Yesus kembali duduk di sebelah kanan Allah, tempat kemuliaan-Nya yang sempat ditanggalkan saat inkarnasi menjadi manusia setelah peristiwa kenaikan Yesus kembali ke surga. Kenaikan ini menandai akhir pelayanan Yesus di bumi dan penggenapan misi-Nya sebagai Juruselamat. Duduk di Sebelah Kanan Allah melambangkan otoritas, kemuliaan, dan kehormatan tertinggi (Mazmur 110:1; Ibrani 1:3) sekaligus memberikan jaminan bahwa Ia tetap aktif memimpin gereja-Nya dari takhta kemuliaan. Ayat ini menguatkan iman orang percaya bahwa Kristus adalah pengantara yang berkuasa dan akan kembali pada waktunya.
Yesus yang duduk dibelah kanan Allah memiliki kuasa dan otoritas sebagai Raja Yang Mulia. Sebagai Raja dari Kebenaran seperti saat tanya jawab dengan Pontius Pilatus yang meliputi seluruh alam namun ada pertanyaan mengapa kejahatan dan penderitaan masih ada? Bukankah kejahatan dan penderitaan menyebabkan banyak orang menjadi terluka dalam hidupnya? Bagaimana Alkitab memandang permasalahan dunia yang terluka sementara Yesus telah memerintah dalam kemuliaan-Nya dan memegang kuasa di bumi dan di surga?
Ada beberapa prinsip teologis dan alkitabiah menjawab pemasalahan Yesus berada dalam kemuliaan-Nya namun dunia masih terluka oleh kejahatan dan penderitaan, seperti:
1. Yesus Memerintah, tetapi Kerajaan-Nya Belum Sempurna karena sekalipun memiliki kedaulatan sebagai TUHAN ALLAH namun masih memberikan kebebasan kepada manusia. Allah mengizinkan manusia memiliki kehendak bebas sehingga dapat bertindak sesuai keinginannya, yang sering disalahgunakan untuk kejahatan (Kejadian 3; Ulangan 30:19).
Kerajaan Allah dalam menaklukkan dosa dan memulihkan dunia dari kejahatan, ketidakadilan dan penderitaan yaitu "Sudah" tapi "Belum" dalam pengertian:
- "Sudah": Yesus telah mengalahkan dosa dan maut melalui kematian dan kebangkitan-Nya (Kolose 2:15).
- "Belum": Pemulihan sempurna akan terjadi saat kedatangan-Nya yang kedua (Wahyu 21:4).
- Contoh: Seorang raja mungkin sudah memenangkan perang, tetapi masih ada pemberontakan yang harus ditundukkan (1 Korintus 15:25).
Karena TUHAN ALLAH memberikan hak kebebasan kepada manusia maka proses Allah menaklukkan dosa dan memulihkan dunia dari kejahatan, ketidakasilan dan penderitaan tidak berlangsung secara instan melainkan terjadi dalam tahapan-tahapan penebusan, yang akan mencapai puncaknya pada kedatangan Kristus yang kedua. Berikut penjelasannya:
- Kemenangan Awal atas Dosa melalui Salib (Masa Lalu) yaitu: penebusan Dosa melalui kematian Yesus di kayu salib adalah kekalahan telak atas kuasa dosa dan Iblis (Kolose 2:15; Yohanes 12:31). Dosa Dikalahkan, tapi belum dihapuskan sepenuhnya "Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:23). Dosa sudah dihukum, tetapi efeknya masih berlangsung di dunia.
- Masa Sekarang yaitu Peperangan Rohani dan Peran Gereja dimana Roh Kudus Berkarya, yaitu setelah kenaikan Yesus, Roh Kudus diberikan untuk menguduskan orang percaya (Kisah Para Rasul 2) dan memampukan mereka melawan dosa (Galatia 5:16-17). Sedangkan gereja sebagai agen Kerajaan Allah yang melakukan pemberitaan Injil untuk membawa pertobatan dan pembaruan (Matius 28:19-20), memerangi ketidakadilan dengan bersuara bagi yang lemah (Mikha 6:8; Yakobus 1:27) dan melawan kuasa kegelapan dengan melakukan peperangan rohani (Efesus 6:12).
