Teks Yesaya 66:1 menggambarkan keseimbangan sempurna antara imanensi (kehadiran dekat Allah) dan transendensi (keagungan Allah yang melampaui ciptaan). Imanensi (divine immanence) mengacu pada kehadiran, keterlibatan, dan kerja Allah di dalam ciptaan-Nya, tanpa meninggalkan sifat transenden-Nya. Pengertian imanensi Allah dalam iman Kristen yaitu:
- Allah hadir dan aktif dalam dunia (Mazmur 139:7-10 👉 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.)
- Ia berelasi dengan ciptaan, bukan sekadar "Penggerak Tak Tergerakkan" yang jauh (Kisah 17:28 👉 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.)
- Tidak identik dengan alam (panteisme), tetapi juga tidak terpisah sama sekali (deisme) dengan memperhatikan antara lain Kisah 17:28 dan Yesaya 66:1.
Imanensi dalam Kekristenan nyata dalam bentuk:
- Inkarnasi (Puncak Imanensi) yaitu Firman (Allah) menjadi manusia yang bernama Yesus Kristus (Yohanes 1:14) sehingga Tuhan mengalami keterbatasan manusia (lapar, sakit, mati) tanpa kehilangan keilahian-Nya.
- Roh Kudus yang Berkarya dengan tinggal di dalam umat percaya (1 Korintus 3:16) sehingga Allah hadir secara personal, bukan hanya sebagai kekuatan abstrak.
- Providensi (Pemeliharaan Ilahi) yaitu Allah terlibat dalam sejarah manusia (keluaran Israel dari Mesir, kelahiran Gereja) bahkan dalam penderitaan, Ia bekerja untuk kebaikan (Roma 8:28).
Transendensi Allah dalam iman Kristen merujuk pada sifat-Nya yang melampaui, tidak terikat, dan berada di atas segala ciptaan. Batasan Transendensi berarti Allah:
- Berbeda secara hakiki dari ciptaan (Yesaya 55:8-9 👉 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.)
- Tidak tergantung pada ruang, waktu, atau materi (Kisah 17:24-25 👉 Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.)
- Tak terselami sepenuhnya oleh pikiran manusia (Roma 11:33-34 👉 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?)
- Contoh Alkitab misal di "Tinggi-Mu seperti langit, ya Allah!" (Mazmur 57:11) dan "Langit adalah takhta-Ku, bumi adalah tumpuan kaki-Ku" (Yesaya 66:1).
Ciri-ciri Allah yang Transenden menurut Iman Kristen adalah:
- Kekekalan. Ada sebelum waktu, tak terikat masa lalu dan atau masa depan (Mazmur 90:2 👉 Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.)
- Kemandirian (Aseity). Tidak butuh ciptaan, tetapi ciptaan butuh Dia (Kisah 17:25 👉 dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang.)
- Ketidakberubahan. Tidak berubah dalam sifat, janji, atau tujuan (Maleakhi 3:6 👉 Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.; Yakobus 1:17 👉 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.)
- Kemahakuasaan. Berdaulat mutlak atas alam dan sejarah (Daniel 4:35 👉 Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: "Apa yang Kaubuat?")
Tuhan yang transendensi sesuatu yang melekat dalam pribadi-Nya sesuatu yang penting karena:
- Menjadi dasar praktik penyembahan sebab hanya Allah yang transenden layak disembah (Keluaran 20:2-5).
- Penghiburan dalam Kedaulatan-Nya karena masalah dunia tidak mengganggu rencana-Nya (Yesaya 46:9-10).
- Pengharapan Eskatologis terkait janji tentang langit baru dan bumi baru (Wahyu 21:1-5).
Allah yang transenden menghadapi tantangan dalam pemahaman modern, antara lain:
- Kalangan atheis bertanya "Jika Allah transenden, mengapa tidak terlihat?" maka jawabannya adalah Transendensi bukan berarti absen, tetapi melampaui pemahaman indrawi (1 Timotius 6:16).
