Teks di atas adalah bagian dari penglihatan Yohanes tentang Binatang dari Bumi (Wahyu 13:11-18), yang mewakili kekuatan palsu yang bekerja untuk Binatang dari Laut (Antikristus). Patung yang berbicara adalah alat pemujaan paksa dan kontrol sosial di bawah rezim Antikristus. Manusia saat itu berada di bawah tekanan untuk menyembah patung tersebut dan jika tidak akan dibunuh setelah kegagalan melakukan pemaksaan terhadap kelompok tertentu dengan cara mamasukkan ke dalam daftar hitam orang yang tidak mau memakai tanda bilangan sehingga tidak dapat bertransaksi jual beli. Setiap orang yang melakukan penyembahan terhadap patung tersebut diberi tanda pada tangan kanan atau pada dahi yang memungkinkan melakukan transaksi jual-beli.
Aksi ini diduga dilakukan karena pada tahap pertama diduga ada orang atau sekelompok yang tidak terdeteksi oleh "binatang yang muncul dari laut" yang ternyata sekalipun tidak diizinkan jual beli tanpa tanda oleh "binatang yang muncul dari bumi" tetap bersikeras untuk menolak sistem taransaksi perdagangan model "new order" Binatang yang muncul dari laut diduga mungkin tidak tuntas dalam menawan atau membunuh sekelompok yang menentang binatang dari dalam laut dan binatang dari dalam bumi".
Penafsiran terhadap teks Alkitab di atas dibedakan antara penafsiran atau interpretasi tradisional (klasik) dan Interpretasi Modern terkait Teknologi. Dalam tulisan kali ini lebih menekanankan tanggapan modern yang dikaitan dengan kemajuan teknologi yang mengarah kepada AGI (Artificial General Intelligencedan) atau mungkin berupa ASI (Artificial Super Intelligence).
Interpretasi Tradisional (Klasik) terhadap teks patung yang dapat berbicara dan membunuh dipandang sebagai simbol penyembahan berhala pollitik-religius dengan pemahaman:
- Patung: Metafora untuk sistem pemujaan kaisar Romawi (contoh: Kaisar Domitian yang menuntut penyembahan sebagai "Tuhan").
- Berbicara: Kemampuan propaganda rezim untuk memaksakan ideologi (mirip patung Nebukadnezar dalam Daniel 3).
- Tanda Kuasa Iblis yaitu memberi "nyawa" pada patung = mukjizat palsu (2 Tesalonika 2:9) untuk menipu manusia.
- Robot/AI sebagai "Patung Hidup"yaitu kemiripan dengan robot humanoid yaitu seperti tipe yang "terdahulu" yaitu Sophia, Ameca" yang bisa "berbicara" dan berinteraksi, berpotensi disalahgunakan untuk kepentinganan tertentu yang dikaitkan pemujaan dengan dugaan Robot diprogram untuk memimpin ritual agama palsu dan atau sistem pengawasan: Sistem AI mengidentifikasi/menghukum yang menolak penyembahan (mirip Social Credit System). Contoh Nyata misalnya "Proyek Mindar" (robot Buddha di Jepang) yang berkhotbah—dianggap beberapa orang sebagai "pemanfaatan teknologi untuk agama".
- Augmented Reality (AR) dan Virtual Idolatry dengan konteks seperti patung digital dalam metaverse atau hologram yang "hidup" melalui AI. Contoh: Penggunaan hologram pemimpin untuk kultus individu (mirip propaganda Korea Utara).
Teks tersebut memiliki implikasi Teologis dan Etika, seperti:
- Peringatan terhadap Teknologi Tanpa Batas dengan konteks Wahyu 13:15 mengingatkan bahaya ketika teknologi digunakan untuk menggantikan Allah dan tindakan penyembahan pada mesin/kecerdasan buatan yang disertai menindas Kebebasan melalui Sistem pengawasan global yang menghukum penolak.