- Dosa dan Penderitaan Masih Ada karena adanya hak kebebasan manusia maka Allah tidak menghapuskan kejahatan dengan paksa, tetapi mengubah hati manusia melalui pertobatan. Di sisi lain Iblis masih beroperasi, perhatikan "Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8)
- Masa Depan terjadi penyempurnaan penaklukan dosa melalui Kedatangan Kristus yang Kedua. Dalam kedatangan-Nya yang kedua, Yesus akan kembali untuk menghakimi dunia (Wahyu 19:11-16), dan setiap kejahatan akan dihukum, dan Iblis dilemparkan ke lautan api (Wahyu 20:10). Masa depan ditandai dengan "Langit dan Bumi Baru" yaitu "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan tidak akan ada lagi perkabungan, atau jeritan, atau kesakitan, sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu." (Wahyu 21:4) dan tercipta keadilan dan damai sejahtera berkuasa (Yesaya 11:6-9).
Progres penaklukan dosa dalam Alkitab terbagi dalam sejumlah tahap dan peristiwa yang berpengaruh terhadap status dosa, yaitu
Referensi
- Tahapan ppenebusan dengan peristiwa salib dan kebangkitan Yesus yang berpengaruh dosa dikalahkan secara hukum (dejure). Referensi:Kolose 2:15; Roma 5:8
- Tahapan pengudusan dengan peristiwa Roh Kudus dicurahkan dan gereja berdiri serta berkarya yang berpengaruh dosa diperangi, tapi belum musnah. Referensi: Galatia 5:16-25; Efesus 6
- Tahapan penghakiman dengan peristiwa kedatangan Kristus kedua yang berpengaruh secara defakto dosa dihancurkan selamanya. Referansi: Wahyu 20-21
Seperti biji sesawi maka Kerajaan Allah bertumbuh perlahan (Matius 13:31-32) sejalan dengan waktu dengan pertimbangan:
- Kesabaran Allah: "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya ... tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya tidak ada yang binasa." (2 Petrus 3:9)
- Ujian bagi Orang Percaya: Iman diuji melalui ketidakadilan (1 Petrus 1:6-7).
- Pemulihan Bertahap: Seperti biji sesawi, Kerajaan Allah bertumbuh perlahan (Matius 13:31-32).
2. Allah Menggunakan Penderitaan untuk Tujuan yang Lebih Besar yaitu:
- Pertumbuhan Iman: Ujian dan ketidakadilan bisa menjadi sarana pemurnian iman (1 Petrus 1:6-7; Roma 5:3-5).
- Keadilan Tertunda Bukan Keadilan yang Ditiadakan karena Allah sabar karena ingin lebih banyak orang bertobat (2 Petrus 3:9) sekalipun pada akhirnya, semua kejahatan akan dihakimi (Wahyu 20:12-13).
Penderitaan yang dialami saat ini adalah penderitaan yang sementara sebab penderitaan yang kekal adanya di neraka yaitu setelah kematian. Tujuan Sementara Penderitaan Menurut Alkitab adalah:
- Untuk Memurnikan Iman (Ujian yang Membentuk Karakter) Perhatikan : "Bersukacitalah dalam pencobaan, sebab ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-4). Contoh:
Ayub → imannya menjadi lebih murni setelah penderitaan (Ayub 23:10).
Petrus → penyangkalan dan penderitaannya menguatkan pelayanannya (Lukas 22:31-32). - Untuk Menyatakan Kemuliaan Allah. Perhatikan: Ketika Yesus ditanya tentang orang butung sejak lahir, Dia menjawab: "Bukan dia bukan juga orang tuanya yang berbuat dosa, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia." (Yohanes 9:3). Penderitaan menjadi panggung bagi kuasa dan kasih Allah (misalnya mujizat, kekuatan di dalam kelemahan – 2 Korintus 12:9).
- Untuk Membawa Pertobatan sebab penderitaan sering menjadi peringatan agar manusia berbalik kepada Allah: "Sebab Aku menyesakkan mereka, supaya mereka bertobat." (Yeremia 31:18-19). Contoh: Niniwe bertobat setelah ancaman bencana (Yunus 3:10).
- Untuk Persiapan Kemuliaan Kekal karena "Penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya." (2 Korintus 4:17). Ingatlah bahwa penderitaan di dunia tidak sebanding dengan sukacita surgawi (Roma 8:18).
Batasan "Sementara" dalam Penderitaan antara lain:
- Tidak selamanya: "Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, tetapi pada pagi hari terdengar sorak-sorai." (Mazmur 30:6)
- Penderitaan akan diganti dengan sukacita abadi (Wahyu 21:4).