- Kalangan Mistisisme Ekstrem bertanya: Menganggap manusia bisa "menyatu" dengan Allah maka jawabannya Allah tetap berbeda dari ciptaan, meski berelasi dengannya.
Praktik yang praktis dalam mengambarkan TUHAN sebagai sosok transenden terlihat dalam doa "Bapa Kami": "Dikuduskanlah nama-Mu" (Matius 6:9) → Pengakuan akan kekudusan-Nya yang transenden dan Penyembahan Surgawi: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan" (Wahyu 4:8) → Pujian atas keagungan-Nya. Transendensi dalam Kekristenan adalah pengakuan bahwa Allah adalah Sang Pencipta yang tak terbatas, sekaligus Pribadi yang memilih untuk berelasi dengan ciptaan-Nya. Paradoks agung iman Kristen: "Allah yang begitu tinggi hingga langit tak dapat memuat-Nya, juga begitu dekat hingga hadir dalam hati orang percaya."
Tuhan yang imanensi dan transendensi adalah bentuk keseimbangan transendensi dan imanensi sebab Kekristenan menolak dua ekstrem yaitu "Deisme (Allah hanya transenden, tidak peduli) dan Panteisme (Allah = alam, kehilangan transendensi)" sehingga Allah Kristen adalah "Transenden: Tak terbatas oleh ciptaan dan Imanen: Hadir dan aktif dalam ciptaan (Yeremia 23:23-24)."
Contoh terlihat dimana Allah menciptakan alam semesta (Kejadian 1:1) sebagai transendensi dan Allah menjadi manusia (Yohanes 1:14) sebagai imanensi
Yesaya 66:1 menggambarkan bahwa TUHAN itu transenden dan imanen dengan penjelasan:
- Makna Transendensi adalah:
- Langit sebagai takhta: Menegaskan kedaulatan mutlak Allah atas alam semesta (Mazmur 103:19 👉 TUHAN sudah menegakkan takhta-Nya di sorga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu.).
- Bumi sebagai tumpuan kaki: Menunjukkan kekuasaan-Nya atas ciptaan, tetapi sekaligus jarak ontologis antara Sang Pencipta dan ciptaan.
- Pertanyaan retoris: Manusia tidak bisa membangun "rumah" untuk membatasi Allah (Kisah 7:48-50 👉 Tetapi Yang Mahatinggi tidak diam di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia, seperti yang dikatakan oleh nabi: Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat semuanya ini?).
- Poin: Allah tidak terikat oleh tempat atau waktu (1 Raja-raja 8:27 👉 Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langitpun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.). - Makna Imanensi adalah:
- Allah yang Hadir di Bumi. "Tumpuan kaki" menyiratkan kehadiran-Nya di bumi, meski tidak terbatas olehnya. Hal itu dinyatakan misal: Allah berjalan di Taman Eden (Kejadian 3:8 👉 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.), menampakkan diri dalam kemuliaan (Keluaran 40:34 👉 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci,).
- Relasi Personal dengan Umat-Nya. Ayat ini ditujukan kepada Israel yang terlalu fokus pada Bait Allah, tetapi melupakan hati yang rendah (Yesaya 66:2 👉 Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku.) Allah hadir bukan hanya di bait suci, tetapi juga di hati orang yang remuk (Mazmur 51:19 👉 Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.)
- Inkarnasi sebagai Penggenapan. Yesus adalah "Bait Allah" yang hidup (Yohanes 2:19-21 👉 Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.), menggenapi bahwa Allah secara fisik hadir di bumi. Dalam Kristus, Allah yang bertakhta di langit juga menyentuh kotoran manusia (Filipi 2:6-8 👉 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.)
