Teks di atas menyatakan bahwa TUHAN adalah guru yang mengajar, Ayub diajar dalam pengajaran TUHAN melalui pengalaman hidup yang dialaminya yang diizinkan TUHAN terjadi dalam kehidupan Ayub. Allah mengizinkan Ayub dicobai Iblis dalam batas-batas yang ditentukan oleh Allah. Dalam pembatasan yang diberikan oleh Allah, Allah mengajar Ayub tentang hal-hal yang belum pernah timbul dalam hati dan pemikirannya, sehingga hasil akhir dari pengalaman yang dizinkan TUHAN yang dijadikan sarana mengajar terhadap Ayub, Ayub pun bersyukur setelah melewati proses pendidikan Tuhan. ( Ayub 23:10~> Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.)
Alkitab banyak mengisahkan bahwa TUHAN ALLAH adalah guru yang mengajar manusia, antara lain :
- Mazmur 32:8 ~> Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.
- Yesaya 48:17 ~> Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.
- Titus 2:12 ~> Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini
- Ibrani 12:10,11 ~> Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.(11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
Allah yang menciptakan manusia, telah bersedia menjadi guru yang tepat dan benar bagi manusia agar manusia kembali dalam penciptaan semula, yaitu segambar dan serupa dengan Allah sekalipun manusia diciptakan bukan seperti robot yang telah diprogram, dan atau seperti hewan yang dikendalikan oleh insting/naluri yang dominan, melainkan dengan hak kebebasan untuk memilih karena manusia diciptakan serupa dengan Allah yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak bebas. Dalam kebebasan yang diberikan kepada manusia, manusia diperhadapkan kepada pilhan apakah bersedia diajar dan dididik oleh TUHAN ataukah mau belajar dengan caranya sendiri tanpa melibatkan Tuhan.
Manusia sejak Adam dan Hawa diciptakan, maka TUHAN telah bertindak sebagai guru yang mengajarkan segala sesuatu yang benar dan menjawab kebutuhan manusia. Pengajaran Tuhan itu berkelanjutan sampai kekal. Pelajaran yang diberikan kepada manusia saat ini telah dikanonkan sehingga manusia lebih mudah memahami segala sesuatu yang diperlukan dalam hidup ini. ( 2 Timotius 3:16-17 ~> Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (17) Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.)
Alkitab mencatat bahwa TUHAN adalah pengajar yang sempurna yang dapat mengatasi batas-batas pengajaran yang dilakukan oleh para guru, diantaranya :
- Memisahkan hati dengan akal. Hasilnya : akal yang tidak tahu cara merasa, dan perasaan yang tidak tahu cara berpikir. Tuhan mampu mengajar baik hati maupun akal { Ibrani 8:10 ~> Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman Tuhan. "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.}
- Memisahkan fakta dengan perasaan. Hasilnya : fakta-fakta mati yang membuat dunia makin menjauh, dan perasaan acuh yang mengurangi makna sebenarnya dari apa yang dirasakan orang sekarang ini. Tuhan sanggup bukan saja berada dalam dunia fakta namun juga perasaan para murid-Nya.{ Ibrani 4:15 ~> Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.}
- Memisahkan tiori dengan praktek. Hasilnya : Tiori yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan, dan praktik yang tidak didasari dengan pemahaman. Tuhan bukan saja berkata-kata tetapi melakukan. { Ibrani 10:7 ~> Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."} dan ini adalah keteladan bagi umat Israel ( Keluaran 24:7 Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan.)
- Memisahkan pengajaran dengan pembelajaran. Hasil: guru yang terus berbicara tetapi tidak mendengarkan, dan murid yang terus mendengarkan tetapi tidak berbicara. { Yehezkiel 3:17 ~> Tetapi kalau Aku berbicara dengan engkau, Aku akan membuka mulutmu dan engkau akan mengatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. Orang yang mau mendengar, biarlah ia mendengar; dan orang yang mau membiarkan, baiklah membiarkan, sebab mereka adalah kaum pemberontak.} Yang tidak mau mendengar saat Tuhan berbicara dimasukkan / dianggap kaum pemberontak.
- Memisahkan persoalan di tempat pendidikan dengan di luar tempat pendidikan. { Mazmur 37:5 ~> Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak }
- Memisahkan empiris dengan imajiner, memisahkan yang kelihatan dengan yang tidak terlihat. { 1 Samuel 16:7 ~> Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.} Tuhan memperhatikan bukan saja yang terlihat tetapi yang tidak terlihat dan yang tak terlihat menjadi pertimbangan Tuhan yang utama.
Tuhan itu Pengajar, maka DIA yang mengajar, ingin mengajar manusia dengan memuaskan manusia yang diajar-Nya, sehingga Firman itu menjadi manusia dan dinamakan Yesus Kristus Tuhan, maka Dia dalam kemanusiaan-Nya pun mengajar manusia, para murid-Nya secara khusus sebab Dia adalah TUHAN Sang Pengajar. ( Yohanes 13:13 ~> Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan)
Dia, Tuhan mengajar segenap manusia, agar manusia mendapatkan segala sesuatu yang berharga, seperti Ayub akan timbul seperti emas. Melalui proses pendidikan dari TUHAN Sang Pengajar maka kita dapat mengenal TUHAN Yang Sempurna, Yang Benar, Yang Kudus, dengan lebih baik secara pribadi sampai masuk dalam kekalan bersama-Nya di dalam kerajaan di sorga. ( Ayub 42:5 ~> Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau}