Metafora bahwa TUHAN seperti perempuan melahirkan adalah sisi lain dari sejumlah metafora yang diungkapkan dalam Alkitab. Tidak ada satu metafora yang mampu menangkap realitas Allah secara utuh sehingga diungkapkan menggunakan berbagai citra termasuk citra sebagai feminim yaitu perempuan yang melahirkan anaknya.
Perempuan yang melahirkan secara alamiah akan mengerang karena mengerang saat melahirkan memiliki manfaat, seperti:
- Mengatur nafas dan mengelola rasa sakit:
- Membantu Keluarnya Nafas:Mengerang dapat membantu ibu melahirkan mengeluarkan napas yang terpendam saat mengejan. Hal ini penting agar ibu tidak menahan napas terlalu lama yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen pada janin.
- Merelaksasi Tubuh:Mengerang dapat merelaksasi tubuh, terutama otot-otot yang terlibat dalam proses melahirkan. Dengan tubuh yang lebih rileks, dorongan saat mengejan akan lebih efektif.
- Mengurangi Rasa Sakit:Mengerang dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan saat melahirkan. Saat mengerang, tubuh melepaskan endorfin, yaitu zat kimia yang dapat mengurangi rasa sakit. - Meningkatkan Efektivitas Mengejan:
- Membantu Fokus:Mengerang dapat membantu ibu melahirkan untuk lebih fokus pada dorongan saat mengejan. Dengan fokus yang lebih baik, dorongan yang dihasilkan akan lebih kuat dan efekti.
- Meningkatkan Koordinasi:Mengerang dapat membantu ibu melahirkan untuk mengkoordinasikan napas dan dorongan saat mengejan. Hal ini penting agar dorongan yang dihasilkan lebih terarah dan efektif. - Mengurangi Ketegangan dan Kegelisahan:
- Merelaksasi Pikiran:Mengerang dapat membantu ibu melahirkan untuk merelaksasi pikiran dan mengurangi ketegangan. Saat pikiran lebih rileks, ibu akan lebih mudah untuk mengikuti instruksi dari dokter atau bidan.
- Mengurangi Kegelisahan:Mengerang dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi kegelisahan yang dirasakan saat melahirkan. Saat kegelisahan berkurang, ibu akan lebih tenang dan lebih mudah untuk menghadapi proses melahirkan. - Membantu Kelancaran Persalinan:
- Memperlancar Proses Persalinan:Mengerang dapat membantu memperlancar proses persalinan. Dengan dorongan yang lebih efektif dan tubuh yang lebih rileks, bayi akan lebih mudah keluar.
- Mengurangi Risiko Komplikasi:Mengerang yang tepat dapat mengurangi risiko komplikasi saat melahirkan. Dengan proses persalinan yang lebih lancar, risiko komplikasi seperti perdarahan dan infeksi dapat berkurang.
TUHAN ALLAH tidak selamanya berdiam diri. Setelah masa diam (mungkin merujuk pada masa pembuangan atau masa ketika Allah seolah tidak bertindak), TUHAN menyatakan bahwa Ia akan bertindak dengan kuasa dan kepastian—seperti seorang perempuan yang melahirkan, yang tidak bisa menahan proses kelahiran lagi. Seperti seorang perempuan mengerang saat melahirkan karena berbagai alasan seperti: "faktor fisik karena rasa sakit dan tekaanan pada tubuh, faktor psikologis karena rasa takut dan cemas serta kehilangan kontrol, faktor fisiologis karena perubahan hormonal dan masalah oksigen" TUHAN mengerang suatu perubahan atau peralihan dari Sabar ke Penghakiman terhadap musuh-musuh umatNya dan pemulihan bagi umat-Nya sendiri. Tindakan mengerang suatu metafora yang menggambarkan penderitaan yang mendahului pembaruan atau kelahiran sesuatu yang baru (lihat. juga Yesaya 26:17; Yohanes 16:21).