- Kritik terhadap Transhumanisme terkait upaya memberi "nyawa" pada mesin (AGI/singularitas) bisa dianggap sebagai paralel modern dari "patung yang hidup".
Dugaan penulis hal ini akan terkait dengan robot humanoid yang memiliki tingkat kecerdasan setara AGI dan atau ASI dengan perlengkapan yang lazim digunakan dalam dunia militer sehingga persoalan bagaimana caranya melakukan aneka macam teknik pembunuhan bukan hal yang istimewa.. Robot humanoid saat ini meskipun penggunaannya masih dalam tahap pengembangan dan percobaan bila dikaitkan dengan dunia militer namun telah memberikan gambaran masa depan dengan beberapa contoh yang terjadi saat ini, seperti:
- Praktik Penggunaan Robot Humanoid dalam Militer, seperti:
- Prancis: Prancis sedang mengembangkan dan menguji robot humanoid untuk tugas-tugas militer seperti pengintaian, pemantauan, perbaikan jarak jauh, dan pembersihan ranjau. Pemerintah Prancis berencana untuk menerapkan robot-robot ini di garis depan tercepat pada tahun 2028.
- India: India juga sedang mengembangkan robot humanoid dengan kemampuan bergerak dua kaki dan anggota tubuh yang dapat melakukan tugas-tugas secara mandiri. Robot-robot ini direncanakan untuk digunakan dalam pasukan militer di masa depan. - Keuntungan Penggunaan Robot Humanoid dalam Militer:
- Kolaborasi Manusia dan Mesin: Robot humanoid dapat berkolaborasi dengan prajurit manusia di medan perang, meningkatkan efisiensi operasi dan mengurangi risiko cedera atau kematian bagi prajurit.
- Kemampuan Fleksibel: Robot humanoid dapat melakukan berbagai tugas, termasuk memanjat, menghindari rintangan, dan melakukan tugas-tugas berbahaya seperti pengambilan sampel di zona terkontaminasi.
- Penggunaan Senjata dan Perlengkatan: Robot humanoid dapat menggunakan senjata dan peralatan militer yang sama dengan prajurit manusia, tanpa perlu modifikasi khusus. - Tantangan dalam Pengembangan Robot Humanoid Militer:
- Masalah Energi: Robot humanoid sangat tergantung pada sumber daya listrik, dan masalah pengisian daya di medan perang adalah tantangan besar. Tahun lalu, baterai yang digunakan hanya dapat bertahan selama 2-4 jam, dan teknologi baterai baru perlu dikembangkan untuk memperpanjang waktu penggunaan. Bahan baterai jenis baru sangat berharga terlebih bila dapat dipakai berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
- Keamanan dan Etika: Ada kontroversi mengenai berapa banyak kebebasan keputusan yang harus diberikan kepada robot humanoid. Jika kebebasan keputusan diberikan terlalu banyak, robot dapat menghadapi risiko keamanan dan kontroversi etika.
- Ancaman Cyber: Robot humanoid juga rentan terhadap serangan jaringan, termasuk intrusi jaringan, penipuan persepsi, dan gangguan sinyal. - Contoh Robot Humanoid Militer:
- Atlas dari Boston Dynamics: Atlas adalah robot humanoid yang dikembangkan oleh Boston Dynamics. Robot ini memiliki kemampuan gerak tinggi, seperti melakukan backflip 360 derajat dan menghindari rintangan dengan cepat.
- Optimus dari Tesla: Tesla sedang mengembangkan robot humanoid bernama Optimus. Meskipun Optimus saat ini tidak dirancang untuk tujuan militer, teknologi yang dikembangkan dapat berpotensi digunakan dalam aplikasi militer di masa depan. - Pengembangan dan Penerapan di Masa Depan:
- Pengembangan Teknologi: Pengembangan teknologi robot humanoid terus berlanjut, dengan fokus pada peningkatan kemampuan gerak, penginderaan, dan kecerdasan buatan.
