Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Selasa, 24 Juni 2025

Tabir Ritual Bagi Azazel

Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. Imamat 16:7-8

Hari raya perdamaian atau Yom Kippur dirayakan pada tanggal 10 bulan Tishri menurut kalender Ibrani, yang biasanya jatuh pada bulan September atau Oktober. Ritual yang dilakukan saat hari pendamaian dimulai dengan imam besar membasuh tubuh dengan air dan mengenakan pakaian kudus lalu mempersembahkan domba jantan untuk pendamaian dirinya dan keluarganya kemudian memilih kambing lewat undian untuk menentukan kambing manakah yang diperuntukkan untuk Yahweh dan yang mana untuk Azazel

Umat Israel menyediakan dua ekor kambing yang ditempatkan di depan pintu kemah pertemuan yang diundi sebagai lambang penentuan ilahi dengan ketentuan:

  • Kambing yang terpilih bagi Yahweh (YHWH) adalah:
    • Kambing bagi YHWH dikurbankan sebagai kurban penghapus dosa, darahnya di bawa ke Ruang Mahakudus.
    • Imam besar melakukan percikan darah ke atas tutup pendamaian (ת ֶרֹּפ ַּכ) dan ke depan tutup pendamaian.
    • Tujuan ritual adalah untuk menahirkan tempat suci dari kenajisan umat sepanjang tahun.
    Kambing yang terpilih bagi Azazel adalah:
    • Imam besar kemudian meletakkan kedua tangannya di atas kepala kambing untuk Azazel.
    • Atas nama seluruh komunitas Israel, Imam Besar mengakui segala dosa, kesalahan, dan pelanggaran bangsa itu.
    • Kambing bagi Azazel ini dihalau ke “padang gurun” (ר ָּב ְד ִמ)dan dilepaskan di (אֶ רֶ ץ גְ זֵ רָּ ה) “tanah yang tadus“

Ritual di hari raya pendamaian tertulis dalam Imamat 16 dengan memuat tiga kali kata yang menyebutkan Azazel, yaitu:
- Ayat 8: Harun harus membuang undi atas dua kambing jantan—satu untuk Tuhan (yang akan dikorbankan) dan satu untuk Azazel (yang akan diusir ke padang gurun).
- Ayat 10: Kambing yang ditentukan untuk Azazel harus dihidupkan dan dilepaskan ke padang gurun sebagai "kambing penghapus dosa" (scapegoat).
- Ayat 26: Orang yang melepaskan kambing untuk Azazel harus membersihkan diri karena telah menyentuh kambing yang menanggung dosa-dosa Israel.

Azazel sebuah nama yang terdapat dalam konteks Yahudi, Kristen dan Islam (Azazil). Dalam Islam oleh sebagian kalangan dianggap sebagai nama awal iblis sebelum diusir dari surga karena tidak mau menyembah kepada Adam dan atau juga ada yang berpendapat sebagai jin yang diizinkan tinggal di surga karena ibadahnya, lalu menjadi sombong. Bagi Yahudi dan Kristen nama Azazel cukup misterius karena hanya muncul tiga kali dalam Alkitab tanpa penjelasan eksplisit mengenai identitas dan maknanya sehingga dapat menimbulkan perdebatan tentang makna dan implikasinya sejak zaman purba hingga saat ini. Keragaman makna Azazel dalam Yahudi dan Kristen tergambar secara garis besar menjadi:

  1. Azazel sebagai "Kambing yang pergi" sebab berdasarkan konsep ini Azazel adalah istilah deskriptif, bukan nama diri. Azazel dipandang sebagai kata komposit, yakni gabungan dari kata (ז ֵע) kambing dan ( ל ַּז ָּא = pergi), sehingga Azazel dipahami sebagai “kambing yang pergi.” Pandangan Azazel sebagai kambing yang pergi selaras dengan terjemahan Septuaginta (τῷ ἀποπομπαίῳ) dan Vulgata (caper emissarius).
  2. Azazel sebagai lokus geografi. Hal ini dimungkinkan berdasarkan beberapa tafsir dalam tradisi Yahudi memahami Azazel sebagai nama tempat, yaitu lokasi geografis di padang gurun yang ditandai dengan tebing curam yang bernama "Tzuk" (di padang gurun Yudea). Kambing tersebut dibawa ke sebuah tebing curam dan didorong jatuh hingga mati atau setidak-tidaknya tidak dapat kembali ke tempat asal. “The word Azazel indicates that the cliff the goat is pushed from should be rough and hard…. Azazel is a reference to the hardest mountain.” (Yoma 67b)
  3. Azazel sebagai entitas demonik yang didasarkan kepada:
    - Dalam Apocalypse of Abraham 13:6-14, Azazel muncul sebagai tokoh antagonis, diwakili sebagai burung kotor yang hinggap di atas kurban yang dipersiapkan Abraham (bdk. Kejadian 15:11).
    - Dalam Kitab Henokh, Azazel adalah penyebab utama kerusakan bumi akibat pengajarannya kepada manusia. “Azazel taught men to make swords, knives, shields, breastplates, and taught them about metals, jewelry, and cosmetics, leading to corruption and violence.” 1 Enoch 8:1-2
    - Dalam penggambaran tersebut, ritus pelepasan kambing ke Azazel dipahami sebagai pengembalian beban dosa kepada sumber asalnya, yakni kepada pemimpin kekuatan jahat.
  4. Azazel sebagai konsep abstrak dengan pertimbangan:
    - Sebagian ahli melihat Azazel bukan sebagai kuasa jahat yang menerima persembahan kurban.
    - Azazel dimengerti sebagai konsep abstrak, yaitu simbol kejahatan, dosa, kenajisan, dan kekacauan yang dipisahkan dari umat.
    - Dalam Imamat 16, kambing untuk Azazel yang telah menerima pengakuan dosa bangsa Israel dilepaskan ke padang gurun.
    - Sebagai konsep abstrak, Azazel mewakili pembuangan segala kenajisan dan merepresentasikan pengampunan.

Ritual kambing bagi Azazel dalam hari raya pendamaian yang tercatat dalam Taurat memiliki keserupaan yang mendekati hampir sama dengan beberapa ritual lainnya di Timur Dekat. Antara lain:

  • Ritual bangsa Het yaitu ritual Ambazzi dan ritual Huwarlu.
    Ritual Ambazzi berdasarkan tablet tanah liat di Hattusa dengan aksara paku. Ritual ini bertujuan menghilangkan wabah penyakit, kutukan dan juga dosa kolektif dan atau melindungi kerajaan dari kemarahan dewa-dewi atau roh jahat. Proses ritual ambazzi dimulai dengan pemilihan hewan berupa seekor domba jantan, kambing, atau sapi dipilih sebagai "pembawa malapetaka". Hewan itu dihiasi dengan perhiasan atau pita sebagai simbol dosa/kutukan kemudian tokoh agama kepercayaan orang Het atau raja meletakkan tangan pada hewan sambil membaca mantra untuk memindahkan kejahatan kepadanya. Contoh mantra (dari teks CTH 419): "Semua kejahatan, dosa, kutukan, dan penyakit... kini berpindah ke domba ini. Ia akan membawanya jauh!" Setelah selesai membaca mantra maka dilanjutkan pengusiran atau pembunuhan hewan, yaitu:
    - Versi 1: Hewan diusir ke wilayah musuh (misalnya, ke tanah Kaska atau Arzawa).
    - Versi 2: Hewan dibunuh di perbatasan, lalu mayatnya dibakar atau dibuang ke sungai.
    Kemudian dilanjutkan penyucian peserta ritual melalui prasesi mandi ritual dan mempersembahkan korban kepada dewa.
    Ritual Huwarlu sebagai upacara pembersihan dan penyembuhan dalam tradisi Bangsa Het (Hittite) yang bertujuan menyembuhkan penyakit (terutama yang dianggap akibat roh jahat atau pelanggaran ritual), menghilangkan ketidakberuntungan atau kemarahan dewa dan membersihkan kenajisan (misalnya setelah kontak dengan kematian atau kelahiran). Proses ritual Huwarlu dimulai pemilihan hewan biasanya anjing, burung, tikus atau domba sebagai hewan korban. Pembuatan benda ritual yaitu figurine (patung kecil dari tanah liat/perak) sebagai representasi roh jahat dengan warna simbolis yaitu benang merah atau hitam untuk mengikat kutukan. Kemudian masuk ke tahap utama yaitu pemindahan dosa / penyakit dimana Pendeta (Ḫuwarlu-priest) meletakkan tangan pada hewan sambil membaca: "Dewa [X], apapun dosa, penyakit, atau kenajisan yang ada pada [nama orang], biarkan berpindah ke hewan ini!" Figurine juga digunakan sebagai perantara untuk menyerap kejahatan yang dilanjutkan pengusiran atau penyembelihan Hewan, yaitu:
    - Hewan dibunuh (darahnya dipercik sebagai simbol pembersihan).
    - Alternatif: Hewan dilepaskan ke hutan atau sungai (jika ritual non-kekerasan).
    - Pembuangan Benda Terkutuk: Figurine atau sisa hewan dibuang ke lokasi terpencil (gunung, jurang) atau wilayah musuh (jika terkait kutukan politik).
    Penyucian peserta yaitu orang yang dibersihkan harus: Mandi ritual, memakai pakaian baru dan memakan makanan murni (roti tanpa ragi, daging yang dikuduskan).
  • Ritual bangsa Arab Kuno (pra Islam) yaitu ritual At-Tasriyah, ritual Al-‘Azā’il dan ritual Istirhā’ al-Jinn.
    Ritual التَّسْرِيَة (At-Tasriyah) atau الإبعاد (Al-Ib‘ād) yaitu:
    - At-Tasriyah (التسريّة) berarti "melepaskan hewan ke gurun" sebagai persembahan atau penebusan.
    - Al-Ib‘ād (الإبعاد) berarti "pengusiran", mirip dengan konsep kambing yang diusir ke padang gurun dalam Imamat 16.
    Ritual العَزَائِل (Al-‘Azā’il) yaitu:
    - Al-‘Azā’il (العزائل) adalah bentuk jamak dari ‘Azāzīl (عزازيل), yang merujuk pada hewan-hewan yang dikorbankan atau diusir untuk menangkal bala. Istilah ini sangat dekat dengan "Azazel" dalam tradisi Yahudi, karena berasal dari akar kata yang sama (‘-Z-L = "menjauh/menghilang"). Dalam beberapa syair Arab kuno, ‘Azāzīl disebut sebagai roh padang pasir yang menerima persembahan.
    Ritual التَّقَرُّبْ إلى الجِنّ (At-Taqarrub ilā al-Jinn) atau "Taqdīm al-Fidā’" (تقديم الفداء) adalah praktik beberapa suku Arab mempersembahkan kambing hitam atau unta ke gurun untuk menenangkan jin (roh-roh gurun) sebagai persembahan tebusan. Contoh: Suku Quraisy sebelum Islam terkadang mengusir hewan ternak ke lembah bernama "Harrat al-Basra" sebagai persembahan.
    * Perbedaannya ritual Azazel bersifat teologis (penghapusan dosa), sementara ritual Arab purba lebih bersifat magis/penangkal bencana.
  • Ritual bangsa Babilonia yaitu ritul Surpu, Ritual Namburbi dan perayaan tahun baru “Festival Akitu,”
    Ritual "Surpu" (Pembakaran Pengganti) dengan tujuan menghilangkan kutukan, dosa, atau penyakit dari seseorang. Proses ritual ini dilakukan dimana orang yang terkutuk menyentuh domba, kambing, atau figur tanah liat sambil membaca mantra agar kejahatan dipindahkan ke hewan/benda tersebut lalu hewan disembelih atau figur dibakar, melambangkan penghancuran kutukan.
    Ritual "Namburbi" (Pencegahan Bencana) dengan tujuan menangkal pertanda buruk (misalnya gerhana, mimpi buruk). Proses ritual ini dilakukan dengan hewan (biasanya burung atau domba) digunakan sebagai pengganti dengan maksud agar dosa atau malapetaka dipindahkan ke hewan, lalu hewan itu dibebaskan ke alam liar atau dibunuh.
    Festival Akitu (Tahun Baru Babilonia). Pada perayaan tahun baru “Festival Akitu,” yang berlangsung selama sebelas hari saat musim semi dengan pesan utama merayakan kelahiran kembali dunia alami dan kemenangan para dewa atas kekacauan terkait dan kembalinya kekuasaan ilahi raja atas rakyatnya. Sejumlah ritual yang terjadi dalam festival Akitu antara lain:
    - Raja Babel dibawa ke hadapan patung dewa Marduk, ditanggalkan pakaian kebesarannya dan dipaksa bersumpah bahwa ia telah memimpin kota dengan penuh kehormatan kemudian seorang pendeta tinggi kemudian akan menampar raja dan menarik telinganya dengan harapan membuatnya menangis. Jika air mata raja menetes, hal itu dianggap sebagai tanda bahwa Marduk merasa puas dan secara simbolis memperpanjang kekuasaan raja.
    - Imam besar menyucikan tempat kudus. Imam Besar mengoleskan darah domba jantan yang telah disembelih pada kuil dan sekitarnya. Bangkai domba jantan, yang berfungsi sebagai sarana untuk memindahkan kenajisan dari kuil, dibuang ke sungai.
    - Patung atau simbol dewa chaos (seperti Tiamat) dihina dan diusir dari kota.
  • Ritual Yunani kuno yaitu Ritual Pharmakos atau tumbal berupa manusia atau kambing hitam namun biasanya seorang buangan dari kalangan budak atau narapidana untuk menyerap kejahatan kumunal. Manusia yang menjadi tumbal diarak keliling kota, dicambuk dengan ranting, dihina, lalu diusir atau dibunuh untuk menghapus dosa kota. Dalam ritual di Yunani hampir serupa dengan konsep kambing Azazel, tetapi menggunakan manusia