Penderitaan saat melahirkan, bukan hanya gambaran fisik, melainkan citra tubuh perempuan sebagai hal yang sakral, yang mewakili kreativitas dan gairah ilahi, adalah pendekatan teologis yang bermakna. Ini menyentuh dimensi sakramental, simbolis, dan teologis tentang tubuh, penciptaan, dan kehadiran Allah dalam sejarah. Uraiannya adalah:
- Tubuh Perempuan sebagai Tempat Sakral (Sacred Space). Dalam banyak tradisi spiritual—termasuk akar Ibrani—tubuh perempuan, khususnya rahim (beten), dipandang sebagai tempat suci, tempat di mana kehidupan ilahi bertemu dengan dunia jasmani. Dalam bahasa Ibrani, kata "rahim" (רַחַם) juga berakar pada kata "rahamim" (רַחֲמִים), yang berarti "belas kasihan" atau "kasih setia yang dalam". Ada keterkaitan linguistik dan teologis antara rahim perempuan dan kasih Allah yang melahirkan, memelihara, dan memulihkan. Dengan demikian, tubuh perempuan bukan hanya biologis, tetapi ruang teofani—tempat Allah hadir dan berkarya. Ketika Yesaya menggambarkan TUHAN yang "mengerang seperti perempuan yang melahirkan", ia mengangkat tubuh perempuan ke ranah ilahi: bukan sebagai objek, tapi sebagai simbol kehadiran kreatif Allah sendiri.
- Melahirkan sebagai Tindakan Kreatif yang Ilahi. Allah adalah Pencipta (Yesaya 40:28; 44:24). Namun, dalam Yesaya 42:14, Allah tidak hanya menciptakan dari kehampaan, tetapi melahirkan dari dalam pergumulan—seperti seorang ibu. Kreativitas ilahi di sini tidak digambarkan sebagai tindakan dingin atau abstrak, melainkan melalui proses yang intens, penuh perasaan, dan personal. Penderitaan melahirkan menjadi metafora bagi proses penciptaan kembali—creatio nova (ciptaan baru)—yang melibatkan konflik, harapan, dan kelahiran. Jadi, tubuh perempuan yang melahirkan menjadi cermin dari kreativitas Allah: Ia tidak menciptakan dari jarak, tapi melalui kerentanan, penderitaan, dan komitmen total terhadap kehidupan. Ini adalah kreativitas yang relasional, bukan mekanis.
- Gairah Ilahi: Cinta yang Aktif dan Menggebu. Kata "gairah" (dalam bahasa Inggris: passion) berasal dari akar Latin pati = "menderita". Dalam teologi Kristen klasik, gairah ilahi mencakup kasih Allah yang begitu dalam hingga rela menderita demi yang dikasihi. Yesaya 42:14: TUHAN tidak hanya marah, tapi "mengerang", "mengah-mengah"—bahasa yang menggambarkan emosi mendalam, desakan batin, dan dorongan yang tak tertahankan. Ini adalah gairah ilahi dalam arti kasih yang aktif, penuh semangat, dan tak bisa ditahan lagi—seperti seorang ibu yang sudah tak sanggup menahan kelahiran bayinya. Maka, tubuh perempuan yang melahirkan menjadi simbol gairah Allah bukan gairah seksual, tapi gairah kasih yang melahirkan kehidupan, keadilan, dan pemulihan.
- Sakralitas Penderitaan: Bukan Kutukan, Tapi Jalan Pembaruan. Dalam Kejadian 3:16, penderitaan melahirkan sering dikaitkan dengan akibat dosa. Namun, dalam nubuatan Yesaya, penderitaan itu ditransformasikan: Bukan lagi tanda kutukan, tapi tanda keterlibatan Allah dalam proses penyelamatan. Penderitaan melahirkan menjadi sakral karena di dalamnya, kematian dan kehidupan bertemu, Kegelapan dan terang berperang, Dan sesuatu yang baru lahir dari pergumulan. Inilah sakralitas paradoks: melalui rasa sakit, kehidupan muncul—seperti salib yang melahirkan kebangkitan.
- Citra Tubuh Perempuan sebagai Cermin Gambar Allah (Imago Dei). Meskipun tradisi sering menekankan citra Allah dalam aspek "maskulin" (raja, hakim, pejuang), Alkitab juga memperlihatkan sisi "feminin" Allah, perhatikan:
- Allah seperti ibu yang menghibur (Yesaya 66:13),
- seperti perempuan yang mencari anaknya yang hilang (Lukas 15:8–10),
- dan seperti perempuan yang melahirkan dalam sakit (Yesaya 42:14; 26:17).
- Tubuh perempuan yang melahirkan bukan hanya milik manusia, tapi cermin dari sifat Allah sendiri yaitu: "Kreatif, penuh kasih, rela menderita, dan membawa kehidupan dari kegelapan."
* Tubuh Perempuan sebagai Sakramen Ilahi. Penderitaan saat melahirkan bukan sekadar realitas biologis atau hukuman, melainkan: Citra sakral dari tubuh perempuan sebagai wadah kreativitas dan gairah ilahi—tempat di mana Allah sendiri "mengerang" untuk melahirkan dunia baru, umat yang dipulihkan, dan kerajaan keadilan. Tubuh perempuan, dalam kelemahannya yang nyata, menjadi tempat manifestasi kuasa Allah yang paling intim dan transformatif. Di sanalah yang ilahi menyentuh yang manusiawi, dan dari pergumulan lahir harapan.
Pesan teologis bahwa TUHAN mengerang seperti perempuan melahirkan memiliki hubungan dengan konteks karya keselamatan Allah, seperti:
- Allah bertindak pada waktu-Nya yang tepat. Perhatikan: “Sudah lama Aku berdiam diri… tetapi sekarang Aku hendak mengerang seperti perempuan yang melahirkan…” (Yesaya 42:14)
Masa diam bukan berarti ketidakpedulian. Selama masa pembuangan Israel di Babel, umat mungkin merasa Allah “diam” atau “tidak bertindak.” Namun, diam-Nya adalah bagian dari rencana-Nya—seperti masa kehamilan yang membutuhkan waktu. Kelahiran tidak bisa ditunda selamanya. Begitu juga rencana penyelamatan Allah pasti akan tiba pada waktunya. Ia tidak terlambat, tetapi sempurna dalam ketepatan-Nya. "Sebab Aku tahu rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu… rancangan untuk memberimu harapan dan masa depan." (Yeremia 29:11) - Penyelamatan melibatkan Penderitaan dan Perjuangan. Proses melahirkan dalam dunia kuno (dan bahkan sekarang) adalah pengalaman yang menyakitkan, intens, dan penuh perjuangan. Dengan memakai citra ini, Allah menggambarkan bahwa karya penyelamatan-Nya tidak tanpa konflik atau pengorbanan. Ia “mengerang” dan “mengembuskan nafas”—bahasa yang menunjukkan emosi, usaha, dan keterlibatan pribadi. Ini juga mengantisipasi penderitaan Hamba TUHAN (Yesaya 53), yang akan menderita demi keselamatan umat. Dalam Perjanjian Baru, gambaran ini digenapi dalam penderitaan Kristus—Allah yang masuk dalam penderitaan manusia untuk melahirkan umat baru (lihat. Galatia 4:19; Roma 8:22).
- Kelahiran sesuatu yang Baru. Melahirkan selalu berarti awal dari kehidupan baru. Dalam konteks Yesaya, ini merujuk pada lahirnya umat yang dipulihkan, keluarnya Israel dari pembuangan, dan datangnya zaman keselamatan. Secara lebih luas, ini menunjuk pada kelahiran kerajaan Allah, umat perjanjian baru, dan akhirnya ciptaan baru (Wahyu. 21:5). “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru."
- Allah yang penuh Belas Kasih dan Personal. Gambaran seorang perempuan yang melahirkan adalah sangat personal, intim, dan penuh kasih. Dalam budaya patriarkal zaman itu, penggunaan citra feminin untuk menggambarkan Allah sangat mengejutkan—dan justru menunjukkan kedalaman kasih dan kepedulian-Nya. Ini menegaskan bahwa Allah bukan sekadar penguasa jauh, tetapi Bapa (dan bahkan seperti Ibu) yang rela menderita demi anak-anak-Nya. “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya…? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yesaya 49:15)
- Kemenangan yang tak terhindarkan. Dalam proses melahirkan, kelahiran pasti terjadi—tidak bisa dihentikan selamanya. Demikian pula, karya penyelamatan Allah pasti akan digenapi. Musuh-musuh-Nya akan dihukum (ayat 13–17), umat-Nya akan dipulihkan, dan keadilan akan ditegakkan.
* Metafora “perempuan yang melahirkan” dalam Yesaya 42:14 menyampaikan pesan bahwa "Allah sedang melahirkan sesuatu yang baru—melalui penderitaan, pada waktu-Nya, dengan kasih yang mendalam, dan dengan kemenangan yang pasti."
Aku mau mengerang berbicara cara Allah berelasi dengan umat-Nya—sebuah relasi yang relasional, memelihara, dan penuh kasih dengan umat-Nya. Ketiga dimensi yang dipaparkan Yesaya dan iman Alkitabiah adalah:
- Allah yang terlibat secara relasional secara pribadi. Dalam budaya kuno, dewa-dewa sering digambarkan sebagai makhluk jauh, dingin, dan tidak peduli. Tetapi YHWH—Allah Israel—berbeda. Ia tidak mengamati dari kejauhan, tapi terlibat secara emosional dan eksistensial dalam nasib umat-Nya. Kata “Aku mau mengerang” menunjukkan subjektivitas ilahi: Allah berbicara dalam aku pribadi, bukan sebagai kekuatan abstrak. Ia merasakan ketegangan, pergumulan, dan desakan batin—seperti seorang ibu yang tak tahan lagi menahan bayi dalam rahimnya. Ini adalah Allah yang relasional: Ia berbicara dengan “Aku”, Ia merasakan “sakit”, Dan Ia bertindak demi “engkau” (umat-Nya). Relasi-Nya bukan seperti raja dengan rakyat, tapi seperti ibu dengan anak yang dikandungnya—ada ikatan batin yang tak terputus, bahkan dalam pemberontakan (lih. Yesaya 49:15).