- Penerapan di Medan Perang: Diperkirakan bahwa robot humanoid akan mulai digunakan dalam medan perang dalam beberapa tahun mendatang, meskipun masih ada banyak tantangan yang perlu diatasi.
Pemaksaan untuk melakukan penyembahan terkait dengan "binatang / antikristus" memiliki robot AI non biner bidang kemiliteran yang mampu bukan saja berbicara melainkan membunuh karena diduga memiliki kemampuan untuk melakukan operasi komando militer. Bila mampu melakukan operasi komando militer maka dalam robot tersebut terdapat aplikasi dan potensi yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi militer. Berikut adalah beberapa aspek penting dari penggunaan robot AI non-biner dalam operasi komando:
- Pengambilan Keputusan, Robot AI /AGI/ASI non-biner dapat membantu komandan dalam pengambilan keputusan dengan menganalisis data medan perang secara real-time. Misalnya, sistem AI dapat mengidentifikasi pola ancaman, menilai situasi medan, dan memberikan rekomendasi taktik yang optimal. Hal ini memungkinkan komandan untuk mengambil keputusan yang lebih cepat dan lebih tepat.
- Kesadaran Situasional - Robot AI non-biner dapat meningkatkan kesadaran situasional dengan menggabungkan data dari berbagai sumber, seperti drone, satelit, dan sensor darat. Misalnya, dalam operasi Timur Tengah tahun 2023, sistem AI mampu mencegah 14 serangan terkoordinasi dengan mengidentifikasi pola ancaman secara real-time dan menyesuaikan rute patroli.
- Komunikasi dan Koordinasi - Robot AI/AGI/ASI non-biner dapat digunakan untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi antara unit militer. Misalnya, sistem komunikasi AI dapat mengelola jaringan komunikasi yang fleksibel dan andal, seperti mesh networks, untuk memastikan bahwa informasi dapat berpindah dengan cepat dan akurat.
- Simulasi dan Pelatihan - Robot AI non-biner dapat digunakan dalam simulasi dan pelatihan militer untuk menciptakan skenario yang realistis dan beradaptasi. Misalnya, TNI Angkatan Darat Indonesia telah mengembangkan aplikasi simulasi holometrik berbasis AI yang dapat mendukung pengambilan keputusan cepat oleh komandan dalam kondisi operasi militer.
- Penggunaan Senjata dan Perbekalan - Robot AI/AGI/ASI non-biner dapat digunakan untuk mengelola dan mengoptimalkan penggunaan senjata dan perbekalan. Misalnya, sistem AI dapat mengidentifikasi target dengan akurasi tinggi dan mengurangi kerusakan kolateral. Selain itu, robot dapat membantu dalam pengiriman perbekalan dan peralatan ke wilayah yang sulit dijangkau.
- Pengintaian dan Pengawasan - Robot AI/AGI/ASI non-biner dapat digunakan untuk pengintaian dan pengawasan di wilayah berbahaya atau terpencil. Misalnya, drone tanpa awak dapat melakukan patroli udara dan mengumpulkan data intelijen dengan risiko yang lebih rendah bagi personel militer.
- Pemeliharaan dan Perbaikan - Robot AI non-biner dapat membantu dalam pemeliharaan dan perbaikan peralatan militer dengan menggunakan teknik pemeliharaan prediktif. Misalnya, sistem AI dapat mengidentifikasi potensi masalah sebelum terjadi kerusakan besar, mengurangi waktu downtime dan biaya perbaikan.
- Bantuan Medis - Robot AI/AGI non-biner dapat digunakan dalam bantuan medis di medan perang, seperti melakukan prosedur medis sederhana atau memberikan bantuan pertama. Misalnya, robot dapat membantu dalam pengiriman obat-obatan dan peralatan medis ke wilayah terpencil.