Tabel Keseimbangan Imanensi-Transendensi
Aspek | Transendensi (Yesaya 66:1) | Imanensi (Implikasi Yesaya 66:1) |
---|---|---|
Kuasa | Allah menguasai langit dan bumi | Allah peduli pada detail kehidupan |
Tempat | Tidak terbatas oleh bait suci | Hadir di hati orang rendah (Yes 66:2) |
Relasi | Tak terselami sepenuhnya | Mengundang manusia untuk mendekat |
Aplikasi dari Tuhan yang imanen dan transenden menyebabkan TUHAN tidak dapat "dikotak-kotakan" karena:
- TUHAN lebih besar dari agama ritual (Yesaya 1:11-17), tetapi juga lebih dekat dari napas kita (Kisah 17:28). Ritual ibadah yang sejati bukan tentang bangunan megah, tetapi hati yang hancur (Yesaya 66:2) dan ketaatan (1 Samuel 15:22 👉 Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.)
- Allah yang memegang langit juga memegang tangan kita (Yesaya 41:13 👉 Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.")
TUHAN yang imanensi dan transendensi adalah Tuhan yang memiliki keseimbangan antara transenden dan imanen. Hal ini dapat terlihat antara lain dalam:
- Mukjizat (Intervensi Supernatural)
- Contoh: Penyembuhan orang sakit (Markus 5:34) dan Kebangkitan orang mati (Yohanes 11:43-44) serta Pemberian manna di padang gurun (Keluaran 16).
- Keseimbangan: Imanensi yaitu Allah menyentuh dunia secara langsung dan Transendensi: Mukjizat melampaui hukum alam, membuktikan kuasa-Nya yang tak terbatas. - Firman Allah yang Hidup (Alkitab)
- Contoh: Alkitab adalah "Firman yang menjadi tulisan", diinspirasikan oleh Allah (2 Timotius 3:16) dan Firman yang berbicara secara pribadi (Ibrani 4:12).
- Keseimbangan: Imanensi yaitu Allah berbicara melalui bahasa manusia dan Transendensi: Pesan-Nya kekal dan universal. - Sakramen (Tanda Kasih Karunia)
- Contoh: Baptisan (Matius 28:19) sebagai tanda kelahiran baru dan Perjamuan Kudus (1 Korintus 11:24): Kristus hadir secara spiritual dalam roti dan anggur.
- Keseimbangan: Imanensi yaitu Allah memberi kasih karunia melalui elemen fisik (air, roti) dan Transendensi: Kuasa sakramen berasal dari Allah, bukan benda itu sendiri. - Doa yang Dijawab:
- Contoh: Elia dan api dari langit (1 Raja-raja 18:36-38) dan Doa pemazmur (Mazmur 34:5).
- Keseimbangan: Imanensi yaitu Allah mendengar dan merespons doa dan Transendensi: Ia menjawab menurut kehendak-Nya yang kekal (1 Yohanes 5:14). - Kehadiran dalam Penderitaan
- Contoh: "Aku menyertai kamu senantiasa" (Matius 28:20) dan Allah dalam dapur orang miskin (Cerita "Kaki Jejaring" karya Tolstoy).
- Keseimbangan: Imanensi yaitu Allah dekat dengan orang yang patah hati (Mazmur 34:19) dan Transendensi: Ia tetap suci dan berdaulat atas penderitaan. - Karya Allah dalam Kebudayaan:
- Contoh: Seni, sains, dan keadilan sosial yang diinspirasi oleh nilai Kristen dan Tokoh seperti Mozart, Newton, atau Bunda Teresa yang karyanya mencerminkan iman.
- Keseimbangan: Imanensi yaitu Allah bekerja melalui manusia dan Transendensi: Kemuliaan akhirnya adalah bagi Dia. - Kedatangan Kristus Kedua
- Contoh: Pengharapan akan langit dan bumi baru (Wahyu 21:1).
- Keseimbangan: Imanensi yaitu Allah akan tinggal selamanya dengan manusia dan Transendensi: Ia tetap adalah Alpha dan Omega (Wahyu 22:13).
