotbah di Asia, lalu membuka pintu untuk Makedonia (Kisah para rasul 16:6-10).
- Bukan retorika manusia, tetapi demonstrasi kuasa Roh: Paulus berkata, "Perkataanku dan pemberitaanku bukanlah dengan perkataan yang meyakinkan oleh hikmat manusia, tetapi dalam kuasa Roh" (1 Korintus 2:4). Bukti:
~ Kornelius dan Petrus dipertemukan oleh penglihatan dari Roh (Kisah para rasul 10). ~ Mukjizat dan tanda ajaib menyertai pemberitaan Injil (Kisah Para Rasul3:1-10; 14:8-10), membuktikan bahwa kuasa Allah bekerja melalui mereka. - Ketika Gereja Mengandalkan Kekuatan Manusia, Misi Gagal. Contoh kegagalan ketika mengandalkan manusia:
- Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:1-11) → Mencoba menipu dengan kekuatan sendiri, bukan dalam ketulusan Roh.
- Orang-orang Yahudi yang menolak Roh Kudus (Kisah Para Rasul 7:51) → Mereka mengandalkan tradisi, bukan kuasa Allah.
- "Bukan oleh kekuatan atau oleh kuasa, tetapi oleh Roh-Ku, firman Tuhan" (Zakharia 4:6, dikutip dalam konteks pelayanan). Bukti:
~ Jemaat Korintus yang mengandalkan hikmat manusia justru terpecah-belah (1 Kor. 3:1-4).
~ Gereja yang berjalan dalam Roh (seperti di Antiokhia, Kisah Para Rasul 13:1-3) justru menjadi pusat misi global. - Roh Kudus yang Menjadikan Misi Efektif sebab tanpa Roh Kudus pemberitaan Injil hanya menjadi pidato persuasif dan pertobatan hanya bersifat emosional atau intelektual, bukan perubahan hati. Dengan Roh Kudus maka hati manusia diubahkan (Kisah Para Rasul 2:37) dan Gereja bertumbuh secara supranatural (Kisah Para Rasul 2:47; 6:7; 12:24). Bukti:
- Stefanus, penuh dengan Roh Kudus, berkhotbah dengan berani meski menghadapi kematian (Kisah Para Rasul 7:55-60).
- Paulus dan Barnabas diutus oleh Roh (Kisah Para Rasul 13:2-4), bukan oleh rencana manusia.
* Alkitab dengan jelas membuktikan bahwa misi gereja hanya efektif ketika bergantung pada Roh Kudus, bukan pada:
~ Kepintaran manusia (1 Korintus 2:1-5).
~ Strategi marketing atau metode duniawi (Zakharia 4:6).
~ Kekuatan politik atau finansial (Mazmur 127:1).
Kuasa Roh Kudus diberikan sebab dipanggil menjadi saksi Kristus Yesus (Kisah Para Rasul 1:8), Ia tidak hanya memanggil murid-murid-Nya untuk berkhotbah, tetapi juga untuk menunjukkan Kristus melalui seluruh hidup mereka. Menjadi saksi Kristus mencakup tiga dimensi utama, yaitu:
- Kesaksian Melalui Perkataan (Proklamasi Injil) dengan aktivitas seperti:
- Memberitakan kabar baik tentang Yesus (1 Korintus 15:3-4).
- Menjelaskan kebenaran Alkitab (Kisah Para Rasul 8:35; 17:2-3).
- Menjawab pertanyaan tentang iman (1 Petrus 3:15).
~ Contoh Alkitab: Petrus berkhotbah di hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:14-40) atau Paulus memberitakan Kristus di Atena (Kisah Para Rasul 17:22-31). - Kesaksian Melalui Kehidupan (Demonstrasi Kuasa Injil), yaitu:
- Menjadi "surat Kristus yang terbuka" (2 Korintus 3:2-3).
- Menunjukkan buah Roh (Galatia 5:22-23).
- Hidup dalam kekudusan dan kasih (Yohanes 13:35; 1 Petrus 1:15-16).
* Contoh Alkitab:
~ Stefanus menunjukkan kasih bahkan saat dirajam (Kisah Para Rasul 7:59-60)
~ Jemaat mula-mula hidup dalam persekutuan yang mengubah masyarakat (Kisah Para Rasul 2:42-47).
~ Perempuan Sunem mengenal Elisa sebagai "orang Allah" karena hidupnya (2 Raja-raja 4:9).
>>> Tanpa kehidupan yang selaras dengan Injil, perkataan kehilangan kuasa (Matius 5:16). - Kesaksian Melalui Pelayanan (Aksi Kasih dan Keadilan), antara lain:
- Melayani orang miskin dan tertindas (Yakobus 1:27; Kisah Para Rasul 6:1-7).
- Menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan (Matius 10:7-8; Kisah Para Rasul 3:1-10).
- Memperjuangkan kebenaran di masyarakat (Amos 5:24; Mikha 6:8).