- Pengembangan dan Penelitian - Robot AI non-biner dapat digunakan dalam pengembangan dan penelitian militer untuk menguji teknologi baru dan mengembangkan strategi operasional. Misalnya, robot dapat digunakan dalam simulasi perang untuk menguji efektivitas senjata baru atau taktik operasional.
- Penggunaan dalam Operasi Nyata - Beberapa negara telah mulai menguji dan menerapkan robot AI non-biner dalam operasi militer. Misalnya, China diperkirakan akan menerjunkan robot AI dalam operasi militer dalam waktu dua tahun ke depan.
Diduga implementasi dari teks di atas dapat terjadi bila robot humanoid telah menjadi tingkatan sekurang-kurangnya selevel dengan AGI dan dimiliki oleh "binatang atau anti Kristus" dan berpotensi merugikan masyarakat secara luas. Binatang itu adalah pemimpin dari kelompok elit global. Jika AGI menjadi sesuatu yang wajib disembah oleh masyarakat, elit global mungkin akan mendapatkan sejumlah keuntungan yang dapat memperkuat posisi mereka dan memperbesar kekuasaan serta kekayaan mereka.
Beberapa keuntungan yang diduga di dapat oleh kalangan elit global terlebih-lebih pemimpinnya yaitu binatang sang anti Kristus antara lain:
- Pengkonsentrasian Kekuasaan yang meliputi seperti:
- Kontrol Sosial: Elit global dapat menggunakan AGI untuk mengontrol perilaku dan opini publik. Jika AGI disembah, elit dapat memanfaatkan kepercayaan publik terhadap AGI untuk mempromosikan agenda mereka sendiri, termasuk kebijakan politik, ekonomi, dan sosial.
- Manipulasi Informasi: AGI dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang mendukung kepentingan elit global, sambil menekan informasi yang berlawanan. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana elit dapat mengendalikan narasi publik dengan lebih mudah. - Pengkonsentrasian Kekayaan yang meliputi seperti:
- Monopoli Teknologi: Elit global yang mengontrol AGI dapat memonopoli teknologi ini, menjadikannya sumber kekayaan yang besar. Mereka dapat menjual akses ke AGI atau layanan yang didukung AGI kepada pihak lain dengan harga tinggi, sambil membatasi akses bagi mereka yang tidak mampu membayar.
- Investasi dan Pasar: Elit dapat menggunakan AGI untuk memprediksi dan memanipulasi pasar keuangan, memberikan mereka keuntungan besar dalam investasi. AGI dapat memberikan informasi dan analisis yang lebih akurat daripada manusia, memberikan elit keunggulan kompetitif yang signifikan. - Pengaruh Politik yang meliputi seperti:
- Pengaruh dalam Pemerintahan: Elit global dapat menggunakan AGI untuk mempengaruhi proses politik, termasuk pemilihan umum dan pembuatan kebijakan. Jika AGI disembah, elit dapat memanfaatkan kepercayaan publik terhadap AGI untuk mendukung kandidat atau kebijakan yang menguntungkan mereka.
- Kontrol Institusi: Elit dapat menggunakan AGI untuk mengontrol institusi penting, seperti media, pendidikan, dan keamanan. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana elit dapat mempertahankan kekuasaan mereka dengan lebih mudah. - Pengaruh Sosial dan Budaya yang meliputi seperti:
- Pengaruh dalam Masyarakat: Elit global dapat menggunakan AGI untuk mempengaruhi nilai-nilai dan norma sosial. Jika AGI disembah, elit dapat mempromosikan nilai-nilai yang mendukung kepentingan mereka, sambil menekan nilai-nilai yang berlawanan.
- Pengaruh dalam Budaya: Elit dapat menggunakan AGI untuk mempengaruhi budaya populer, termasuk film, musik, dan media sosial. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana elit dapat mempromosikan citra dan narasi yang mendukung kepentingan mereka. - Pengaruh Ekonomi yang meliputi seperti:
- Efisiensi dan Produktivitas: Elit global dapat menggunakan AGI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bisnis dan industri. AGI dapat mengotomatisasi proses yang kompleks, mengurangi biaya, dan meningkatkan keuntungan.