Pengajaran Kristen mengajarkan bahwa TUHAN memegang keseimbangan antara imanensi dan transendensi maka kekeristenan menolak pandangan ekstrem dari konsep imanensi ekstrim (panteisme) dan transendensi ektrem (deisme). Panteisme berpedoman bahwa Allah sama dengan alam yang dikenal dalam konsep Hindu dan Stoikisme. Deisme berpedoman bahwa Allah itu jauh, tidak campur tangan seperti dalam konsep Filsafat Pencerahan. Keseimbangan dalam Kristen berkeyakinan bahwa Allah di atas dan di dalam ciptaan sebab DIA berdasarkan Mazmur 113:5-6 👉 Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? TUHAN adalah "Yang Dekat dan Yang Jauh" sekaligus. Dekat: Ia menyentuh luka kita, mendengar doa, dan hadir dalam roti dan anggur dan juga Jauh: Ia tetap adalah Sang Pencipta yang tak terselami sepenuhnya (Yesaya 55:9 👉 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu) dan atau "Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku." sebab Ia yang menjahit bintang-bintang juga menghitung rambut di kepala kita.
Tuhan sekalipun seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu tetapi juga dalam Yeremia 23:23 👉 "Sebab Aku ini Allah dekat, bukan Allah yang jauh." Pengajaran Kristen hal keseimbangan antara transendens dan imanen memiliki perbedaan dengan sejumlah konsep kepercayaan lainnya, seperti:
- Islam: Allah transenden mutlak (tanzih), jarang menekankan imanensi.
- Yunani Kuno: Dewa-dewi campur tangan untuk kepentingan pribadi, bukan relasi kasih.
- Pantheisme: Allah identik dengan alam (imanensi tanpa transendensi).
Pengajaran dalam Alkitab memiliki implikasi praktis dampak dari keseimbangan imanensi dan transendensi, seperti:
- Doa: Allah mendengar dan merespons (Matius 7:7-11).
- Penyembahan: Allah hadir saat umat berkumpul (Matius 18:20).
- Penghiburan: Allah memahami penderitaan kita (Ibrani 4:15).
Tuhan yang imanen dan transenden acapkali mendapat tantangan secara teologis yaitu "Jika Allah hadir, mengapa penderitaan ada?" Untuk menjawab pertanyaan tersebut karena Allah mengizinkan kejahatan sementara untuk tujuan yang lebih besar (Kejadian 50:20 👉 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.)
Imanensi dalam Kristen adalah paradoks agung karena:
- Allah yang Mahatinggi juga Allah yang merendahkan diri.
- Ia memenuhi alam semesta, tetapi menjadi bayi di palungan.
- "Ia yang adalah Gambar Allah yang tak kelihatan... oleh Dialah segala sesuatu diciptakan." (Kolose 1:15-16).
- Allah yang tak terbatas memilih terbatas; Yang Kekal masuk ke dalam waktu.
- Embun pagi basahi bumi, Hangat mentari sinari hari. Tuhan dekat di dalam hati, Menuntun langkah penuh rahmat abadi.
- Gunung tinggi menjulang teguh, Sungai mengalir tenang merdu. Transenden agung, imanen nyata, Kau Raja semesta, juga Bapa yang peduli.
- Bunga mekar harum semerbak, Burung berkicau riang gembira. Kami sujud memuji nama-Mu, Yang jauh di takhta, dekat dalam kasih-Mu.
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Nama Tuhan Allah Dalam ibrani
- Sembah Allah Dia Mahahadir
- Tabernakel Berdasarkan Kitab Ibrani Dan Perjanjian Lama
- Dibawah Tiang Awan Dan Tiang Api
- Allah Itu Mahakuasa
- Tuhan Itu Tidak Terpahami
- Filsafat Teodisi Terhadap TUHAN
- Rahasia Yesus Sebagai Alfa Dan Omega
- YHWH Berinkarnasi Menjadi Yesus
- Beradaptasi Dalam Keadaan Bencana