Maria seorang perawan yang tinggal di Nazaret terkejut ketika untuk pertama kali dikunjungi malaikat yang menyampaikan salam dan pesan jangan takut sebab TUHAN menyertainya bahkan dapat kasih karunia dari Alah sehingga akan mengandung lalu melahirkan seorang anak laki-laki karena Roh Kudus turun atas dirinya dan Kuasa Allah Yang Mahatinggi menaunginya sehingga anak yang dilahirkan itu adalah Kudus, Anak Allah Yang Mahatinggi sebagai yang berhak atas tahta Daud. Maria saat itu belum bersuami tetapi hal itu tidak membatasi kuasa TUHAN ALLAH menyatakan kuasa dan kebesaran-Nya sebab tiada ada yang mustahil bagi Allah.
Maria yang mendapatkan karunia dari TUHAN diperhadapkan situasi di luar kelaziman, melahirkan tanpa benih dari seorang pria. Hal ini dapat menghadapi isu seperti kehamilan bahkan melahirkan di luar nikah di tengah-tengah masyarakat yang menjujung tinggi nilai perkawinan yang diatur dalam hukum Taurat. Hukum itu tertulis: "Tetapi jika tuduhan itu benar dan tidak didapati tanda-tanda keperawanan pada si gadis, maka haruslah si gadis dibawa ke luar ke depan pintu rumah ayahnya, dan orang-orang sekotanya haruslah melempari dia dengan batu, sehingga mati--sebab dia telah menodai orang Israel dengan bersundal di rumah ayahnya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (Ulangan 22:20-21). Maria diperhadapkan resiko yang lebih berat di bandingkan wanita yang hidup zaman sekarang sebab hanya yang bersifat seperti:
- Stigma sosial yang memandang rendah wanita yang hamil atau melahirkan di luar nikah.
- Masalah ekonomi terutama jika wanita tidak memiliki sumber pendapatan yang stabil atau tidak memiliki dukungan keuangan dari keluarga atau masyarakat. Terlebih jika tidak ada pria yang mau bertanggung-jawab terhadap kehamilannya.
- Masalah hukum seperti resiko harus menanggung beban biaya persalinan sendiri, atau mungkin tidak memiliki hak atas anak yang dilahirkannya.
- Masalah emosional sebab dapat menimbulkan perasaan tertekan, merasa bersalah, atau merasa tidak diakui oleh keluarga atau masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan wanita tersebut.
Maria berkata kepada malaikat bahwa dirinya adalah hamba TUHAN - δούλη Κυρίου. Kata δούλη / doulē memiliki arti sebagai budak wanita; pembantu; perempuan yang menyerahkan dirinya sepenuhnya tunduk, pada kehendak orang lain dalam hal ini TUHAN - KURIOS dengan menempatkan diri di bawah kekuasaan TUHAN agar dapat jadi pelayan purna waktu sebab telah menyerahkan segala hak yang melekat termasuk harga dirinya untuk melaksanakan perintah TUHAN dengan mengabaikan kepentingan pribadi termasuk hak mendapat upah dalam melayani agar dapat menyenangkan TUHAN sekalipun tidak memiliki dampak terhadap sesama dibandingkan seperti seorang diakon karena tidak mencari penghargaan dari siapapun juga. Keputusan Maria menjadi hamba TUHAN mengikat Maria sehingga tujuan hidup Maria adalah mengabdi kepada TUHAN dengan cara memberikan dirinya untuk melahiran dan merawat serta mengasuh anaknya yang bernama Yesus agar sang anak dapat hidup sesuai dengan tujuan-Nya hadir di bumi sesuai dengan pesan yang diterima dari malaikat.
Menurut Pulpit Commentary pernyataan yang terucap melalui mulut malaikat sesuatu yang harus dipenuhi oleh Maria dan Maria diperhadapkan untuk setuju dengan segala konsekuensi dari tawaran Ilahi. Maria memberikan persetujuan dengan sebuah kalimat yang sederhana dan luhur dengan melibatkan tindakan iman yang luar biasa yakni menerima pengorbanan yang berharga bagi seorang gadis muda daripada hidupnya sendiri yang mengambarkan putri Sion ideal. Mari menyerahkan dirinya atas kehendak bebasnya sendiri pada apa yang dia rasakan. Kehendak dan keinginan TUHAN yang terlaksana hal ini adalah gambaran seorang δούλη Κυρίου / hamba TUHAN.