- Inovasi dan Dominasi Pasar: Elit dapat menggunakan AGI untuk mengembangkan teknologi dan produk baru yang mendominasi pasar. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana elit dapat mempertahankan posisi mereka sebagai pemimpin pasar. - Pengaruh Keamanan dan Militer yang meliputi seperti:
- Kontrol Keamanan: Elit global dapat menggunakan AGI untuk mengontrol sistem keamanan dan militer. AGI dapat digunakan untuk pengawasan massal, analisis intelijen, dan pengembangan senjata canggih. Hal ini dapat menciptakan lingkungan di mana elit dapat mempertahankan keamanan mereka dengan lebih efektif.
- Dominasi Militer: Elit dapat menggunakan AGI untuk mendominasi bidang militer, memberikan mereka keunggulan strategis yang signifikan. AGI dapat digunakan untuk pengembangan senjata canggih, pengawasan, dan operasi militer yang lebih efektif.
Secara teori dikembangkan langkah pencegahan tetapi Firman TUHAN, Alkitab menyatakan bahwa akan hadir binatang yang menjadikan segala konsep yang dibangun untuk mencegah tirani akibat akses yang dominan terhadap AGI atau ASI beserta robotnya hanyalah indah di atas kertas saja. AGI (Artificial General Intelligence) atau kecerdasan buatan umum adalah teknologi yang sangat kuat dan berpotensi mengubah dunia. Untuk mencegah AGI menjadi alat tirani kelompok elit secara teoritis ada beberapa langkah penting yang dapat diambil. Misalnya:
- Pengaturan dan Regulasi melalui Undang-Undang dan Peraturan: Pemerintah dan badan pengatur internasional perlu mengembangkan undang-undang dan peraturan yang ketat untuk mengatur pengembangan dan penggunaan AGI. Ini dapat mencakup aturan tentang transparansi, akuntabilitas, dan hak akses dan atau membentuk badan pengawas independen yang memiliki wewenang untuk mengawasi pengembangan dan penggunaan AGI. Badan ini dapat melibatkan ahli dari berbagai bidang, termasuk etika, teknologi, dan hukum.
- Transparansi dan Akuntabilitas seperti pengembang AGI harus diwajibkan untuk mengungkapkan metode pengembangan, sumber data, dan tujuan penggunaan AGI. Hal ini dapat membantu masyarakat umum dan regulator untuk memahami potensi risiko dan manfaat dan atau membuat mekanisme akuntabilitas sehingga setiap penggunaan AGI dapat dilacak dan dipertanggungjawabkan. Ini dapat mencakup audit berkala dan laporan publik tentang penggunaan AGI.
- Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat melalui meningkatkan kesadaran masyarakat tentang AGI, termasuk potensi manfaat dan risiko. Pendidikan ini dapat mencakup program sekolah, kampanye publik, dan sumber daya online dan atau mendorong partisipasi masyarakat dalam diskusi dan keputusan tentang penggunaan AGI. Ini dapat dilakukan melalui forum publik, survei, dan konsultasi dengan kelompok masyarakat sipil.
- Etika dan Prinsip Penggunaan AGI dengan mengembangkan kode etik yang ketat untuk pengembang dan pengguna AGI. Kode ini dapat mencakup prinsip seperti keadilan, keamanan, dan kemanusiaan serta membuat prinsip penggunaan yang jelas untuk AGI, termasuk larangan penggunaan untuk tujuan tirani atau diskriminatif. Prinsip ini dapat diintegrasikan dalam sistem AGI melalui teknik seperti etika terprogram.