Catatan aneka penafsiran dalam Yahudi tentang ritual Azazel yaitu:
- Azazel dalam arti literal-topografis yang disuarakan oleh Rashi abad ke-11 dengan memahami Azazel sebagai suatu lokasi batu karang terjal di padang gurun, tempat pembuangan kambing (bandingkan. Mishnah Yoma). Penghalauan kambing ke padang gurun dan pendorongan kambing ke tebing curam adalah untuk memastikan bahwa kambing tersebut tidak kembali ke pemukiman. Pandangan ini menekankan penghapusan dosa yang total, ditandai dengan ketidakmungkinan kambing kembali ke perkemahan umat Allah.
- Azazel dalam arti pedagogis-simbolis yang disuarakan Maimonides abad ke-12 dengan memahami dan mengajarkan bahwa pengakuan dosa pada kambing semata-mata bersifat simbolik. Ritual ini dimaksudkan untuk membentuk kesadaran psikologis umat mengenai keharusan meninggalkan dosa. Simbolisasi pelepasan kambing ke padang gurun berfungsi pedagogis guna memotivasi pertobatan sejati, bukan sebagai sarana penghapusan dosa secara magis.
- Azazel dalam arti mistik-metafisik yang disuarakan oleh Nachmanides abad ke-13 dengan mengintegrasikan dimensi metafisik dalam penafsirannya dengan mengidentifikasi Azazel sebagai representasi setan bernama Samael. Dalam kerangka kosmologi mistik Yahudi, Samael berperan sebagai pendakwa umat di hadapan Tuhan. Pelepasan kambing ke padang gurun tidak dimaksudkan sebagai bentuk penyembahan, melainkan sebagai simbol pengembalian tuduhan dosa kepada asalnya di bawah kendali penuh YHWH.