- Contoh Alkitab:
~ Yesus menyembuhkan dan mengajar (Matius 9:35).
~ Jemaat Antiokhia mengutus Paulus dan Barnabas setelah puasa dan pelayanan (Kisah Para Rasul 13:1-3).
~ Tabita dibangkitkan, dan banyak orang percaya karena pelayanannya (Kisah Para Rasul 9:36-42).
Ketiga dimensi yang menjadi unsur kesaksian yang menjadi panggilan kepada para murid Yesus harus berjalan bersama dengan pertimbangan:
- Jika hanya perkataan tanpa kehidupan → Munafik (Matius 23:3).
- Jika hanya kehidupan tanpa perkataan → Injil tidak jelas (Roma 10:14).
- Jika hanya pelayanan tanpa motivasi Kristus → Hanya aktivisme sosial (1 Korintus 13:1-3).
Sebelum para murid dilengkapi oleh kuasa Roh Kudus untuk dipanggil menjadi saksi, para murid telah melihat Yesus adalah model sempurna. Dalam Yesus ditemukan antara lain:
- Perkataan-Nya berotoritas (Matius 7:29).
- Hidup-Nya tanpa dosa (Ibrani 4:15).
- Pelayanan-Nya penuh belas kasihan (Matius 14:14).
Dipanggil jadi saksi ditujukan bagi para murid Yesus dan Yesus pun memperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus sebab Roh Kudus sangat berperan dalam menjalani hidup sebagai saksi Kristus. Alkitab mencatat sejumlah janji Ilahi bila hadir kuasa Roh Kudus dalam hidup kita di dunia, antara lain:
- Janji Kuasa untuk Bersaksi (Kisah Para Rasul 1:8, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku.") Untuk menjadi saksi fokusnya kepada kuasa supernatural dari ALLAH bukan metode penginjilan. Roh Kudus menjadikan murid-murid yang awalnya bersembunyi (Yoh. 20:19), tetapi setelah Pentakosta, mereka berkhotbah dengan keberanian (Kisah Para Rasul 2:14-41).
- Aplikasi: Gereja harus berdoa untuk pencurahan Roh sebelum merancang program. - Janji Hikmat Ilahi (Lukas 12:11-12, "Roh Kudus akan mengajar kamu pada saat itu juga apa yang harus kamu katakan.") Fokus bukan terletak pada retorika manusia, tetapi firman yang di ilhamkan Roh seperti saat Stefanus berbicara di hadapan Sanhedrin (Kisah Para Rasul 6:10; 7:55).
- Aplikasi: Latih jemaat untuk peka pada tuntunan Roh dalam membagikan iman. - Janji Penyertaan dalam Penderitaan (Matius 10:19-20, "Bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu yang berkata-kata di dalam kamu.") Roh Allah yang menjadi pembela saat alami penganiayaan atau penderitaan. (Yohanes 14:26) Contoh: Paulus dipenjara, tetapi Injil tersebar (Filipi 1:12-14).
- Aplikasi: Jangan takut pada penolakan — Roh bekerja justru dalam kesulitan. - Janji Karunia untuk Pelayanan (1 Korintus 12:4-11, "Ada berbagai-bagai karunia, tetapi satu Roh.") Bakat manusia terbatas, tetapi Roh memberi karunia ajaib (mujizat, nubuat, hikmat marifat dsb) Contoh: Gereja mula-mula penuh kuasa (Kisah Para Rasul 5:12; 8:6-7).
- Aplikasi: Cari manifestasi Roh, bukan hanya keahlian organisasi. - Janji Transformasi Hati (Yehezkiel 36:26-27, "Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku.") Penekanan bukan perubahan perilaku luar, tetapi hati baru. Contoh: Kornelius dan seisi rumahnya bertobat (Kisah Para Rasul 10:44-48).
- Aplikasi: Prioritaskan doa untuk pertobatan di atas teknik persuasi. - Janji Pemimpin yang Dipilih Roh (Kisah Para Rasul 13:2-4, "Roh Kudus berkata: Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku.") Fokus Allah bukan terletak pada voting manusia, tetapi pimpinan langsung Roh. Contoh: Paulus diutus ke Makedonia oleh penglihatan (Kisah Para Rasul 16:9-10).
- Aplikasi: Puasa dan doa sebelum penempatan pemimpin. - Janji Keberhasilan Misi (Zakharia 4:6, "Bukan oleh keperkasaan dan bukan oleh kekuatan, melainkan oleh Roh-Ku.") Fokus Allah adalah Gereja bertumbuh tanpa manipulasi (contoh: kampanye iklan). Contoh: 3.000 orang bertobat tanpa strategi marketing (Kisah Para Rasul 2:41).
- Aplikasi: Ukur keberhasilan oleh pertobatan dan transformasi, bukan jumlah hadirin.