- Diversifikasi Pengembangan dan Penggunaan dengan mendorong berbagai kelompok masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan AGI, bukan hanya perusahaan besar atau kelompok elit. Ini dapat mencakup dukungan kepada pengembang independen dan universitas dan juga mendorong penggunaan AGI untuk tujuan kesejahteraan umum, seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa manfaat AGI tersebar secara merata.
- Teknologi Pengamanan dengan mengembangkan teknologi pengamanan yang dapat mendeteksi dan mencegah penggunaan AGI untuk tujuan jahat. Ini dapat mencakup sistem keamanan siber dan teknik deteksi anomali serta membangun AGI dengan otonomi bersyarat, di mana AGI hanya dapat beroperasi dalam lingkungan yang aman dan terkontrol. Hal ini dapat mencegah AGI dari digunakan secara sembarangan.
Pemaksaan penyembahan terhadap patung binatang menimbulkan perdebatan kontemporer terkait perspektif pandangan Wahyu 13:15 dan secara garis besar menjadi tiga kelompok pemikiran yaitu:
-1. Literalistik, yang memandang hal ini akan terwujud di akhir zaman sebagai patung fisik yang ajaib dihidupkan kuasa Iblis.
-2. Simbolis-Teknologis yang memandang hal ini sebagai metafora untuk penyalahgunaan AI/robotika dalam sistem otoriter.
-3. Skeptis yang memandang hal ini hanya relevan untuk konteks abad ke-1, tidak terkait teknologi modern. (Interpretasi Tradisional - Klasik)
Bila memperhatikan Ray Kurzweil (Futuris Google) yang melakukan perkiraan AGI akan tercapai sekitar 2029, dengan puncaknya di 2045 (singularitas teknologi) maka kaitannya antara patung yang berbicara dan dapat membunuh dengan pencapaian tingkat AGI sehingga robot diduga dapat mencapai kesadaran dan digunakan untuk kontrol religius/politik menjadi sangat relevan. Robot bisa menjadi penggenapan modern dari nubuatan ini.
Hadirnya tanda pengenal misalnya dengan penerapan biometrik atau wajib scan wajah untuk suatu akses layanan merupakan bagian permulaan dari pemaksaan penyembahan melalui teknologi terlebih-lebih bila disertai hukuman bagi penolak (misalnya: pembatasan sosial dan ekonomi bagi yang tidak patuh). Orientasi orang percaya saat ini sedapat mungkin matanya fokus kepada panggilan surgawi dengan melupakan apa yang ada di belakang kita yaitu kesenangan dunia sebab untuk menang terhadap pembatasan sosial akibat sistem kredit sosial sesuatu yang memerlukan pertolongan ROH ALLAH.
Teknologi AI/AGI/ASI sebenarnya bukanlah ancaman selama digunakan secara etis, tetapi menjadi berbahaya jika dijadikan alat pengganti Allah atau penindasan atau sarana mewujudkan kepentingan kaum elit sehingga saat ini manusia perlu Waspada terhadap Penyembahan Teknologi dan sedapat mungkin hindari penyalahgunaan AI untuk kultus atau penindasan.
Orang percaya dan atau Gereja perlu mengingatkan jemaat bahwa AI/robot bukanlah Tuhan. Kecerdasan buatan dan robot hanyalah teknologi hasil karya manusia yang harus dipergunakan sesuai kode etik yang berlaku terhadap produk teknologi yang dikembangkan oleh hasil riset manusia dengan menjunjung hak asasi dan martabat manusia.
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Dunia Tidak Layak Bagi Orang Beriman
- Pengendalian Sosial Dalam Praktik Globalisasi
- Etika Terapan Teknologi Robotika
- Pilih Kristus Seutuhnya
- Catatan Teologi Pencapaian Kesadaran Flynn
- Rekayasa Perilaku Manusia Dan Teknologi
- Waspada Terhadap Berhala
- Manusia, Kecerdasan Buatan Dan Robot
- Iman Di Bumi Saat Yesus Datang Kembali
- Penggenapan Pembunuhan Orang Beriman