Catatan aneka penafsiran dalam Kristen tentang Azazel, yaitu Azazel kadangkala dipahami sebagai Setan, bahkan malaikat yang jatuh, sejalan dengan tradisi Henokh namun banyak komentator Kristen yang juga memahami Azazel sebagai tipologi Kristus. Selengkapnya:
- Azazel sebagai setan atau demon seperti yang diajarkan oleh Origen (Against Celsus 6) mengidentifikasikan Azazel dengan Setan. Ia memahami kambing yang dikirim ke padang gurun pada Hari Pendamaian sebagai lambang Azazel dan atau Irenaeus of Lyons (Against Heresies 1.15) memahami Azazel sebagai malaikat yang perkasa dan jatuh (bdk. tradisi kitab Enokh). Azazel dikaitkan dengan ramalan astrologi dan ilmu magis.
- Azazel sebagai tipologi Kristus seperti yang terdapat dalam Epistle of Barnabas 7:6-11 menafsirkan kambing untuk YHWH sebagai lambang kurban kematian Kristus untuk menebus manusia dari dosa, sementara kambing untuk Azazel dipandang sebagai representasi penderitaan Kristus yang menanggung penderitaan dan kutuk dan atau Justin Martyr (Dialogue with Trypho 40) menafsirkan penderitaan Kristus, termasuk penolakan-Nya oleh para pemimpin Yahudi, sebagai penggenapan kambing Azazel yang memikul dosa umat.
- Kambing sebagai tipologi Kristus seperti yang yang dipahami oleh Martin Luther bahwa Kristus adalah pengganti umat manusia dengan menggunakan metafora “kambing hitam” (Sündenbock) dan atau John Calvin menafsirkan fungsi kedua kambing sebagai penggambaran dari aspek kematian dan kemenangan Kristus atas kuasa dosa, neraka, dan maut.

Azazel pun menjadi bahan perbincangan dalam diskursus interdisiplinary dalam pengertian sebagai kambing hitam (Scapegoat) yang berawal dari terjemahan Alkitab oleh William Tyndale pada tahun 1530. Ketika menerjemahkan kata “Azazel” dalam Imamat 16, Tyndale meggunakan istilah “escape goat.” Terjemahan Tyndale kemudian diadopsi dalam King James Version (1611), dan kata ini kemudian mengalami simplifikasi morfologis menjadi “scapegoat.” Jadi istilah kambing hitam (scapegoat) yang berasal dari ritual kambing bagi Azazel saat ini telah berkembang menjadi dalam sejulah disiplin ilmu yang digunakan sebagai metafora untuk menyalahkan individu/kelompok atas masalah yang bukan sepenuhnya kesalahan mereka.

Kambing hitam sesuatu yang populer dalam beberapa studi saat ini, seperti:
- Studi Sosial digunakan untuk seseorang/kelompok yang dipersalahkan secara tidak adil untuk mengalihkan perhatian dari penyebab sebenarnya. Mekanisme praktik kambing hitam adalah bahwa kelompok dominan menyalahkan kelompok marginal (misalnya: imigran, kelompok agama) atas masalah ekonomi/kriminalitas. Contoh: Yahudi sebagai kambing hitam Nazi Jerman (Holocaust) atau Etnis Tionghoa dituduh penyebab krisis ekonomi di Indonesia (Kerusuhan Mei 1998). Dampak dari adanya kambing hitam terjadi diskriminasi, kekerasan, dan pengucilan sosial.
- Studi Politik digunakan menjadi alat propaganda untuk menyatukan masyarakat melawan "musuh bersama". Mekanisme praktik kambing hitam adalah bahwa penguasa menggunakan kambing hitam untuk mengalihkan kemarahan publik dari kebijakan yang gagal dan atau mempertahankan kekuasaan dengan menciptakan narasi "kita versus mereka". Contoh: Komunisme sebagai musuh di era McCarthyisme (AS 1950-an) atau Rohingya dipersalahkan atas masalah di Myanmar oleh militer. Dampak ada kambing hitam dalam politik hadir kebijakan represif, pelanggaran HAM, dan polarisasi masyarakat.
- Studi Budaya menjadi stereotip atau mitos yang melekat pada kelompok tertentu (misalnya: minoritas, etnis, atau agama). Mekanisme praktik kambing hitam hadirnya mitos atau stereotip yang melekat pada suatu kelompok diwariskan melalui cerita rakyat, media, atau pendidikan. Contoh: Witch-hunt (perburuan penyihir) di Eropa abad ke-16–17 dan atau Orang kulit hitam sebagai "kriminal" dalam narasi media Barat. Dampak kambing hitam dalm budaya yaitu stigma turun-temurun, rasisme sistemik, dan ketidakadilan struktural.

Kambing hitam memiliki peran dan fungsi psikologis untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam hal:
- Mengurangi kecemasan kolektif.
- Mempertahankan kohesi kelompok dengan menciptakan "musuh bersama".
- Melindungi struktur kekuasaan yang ada.

Teori populer di Balik Fenomena Kambing Hitam, diantaranya:
- Teori Frustasi-Agresi (Dollard, 1939) dengan penjelasan bahwa kelompok yang frustasi mencari sasaran untuk melampiaskan kemarahan. Contoh: Kerusuhan rasial terhadap minoritas saat resesi.
- Teori Konflik Sosial (Marx) dengan penjelasan bahwa kelompok elite menciptakan musuh palsu untuk memecah-belah kelas pekerja. Contoh: Kapitalis menyalahkan imigran atas pengangguran.
- Teori Identitas Sosial (Tajfel) dengan penjelasan bahwa kelompok menguatkan identitasnya dengan merendahkan "out-group". Contoh: Nasionalisme ekstrem menyalahkan asing.

Saat ini Azazel sebagai kambing hitam (Scapegoat) telah meluas dalam wacana sosial, politik dan budaya untuk merujuk pada individu atau kelompok yang secara tidak adil dipersalahkan dan dikurbankan sehingga terjadi pergeseran dari kategori ritual keagamaan menjadi kategori psikososial. Pergeseran tersebut dapat diperhatikan antara lain dalam hal:

  • Perspektif Sosiologis, seperti Émile Durkheim yang mengatakan:
    - Pelanggaran norma menghasilkan kecemasan kolektif yang berpotensi menimbulkan disintegrasi sosial.
    - Tindakan hukuman publik terhadap pelanggar norma adalah eksternalisasi kemarahan kolektif.
    - Masyarakat melakukan ritual “piacular” untuk mengembalikan keseimbangan sosisal dan mempertahankan solidaritas sosial.
    - Mekanisme kambing hitam berfungsi sebagai cara untuk merestorasi keseimbangan sosial.
  • Perspektif Psikologis, seperti Sigmund Freud, yaitu:
    - Sigmund Freud memperkenalkan mekanisme pertahanan diri secara psikis berupa displacement dan projection.
    - Displacement adalah pemindahan emosi agresif dari target asli yang menimbulkan ancaman ke target substitutif yang lebih aman atau lemah.
    - Projection adalah penolakan untuk mengakui aspek negatif dalam dirinya dan mengatribusikannya kepada pihak eksternal.
  • Teori Deprivasi Relatif yang awalnya dicetuskan Samuel A. Stouffer lalu berkembang sehingga mennyatakan bahwa persepsi ketidakadilan tidak hanya diukur dari kondisi absolut, melainkan dari kesenjangan antara harapan dan pencapaian kelompoknya dibandingkan dengan kelompok lain. Kelompok yang mengalami stagnasi ekonomi, ketidaksetaraan sosial, atau mobilitas yang terhambat mengembangkan narasi scapegoating terhadap kelompok lain dan kelompok minoritas atau kelompok oposisi dipandang sebagai penyebab penderitaan kolektif. Teori ini menyatakan:
    - Rasa frustrasi kolektif akibat deprivasi relatif berpotensi memicu mobilisasi kekerasan sosial (bdk. Ted Robert Gurr, Why Men Rebel), dan bisa dimanfaatkan oleh elit kekuasaan untuk mempertahankan kekuasaannya.
    - Kegagalan sebuah kelompok atau institusi ditimpakan pada individu atau kelompok tertentu untuk meredakan ketegangan dan mempertahankan citra.