- Allah Turut Menderita: Yesus sendiri mengalami penderitaan (Yesaya 53:3) dan tidak tinggal diam – Dia datang untuk membebaskan (Lukas 4:18).
Diagram permodelan masalah penderitaan sementara.
Contoh | Penderitaan | Tujuan Allah | Hasil Akhir |
---|---|---|---|
Yusuf | Dijual, dipenjara, difitnah | Menyelamatkan banyak orang (Kejadian 50:20) | Menjadi pemimpin Mesir |
Paulus | Penganiayaan, sakit, penjara | Menunjukkan kuasa Allah (2 Korintus 12:7-10) | Gereja bertumbuh melalui surat-suratnya |
Yesus | Salib dan kematian | Penebusan dosa (Ibrani 12:2) | Kebangkitan dan kemenangan |
Penderitaan yang sementara akan berakhir saat Yesus Kristus datang kembali. Allah turut merasakan dan bekerja di balik penderitaan untuk kebaikan. Alkitab tertulis: "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku." (Mazmur 23:4). Meski penderitaan adalah musuh (1 Korintus 15:26), tetapi Allah menggunakannya sebagai alat sementara untuk memurnikan kita, memuliakan diri-Nya, menyelamatkan orang lain dan mempersiapkan kita untuk kemuliaan kekal sebab penderitaan sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan (Roma 8:18).
3. Gereja Dipanggil untuk Menjadi Alat Keadilan disebabkan Yesus memerintah melalui gereja yang harus menjadi terang dan garam di dunia (Matius 5:13-16). Banyak ketidakadilan terjadi justru karena orang percaya tidak bertindak (Yakobus 4:17) dan juga manusia pilihannya (termasuk gereja) dipilih dan yang dipercaya TUHAN sekalipun sering gagal menjadi alat perubahan.
Timbul pertanyaan, mengapa Tuhan tetap mempercayai manusia yang lemah dan sering gagal? Jawabannya terletak pada hakikat karakter Allah, tujuan penebusan-Nya, dan kuasa transformasi-Nya. Alkitab memberikan penjelasan antara lain:
- Karena Allah mengutamakan "Kasih Karunia daripada Kinerja" yaitu bukan karena kita layak, tetapi karena Dia setia sebab "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu" (Yohanes 15:16). Contoh:
- Petrus menyangkal Yesus, tetapi dipulihkan dan dipakai menjadi fondasi gereja (Yohanes 21:15-17).
- Daud berzinah dan membunuh, tetapi disebut "orang yang berkenan di hati-Ku" (Kisah 13:22).
* Allah bekerja melalui kelemahan yaitu "Kuasa-Ku justru menjadi sempurna dalam kelemahan" (2 Korintus 12:9). - Karena Gereja adalah Karya Kristus, bukan usaha manusia. Gereja adalah tubuh Kristus, bukan organisasi manusiawi (Efesus 5:23) maka kesalahan gereja tidak membatalkan rencana Allah, sebab Yesuslah Kepala Gereja (Kolose 1:18). Allah merancang gereja sebagai alat yang tidak sempurna untuk menyatakan kuasa-Nya, seperti bejana tanah liat yang mengandung harta surgawi (2 Korintus 4:7). Kegagalan gereja mengingatkan kita bahwa transformasi sejati berasal dari Tuhan, bukan manusia.
- Karena Allah menggunakan kegagalan untuk "Ajaran yang Lebih Dalam" yaitu bahwa kegagalan mengajarkan ketergantungan mutlak pada Allah seperti halnya saat Petrus gagal, ia belajar "jangan percaya pada dirimu sendiri" (Lukas 22:31-32). Allah mengubah kegagalan menjadi kesaksian. Contoh:
- Paulus, mantan penganiaya gereja, menjadi rasul terbesar (1 Timotius 1:15-16).
- Yudas Iskariot (kegagalan tragis) vs. Petrus (kegagalan yang dipulihkan) → menunjukkan beda antara penyesalan tanpa iman dan pertobatan sejati. - Karena rencana Allah lebih besar daripada kesalahan manusia. Ketahuilah bahwa Allah sudah memperhitungkan kegagalan manusia dalam rencana-Nya. Firman-Nya tertulis, "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" (Roma 8:28). Contoh:
- Pengkhianatan Yudas → bagian dari rencana penyaliban (Kisah 2:23).