Para murid Yesus dipanggil menjadi saksi bukan saja kepada Yerusalem melainkan juga menjangkau Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Allah tidak pernah membatasi kasih-Nya hanya untuk satu kelompok tertentu. Rencana-Nya bersifat inklusif—terbuka bagi semua orang, dari segala suku, bangsa, status sosial, dan latar belakang. Penjelasan dalam Alkitab menyatakan:
- Janji Allah untuk Semua Bangsa:
- Perjanjian dengan Abraham (Kejadian 12:3, "Olehmu semua kaum di muka bumi akan diberkati.") Ini adalah pondasi misi inklusif Allah—Israel dipilih bukan untuk eksklusivisme, tetapi menjadi saluran berkat bagi dunia.
- Nubuat Yesaya tentang bangsa-bangsa (Yesaya 49:6, "Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.") Israel gagal menjadi terang → Yesus menggenapinya (Lukas 2:32; Kisah Para Rasul 13:47). - Yesus Menghancurkan Batas Eksklusivisme:
- Pelayanan Yesus kepada orang "terpinggirkan":
~ Orang Samaria (Yohanes 4:1-42) → Bangsa campuran yang dibenci Yahudi.
~ Perempuan Siro-Fenesia (Matius 15:21-28) → Bangsa non-Yahudi yang diuji imannya.
~ Pemungut cukai dan orang berdosa (Lukas 19:1-10) → Kelompok yang dianggap "najis".
- Perintah misi Yesus (Matius 28:19, "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku.") Kata "bangsa" (ethnos) berarti segala kelompok etnis, bukan hanya Yahudi. - Roh Kudus Membuktikan Inklusivitas Allah:
- Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:5-11, Orang-orang dari 15 lebih wilayah mendengar Injil dalam bahasa mereka → Tanda bahwa Injil adalah untuk semua budaya.
- Kornelius, orang Roma pertama yang percaya (Kisah Para Rasul 10) sehingga Petrus akhirnya mengerti: "Allah tidak membedakan orang" (Kis. 10:34-35) dan Roh Kudus turun atas orang non-Yahudi (Kis. 10:44-48)
>> Bukti bahwa keselamatan tidak tergantung pada identitas etnis. - Gereja Mula-Mula Menghadapi Tantangan Inklusivitas:
- Kontroversi orang percaya non-Yahudi (Kisah Para Rasul 15, Beberapa orang Yahudi ingin mengharuskan sunat untuk keselamatan → Konsili Yerusalem menolak ini (Kis. 15:19-20).
- Paulus: "Tidak ada lagi Yahudi atau Yunani" (Galatia 3:28)
- Kristus meruntuhkan tembok pemisah (Efesus 2:14-16). - Akhir Zaman dapat dilihat di gambaran 'Multikultural Pujian bagi Allah" (Wahyu 7:9-10 "Suatu kumpulan besar dari segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa berdiri di hadapan Anak Domba.") sebagai puncak rencana inklusif Allah.
Agar kesaksian dapat menjangkau hingga ke ujung bumi, sebagai bentuk aplikasi untuk Gereja hari ini antara lain:
- Tolak Mentalitas Eksklusif, jangan menganggap gereja hanya untuk "orang baik-baik" atau kelompok tertentu. Contoh negatif: Jemaat di Korintus yang terpecah oleh status sosial (1 Korintus 11:17-22). Sambutlah Keragaman dalam Jemaat.
- Pelayanan lintas budaya: Misalnya, gereja yang membuka kelas bahasa untuk migran.
- Khotbah yang relevan untuk konteks berbeda (1 Korintus 9:19-23).
- Proaktif Menjangkau yang "Berbeda" seperti Yesus yang sengaja melewati Samaria (Yohanes 4:4).
Bentuk menjadi saksi sampai ke ujung bumi maka para murid Yesus termasuk gereja-Nya saat ini menjadi sesuatu:
- Mencerminkan inklusivitas Allah dalam anggota, pelayanan, dan misi.
- Aktif meruntuhkan tembok prasangka, rasisme, dan sektarianisme.
sehingga akhirnya terjadi sukacita bahwa surga akan diisi oleh "setiap suku dan bahasa" (Wahyu 5:9) sebab TUHAN melihat hati setiap orang bukan penampilan yang berbeda dari setiap suku, bangsa dan bahasa. (1 Samuel 16:7)
- Hujan turun rintik-rintik, Basahi tanah yang tandus. Roh Kudus turun penuh kuasa, Sampai ke ujung dunia pun semarak keajaiban!
- Di timur matahari terbit, Di barat tenggelam merah. Segala bangsa bersorak di surga, Karena kasih-Nya tak pernah pudar!
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Menjadi Saksi Yesus
- Yesus Saksi Setia
- Dari Pemberitaan Menuju Mobilisasi Mulut
- Dunia Tidak Layak Bagi Orang Beriman
- Beriman Dalam Kemajemukan
- Iman Seorang Martir
- TUHAN Mempersingkat Waktu
- Pekerjaan Anda Penting Bagi Allah
- Yesus Sebagai Penulis Dan Penyempurna
- Yesus Harapan Bangsa-Bangsa