Terdapat pola umum dalam mengidentifikasi kambing hitam yaitu:
- Satu kelompok disalahkan berlebihan tanpa bukti proporsional.
- Narasi disederhanakan (misalnya: "Mereka penyebab semua masalah!").
- Elite terhindar dari kritik sementara kelompok lemah jadi sasaran.
- Contoh Kasus: COVID-19 maka orang Asia (RRC) diserang di Barat karena dituduh "penyebar virus" atau saat krisis ekonomi lazimnya pemerintah menyalahkan "pemilik modal asing" alih-alih korupsi sistemik.

Konsep "kambing hitam" (scapegoating) juga dikenal dalam ilmu hukum dan vonis pengadilan yang merujuk pada praktik menyalahkan atau menghukum seseorang atau kelompok secara tidak adil, seringkali demi melindungi pihak yang sebenarnya bersalah atau untuk mencapai tujuan politik/sosial tertentu. Kambing hitam dalam pendekatan ilmu hukum adalah:
- Pemidanaan yang Tidak Adil yang terjadi ketika seseorang divonis bersalah tanpa bukti yang cukup, hanya karena tekanan publik, kepentingan politik, atau bias sistemik (misalnya diskriminasi ras, agama, atau kelas). Contoh: Vonis terhadap minoritas atau kelompok marginal tanpa proses hukum yang fair.
- Penyalahgunaan Kekuasaan yaitu aparat penegak hukum atau pengadilan mungkin menjadikan seseorang sebagai "kambing hitam" untuk menutupi kelemahan investigasi atau melindungi pelaku sebenarnya. Contoh: Kasus korupsi di mana hanya pihak kecil dihukum, sementara aktor utama bebas.
- Manipulasi Opini Publik yaitu kondisi pengadilan terpengaruh oleh narasi media atau tekanan massa, sehingga menjatuhkan vonis untuk "menenangkan" masyarakat, meski tidak sesuai fakta. Contoh: Hukuman cepat tanpa proses mendalam dalam kasus yang menyita perhatian publik.
- Kesatan Hukum (Miscarriage of Justice) yaitu suatu keadaan ketika sistem hukum gagal memberikan keadilan karena kesalahan prosedur, prasangka, atau korupsi, korban menjadi "kambing hitam". Contoh: Kasus salah tangkap karena identifikasi keliru atau pengakuan paksa.

Kambing hitam dalam sistem peradilan memiliki dampak:
- Merusak Kredibilitas Hukum sehingga masyarakat kehilangan kepercayaan pada lembaga peradilan.
- Pelanggaran HAM suatu kondisi hak atas peradilan yang fair (due process) dilanggar.
- Impunitas sehingga pelaku sebenarnya lolos dari tanggung jawab.

René Girard, "The Scapegoat" (1986) mengungkap hal yang menarik untuk disimak, yaitu diantaranya:
- René Girard menyoroti kecenderungan manusia untuk meniru hasrat orang lain, yang secara tidak terhindarkan melahirkan persaingan dan krisis mimetik.
- Ketika ketegangan sosial mencapai titik puncak, masyarakat secara spontan mencari stabilisasi dengan mengalihkan kekerasan kolektif kepada satu kurban substitusi yang dijadikan scapegoat.
- Kurban ini, setelah dihancurkan, dipandang sebagai penyelamat sosial.

Catatan khusus dari René Girard tentang Kristus sebagai scapegoat.
- Girard membaca narasi kesengsaraan dan penyaliban Kristus sebagai kritik terhadap logika kambing hitam yang tersembunyi di balik sistem budaya kekerasan.
- Dalam peristiwa salib, Kristus tampil sebagai kambing hitam yang tidak bersalah, sekaligus sebagai pengungkap mekanisme yang menjustifikasi kekerasan.
- Kristus merupakan kambing hitam yang mengakhiri seluruh sistem kambing hitam dengan kematian dan kebangkitan-Nya.
- Penolakan Kristus untuk membalas kekerasan dengan kekerasan melainkan memberikan pengampunan adalah antitesis radikal terhadap mekanisme scapegoat.