- Allah yang memelihara, IA Melindungi dan Menuntun. Penderitaan melahirkan tidak berakhir pada saat bayi lahir—justru itulah awal dari pemeliharaan. Demikian pula, tindakan Allah dalam Yesaya 42:14 bukan hanya ledakan emosi, tapi awal dari pemeliharaan aktif. Yesaya 42:16: “Aku akan memimpin orang-orang buta... Aku akan membuat kegelapan mereka menjadi terang... Aku tidak akan meninggalkan mereka.” Setelah “mengerang”, Allah menuntun, menerangi, menyediakan, dan tidak meninggalkan. Ini adalah pemeliharaan yang aktif dan setia, seperti seorang ibu yang: Menahan sakit demi melahirkan anak, Lalu membersihkannya, menyusui, menjaganya dari bahaya, Dan mengajarnya berjalan. Jadi, “mengerang seperti perempuan melahirkan” adalah awal dari komitmen memelihara—bukan hanya menyelamatkan, tapi membimbing sampai dewasa. Allah tidak hanya “melepaskan” Israel dari Babel; Ia menuntun mereka pulang, memulihkan jiwa mereka, dan membangun kembali identitas mereka.
- Allah penuh kasih, DIA Rela Menderita demi yang Dikasihi. Kasih dalam Alkitab bukan hanya perasaan, tapi tindakan rela berkorban (agape). Mengerang seperti perempuan melahirkan adalah gambaran kasih yang menyakitkan namun sukarela. Perempuan tidak dipaksa melahirkan; ia rela menanggung sakit demi kehidupan anaknya. Demikian pula, Allah rela “menderita” dalam diam-Nya yang panjang, lalu melepaskan kuasa-Nya bukan untuk menghancurkan, tapi untuk melahirkan pemulihan. Dalam kasih-Nya Allah, Sabar (diam lama), Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, Tapi bertindak untuk menghidupkan yang mati secara rohani.
Dalam Yesaya 42:13–17, TUHAN digambarkan seperti pahlawan perang, tetapi peperangannya bukan untuk membinasakan umat-Nya, melainkan musuh-musuh mereka—supaya umat-Nya dibebaskan dan dipulihkan. Kasih-Nya adil, tapi tidak kejam; kuat, tapi tidak kejam; suci, tapi penuh belas kasihan.
Puncak penggenapan dari TUHAN seperti perempuan melahirkan adalah Yesus Kristus, Hamba yang melahirkan umat baru. Yesus Kristus dalam terang Perjanjian Baru adalah sosok yang:
- Ia menderita secara nyata (bukan hanya metaforis),
- Ia melahirkan umat baru melalui salib (Yohanes 16:21; Galatia 4:19),
- Ia memelihara jemaat-Nya seperti gembala (Yohanes 10),
- Dan Ia mengasihi sampai akhir (Yohanes 13:1).
Dalam konteks Yesaya, nabi Yesaya ingin agar umat mengetahui bahwa TUHAN Allah bukan mesin penghukum, tapi Ibu surgawi yang rela mengerang demi melahirkan masa depan bagi anak-anak-Nya yang sesat. TUHAN ALLAH masuk dalam pergumulan umat-Nya. Kasih-Nya lebih kuat dari dosa, lebih dalam dari pembuangan dan lebih pasti dari janji seorang ibu kepada anak kandungnya. Ini sosok Allah yang hidup, bukan di atas awan yang dingin tetapi dalam rahim sejarah, mengerang demi kebaikan hidup kita.
- Tulisan lainnya di werua.blogspot:
- Allah Menjanjikan Keturunan Kepada Perempuan
- Ibu Yang Melupakan Anaknya Sendiri
- Kehendak TUHAN Dalam Maria
- TUHAN Imanuel Yang Beserta Kita
- Benih Ilahi
- Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki
- Anak Terlantar Dan Pertolongannya
- Solidaritas Kemanusiaan
- Aborsi Dan Etika Kristen
- Melahirkan dan memperoleh Anak Dalam Tradisi Yahudi