- Ketidakpercayaan Israel → membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain (Roma 11:11). - Karena Allah sedang menyiapkan umat-Nya untuk kemuliaan kekal melalui suatu proses "ditumbuhkan dalam kasih karunia" sebagai perjalanan seumur hidup (2 Petrus 3:18). Gereja yang tidak sempurna sekarang akan disempurnakan saat Kristus kembali sebab "Ia akan menyempurnakan pekerjaan-Nya sampai pada hari Kristus" (Filipi 1:6).
Suatu penghiburan bagi kita untuk tidak perlu takut gagal, karena Allah tetap memakai orang yang bertobat dan juga sebagai peringatan agar jangan sombong, sebab "barangsiapa berpikir bahwa ia teguh, berhati-hatilah supaya ia tidak jatuh" (1 Korintus 10:12). Hal mendasar adalah kegagalan bukan akhir — Allah sanggup memulihkan dan memakai kita lebih lagi. Firman-Nya tertulis, "Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri." (2 Timotius 2:13). Peganglah hal ini bahwa Allah memilih dan mempercayai kita bukan karena kita sempurna, tetapi karena Dia sempurna dalam mengubah ketidaksempurnaan kita bagi kemuliaan-Nya.
4. Iblis Masih Beroperasi dalam "Waktu yang Singkat" Meski sudah dikalahkan, Iblis masih berkuasa sementara di dunia ini (1 Petrus 5:8; Wahyu 12:12) dan kuasa iblis akan berakhir bila Yesus TUHAN mengakhirinya pada waktu-Nya (Wahyu 20:10). Hal ini dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, yaitu bahwa dunia masih rusak bukan karena Yesus tidak berkuasa, tetapi karena:
- Proses penaklukan dosa masih berlangsung.
- Allah mengizinkan penderitaan untuk tujuan sementara.
- Manusia (termasuk gereja) sering gagal menjadi alat perubahan.
- Pemulihan penuh akan datang saat Kristus kembali.
Dalam dunia yang terluka hadir suatu pengharapan bagi kita yaitu sekalipun sekarang kita melihat kejahatan, kita percaya bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan (Roma 8:28) dan pada akhirnya keadilan akan ditegakkan sepenuhnya (Mazmur 37:10-11). Perhatikan nabi Habakuk yang diperhadapkan situasi sulit sehingga ia pun mempertanyakan keadilan TUHAN, namun dalam firman-Nya ada masanya tentang pemulihan yang sempurna (Wahyu 21-22)
Yesus telah duduk di sebelah kanan Allah, memerintah sebagai Raja atas segala kuasa saat dunia masih dipenuhi ketidakadilan, kekerasan, dan ketimpangan. Kenaikan Kristus tidak berarti Ia membiarkan dunia rusak, tetapi bahwa Ia sedang bekerja secara ilahi dan diam-diam memulihkan segala sesuatu melalui umat-Nya agar ada kemuliaan dan kehormatan yang dapat diberikan kepada umat-Nya bila telah masuk dalam kerajaan-Nya di surga yang mulia.
Umat pilihan-Nya didorong oleh Roh Kudus yang telah dicurahkan di hari Pentakosta setelah Yesus naik ke surga, agar dapat menjadi saksi-Nya dengan cara seperti:
✔️ Jadilah agen pemulihan di komunitasmu.
✔️ Lawan ketidakadilan bukan dengan kebencian, tetapi kasih.
✔️ Lihat ke atas: Yesus berkuasa meskipun dunia terlihat kacau.
Kemuliaan untuk dunia yang terluka melihat umat TUHAN yang dipilih-Nya bergerak sesuai kasih karunia yang dikaruniakan oleh Roh Kudus sehingga orang banyak pun turut dapat memandang Yesus yang duduk di sebelah kanan Allah dan diundang dalam pesta kemenangan-Nya di perjamuan kawin Anak Domba Allah di angkasa pada saat yang telah ditentukan oleh-Nya
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Melihat TUHAN Maha Mulia
- Dampak Hadirnya Kemuliaan TUHAN
- Kemuliaan Dalam Kitab Petrus
- Kemuliaan Yesus Kemuliaan Allah
- Rahasia Kemuliaan di Balik Penderitaan
- Kuasa Kemuliaan Allah
- Memuliakan TUHAN ALLAH
- Tubuh Kemuliaan Orang Percaya di Surga
- Kasih Karunia Berdasarkan Kitab Efesus
- Pengharapan Umat TUHAN