Azazel dalam melintasi berbagai konteks menurut Chelcent Fuad terdiri atas:

  • Azazel dalam konteks religius:
    - Ritual Yom Kippur menampilkan sistem pendamaian dalam agama Israel kuno yang bertujuan untuk memulihkan relasi Allah dan umat-Nya.
    - Pemilihan dua kambing untuk YHWH dan untuk Azazel merepresentasikan penyucian dan penghapusan dosa di hadapan Allah.
  • Azazel dalam konteks interdisipliner:
    - Konsep Azazel tidak sekadar berfungsi sebagai kategori religius, melainkan juga dalam kategori interdisipliner untuk memahami dinamika sosialkultural kontemporer.
    - Pemahaman terhadap mekanisme kambing hitam dapat menjadi sarana untuk mengidentifikasi, mencegah, serta merestorasi ketidakadilan.
  • Azazel dalam konteks pastoral:
    - Kristus yang menjadi kambing hitam membawa pembebasan dari siklus kekerasan akibat praktik kambing hitam.
    - Komunitas iman dipanggil untuk menghidupi ethos pengampunan dan solidaritas terhadap sesama.
    - Orang percaya dipanggil untuk menyuarakan penolakan terhadap segala bentuk praktik kambing hitam yang menghancurkan relasi interpersonal dan komunitas.

Tabir ritual bagi Azazel yang menimbulkan pertanyaan siapakah Azazel yang dimaksud telah berkembang menjadi berbagai macam pengertian tetapi secara teks dalam kitab Imamat tidak dapat dipisahkan dengan kambing yang diperuntukkan untuk YHWH. Yang menentukan manakah kambing untuk Yahweh atau Azazel hanyalah berdasarkan undian semata-mata. René Girard seorang ilmuwan telah menyatakan bahwa Yesus Kristus telah menjadi pengenapan dari dua ekor kambing di hari raya pendamaian (Yom Kippur)

Penjelasan Alkitab tentang Kristus pengenapan dari seluruh upacara Yom Kippur - hari raya pendamaian termasuk ritual kambing bagi Azazel dapat tersirat misal dalam sejumlah teks di Alkitab, seperti:
- Roma 5:10 ↣ Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
- Efesus 2:16 ↣ dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
- Kolose 1:20 ↣ dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
- Kolose 1:22 ↣ sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Sang Firman telah alami penderitaan seperti yang dialami oleh kambing dalam ritual hari raya pendamaian yaitu menanggung segala dosa dan kesalahan manusia dan kutuk sekaligus mempersembahkan hidupnya kepada BAPA. Segala bentuk yang sejajar dengan "Ritual Pharmakos - budaya Yunani Purba" seharusnya lenyap sebab sebagai orang percaya yang telah diperdamaikan dengan TUHAN ALLAH diperbaharui oleh Roh Allah maka sepatutnya berusaha untuk tidak melakukan kekerasan dan atau mencari serta menjadikan pihak di luar diri kita sebagai kambing hitam melainkan hidup dalam kebenaran, keadilan dan kebaikan dengan sesama sehingga dapat bersatu dan fokus pada solusi nyata dalam menjalani kehidupan.







Tulisan lainnya di werua blog:
Ibadah Hari Raya Pendamaian
Ajaran Alkitab Tentang Playing Victim
Yesus Anak Domba Allah
Berkenan Kepada TUHAN
Makna Mendasar Korban Kristus
Darah Yesus
Sudah Selesai di Salib Kristus
Darah Pendamaian
Praktik Kekerasan di Bumi
Berbahagia Dianiaya Karena Kebenaran


Share this

Random Posts

Label Mobile

Dogmatika (75) Hermeneutika (79) Lainnya (96) Resensi buku (9) Sains (57) Sistimatika (71) Video (9) biblika (86) budaya (53) dasar iman (103) karakter (44) konseling (86) manajemen (72) pendidikan (59) peristiwa (72) sospol (67) spritualitas (94) tokoh alkitab (44)