Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Kamis, 01 Agustus 2019

Antara Hedonis Dan Bersenang-senang Menurut Alkitab


Ayub 27:10 Dapatkah ia bersenang-senang karena Yang Mahakuasa dan berseru kepada Allah setiap waktu?

Bersenang-senang acapkali dikaitkan dengan sikap hedonis. Kata hedonis berasal dari bahasa Yunani ἡδονή / hēdonē, artinya "kesenangan dan atau kepuasan". Bersenang senang adalah jawaban dari Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) terhadap pertanyaan dari Sokrates yaitu "Apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?". Jawaban Aristippos melahirkan paham "Hedonisme yaitu paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.

Jauh sebelum Aristippos menjadikan bersenang-senang sebagai tujuan hidup manusia.... Raja Salomo dalam Pengkhotbah 5:17 menyatakan kebahagiaan manusia adalah bersenang senang dalam topik perikop kesia-siaan kekayaan ( Pengkhotbah 5:17 Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.) Lagi pula orang yang dikaruniakan Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa menikmatinya adalah menerima kebahagiaan dan sukacita dalam jerih payahnya itu adalah karunia Allah dan Allah membiarkan sibuk dengan kesenangan hatinya. Menikmati kesenangan pun Salomo menyatakan segala sesuatu sia-sia.

Sekalipun ada persamaan antara Aristippos dengan Salomo bahwa hidup itu sebaiknya diisi dengan hal yang menyenangkan sehingga bersukacita dan sudah diperbaharui oleh:
  • Pandangan hedonisme Epikurean yang lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja—seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan
  • Pandangan hedonisme utilitarian yaitu memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan
Pengkhotbah Salomo mengigatkan adanya hari hari yang malang dan Allah akan membawa segala hal perbuatan kita ke pengadilan! (Pengkhotbah 11:9; 12:1) dimana Tuhan Allah sendiri sebagai Hakim. Beda dengan paham Hedonisme, Salomo tidak membatasi dengan hidup didunia saja tetapi juga tentang kesenangan yang bersifat kekal di surga kelak setelah menjalani pengadilan Tuhan.

Perbedaan yang sangat jelas terdapat dalam perumpamaan Yesus tentang orang kaya yang bodoh. Orang kaya itu setelah merombak/ memperbesar kapasitas gudangnya ia berkata "Aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!" Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (Lukas 12:19-20) Orang kaya yang bodoh hanya berpikir bagaimanaa bersenang-senang di bumi saja lupa bagaimana setelah meninggal kelak.

Hedonisme mengajarkan menjadikan diri sendiri sebagai pusat pemuasan kesenangan yang cenderung keinginan daging sehingga menjadi individualis, egois, konsumtif (konsumerisme), boros dan kurang bertanggung jawab serta menghalalkan segala cara. Akibat paham hedonisme maka orang kaya yang bodoh sekalipun dikatakan hidup makmur dan dapat bersenang-senang alami  penderitaan / kesakitan yang tidak berperi saat diadili dan mendapatkan penghukuman Ilahi setelah kematiannya bahkan dapat terjadi saat masih hidup seperti pada orang Etiopia diwaktu itu.

Yehezkiel 30:9 Pada hari itu utusan-utusan-Ku akan berangkat dengan cepat-cepat untuk mengejutkan Etiopia yang bersenang-senang dan mereka akan gentar pada hari penghukuman Mesir; sebab, sungguh, hari itu akan datang!

Sekalipun hedonisme adalah tidak baik, tetapi lewat pendekatan psikologi menyatakan ada sisi baik paham hedonisme, yaitu:
  • Punya motivasi kuat dalam mencapai keinginan
  • Suka bekerja keras dan pantang menyerah
  • Memanfaatkan setiap kesempatan dengan sebaik mungkin
Jika sisi positif seperti itu maka setan juga memiliki hal tersebut tetapi motivasi dan perbuatannya berlawanan dengan rencana penciptaan Tuhan serta membuahkan kejahatan dan dosa.

Ayub seorang yang kaya, makmur memiliki kemampuan menikmati hidup bersenang-senang seperti paham hedonisme bahkan ke level histrionik. Alkitab mencatat dalam Ayub 1:4 bahwa Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. Bukankah pesta adalah perbuatan yang sejajar dengan sifat yang hedonis, materialis, narsis, anti otoritas dan juga pamer kekayaan? Tetapi dalam Ayub 1:5 dikatakan bahwa Ayub menguduskan mereka melalui keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.

Ayub yang menikmati hidup dengan kekayaan melimpah tiba tiba semuanya habis. Kekayaan dan anak-anaknya lenyap dan ia menderita bisul bisul di seluruh tubuhnya. Elifas memberi nasihat agar tidak hidup secara orang fasik dengan berkata dalam Ayub 22:26 maka sungguh-sungguh engkau akan bersenang-senang karena Yang Mahakuasa, dan akan menengadah kepada Allah. Elifas menolak bahwa ada kemalangan yang dapat menimpa manusia sekalipun hidup jujur, benar, saleh dan takut akan Tuhan. Paham Elifas banyak dipercaya sampai saat ini berbeda dengan Raja Salomo bahwa segala sesuatu ada waktunya ( Pkh 3:1-8) bahkan Yesus Mesias sekalipun harus menderita disalibkan untuk menebus dosa manusia sesuai Kitab Suci.

Teks di atas adalah analisis Ayub setelah tuduhan bahwa dirinya orang fasik mereda. Analisa tentang orang yang tidak beriman, hidup tanpa Allah di dunia adalah  Ayub menyadari orang fasik bisa makmur selama suatu masa.... bahkan Yesus menyatakan sampai akhir hidupnya ( Orang kaya yang bodoh) sekalipun itu bukan hal biasa. Orang fasik menurut Ayub sekalipun hidup senang akan alami:
  • Mereka akan menderita kemusnahan kekal (ay. 8)
  • Mereka tidak memiliki tempat berlindung yang ilahi di tengah-tengah kesusahan yang ada (ay. 9, 10; bdg. 22b)
  • Kemakmuran sebuah keluarga yang tidak beriman (ay. 14-18) tidak diturunkan dari angkatan ke angkatan berikutnya
Pada bagian lain, dijelaskan bersenang senang yang Tuhan kehendaki adalah bersenang senang karena Tuhan.

Yesaya 58:14 maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.

Bersenang-senang karena Tuhan dalam Yesaya bukan hanya diakibatkan oleh berkat kekayaan / kemakmuran melainkan karena kekayaan rohani yaitu misal:
Bersenang senang adalah berkat Tuhan yang istimewa. Ayub bersenang-senang karena berkat anugerah Tuhan akhirnya mendapatkan kembali apa yang hilang... bahkan dalam penderitaan pun Tuhan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.

Bersenang-senang karena Tuhan menjadikan kesenangan / kepuasan dapat bertahan lama sekalipun harus menghadapi ujian hidup seperti yang dialami Ayub. Tanpa Tuhan kesenangan secara tiba tiba dapat hilang karena hati kehilangan kebahagiaan.


Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)