Lazimnya kehendak TUHAN dapat dimengerti jika dalam hidup ini kita bersikap antara lain, seperti:
- Berdoa memohon hikmat dan petunjuk dari TUHAN agar lebih memahami kehendak-Nya dan menyelaraskan tindakan kita dengan visi dan misi yang TUHAN berikan
- Membaca dan merenungkan firman-Nya agar mengerti kehendak-Nya kemudian dipraktikan dalam hidup.
- Mencari nasihat dari orang percaya lainnya yang dianggap lebih rohani lalu mendiskusikan keputusan sehingga dapat melihat perspektif dan bimbingan yang berharga
- Menyerahkan kendali kepada TUHAN dengan memhon agar rencana-Nya yang terbaik itu yang terjadi dan terlaksana dalam hidup ini
- Mengambil keputusan hidup dalam ketaatan untuk mematuhi petunjuk dan ketetapan TUHAN seperti yang tercantum dalam firman-Nya Alkitab dengan tujuan agar selaras dan serasi dengan kehendak-Nya.
Keteladan Maria dalam keadaan sadar akan kehendak Allah melakukan kehendak TUHAN dengan menghambakan dirinya dinyatakan dengan ketulusan dan kerelaannya dan kesiapannya menanggung penderitaan dengan sabar dan kesungguhan. Nats Alkitab yang menunjukkan seorang hamba TUHAN yang berkenan kepada TUHAN diantaranya:
- Dengan Sadar kehendak TUHAN dan rela menderita - 1 Petrus 2:19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
- Dengan tulus dan takut kepada TUHAN - Efesus 6:5 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,
- Dengan kesungguhan Efesus 6:6 jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah
- Dengan kerelaan - Efesus 6:7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.
Sebagai sahabat Allah maka Maria mendapatkan kabar pemberitahuan tentang tujuan rencana TUHAN dalam hidupnya (Yohanes 15:15) tetapi merendahkan diri dihadapan TUHAN dengan menyatakan sangat nyata dirinya sebagai hamba TUHAN. Maria adalah contoh bagi kita dalam menempatkan posisi dihadapan TUHAN sekalipun diangkat sebagai sahabat TUHAN.
Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:6-8) Yesus memilih Maria yang mengerti kehendak Allah yang menempatkan dirinya sebagai hamba TUHAN.
Bagaimanakah sikap kita setelah melihat Maria yang memberi hidupnya dengan menjadi pelayan bagi TUHAN? Alkitab mencatat untuk menjadi hamba atau pelayan TUHAN tidak semua orang memilih dan menempatkan dirinya menjadi seorang doulos yang tidak mengharapkan upah saat melakukan tugas pelayanan. Alkitab merinci seorang hamba TUHAN itu dalam pengertian lain seperti "huperetes (1 Korintus 4:1), diakonos (Efesus 4:12), oiketes (1 Petrus 2:18), therapon (Ibrani 3:5), leitourgos (Kisah Rasul 13:2). Apa saja pilihan kita dalam melakukan kehendak TUHAN maka sikap dasar seperti yang dicontohkan Maria menjadi teladan dan TUHAN menerima pilihan sikap kita dalam melakukan kehendak-Nya dengan tulus dan sukacita. Sikap satu satunya yang memiliki citra negatif dalam melakukan kehendak TUHAN adalah misthios (pekerja upahan) yang bekerja atau melayani TUHAN karena mengejar upah yang cenderung bersifat sementara dan terbatas.
Lakukan kehendak TUHAN harus dilandasi dengan memiliki hubungan atau relasi yang baik dengan TUHAN terlebih dahulu dimana Kristus ada di dalam hidup kita dan berdaulat penuh maka semuanya akan memiliki arti yang bernilai dalam hidup dengan diiringi syukur kepada TUHAN karena dilibatkan dalam rencana-Nya sehingga hidup memiliki tujuan yang selaras dengan TUHAN. Fokus melakukan apa yang harus dilakukan menurut TUHAN. Maria seorang "doule" diangkat TUHAN sehingga Elisabet berkata "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu." Maria pun bersyukur dilibatkan dalam rencana TUHAN bagi dirinya dengan berkata: "Jiwaku memuliakan TUHAN dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku."