Yehezkiel diangkut ke Babilonia pada gelombang ke-2 dimana Raja Nebukadnezar membawa tawanan orang Yahudi dalam tiga tahapan / gelombang, yaitu:
- Tahun 605 SM, pemuda pemudi Yahudi pilihan dibawa ke Babel, diantaranya Daniel, Hananya atau Sadrakh, Misael atau Mesakh, Azarya atau Abednego,
- Tahun 597 SM, 10.000 tawanan dibawa ke Babel, diantaranya Yehezkiel, Yoyakhin
- Tahun 586 SM, pasukan Nebukadnesar membinasakan kota Yerusalem dan Bait Suci, maka orang yang tidak terbunuh dan masih kuat dibawa ke Babel.
Wahyu pemanggilan sebagai nabi diikuti dengan mengumumkan kehancuran kota Yerusalem yang sudah dekat lewat banyak ancaman hukuman dan perbuatan-perbuatan simbolis. Apabila kota Yerusalem benar-benar dihancurkan oleh Nebukadnezar pada tahun 586, barulah para buangan lebih menaruh perhatian lebih pada pekerjaan nabi Yehezkiel.
Dalam pembuangan tersebut, ia tinggal di Tel Abib di tepi sungai Kebar. Pada saat itu Daniel sudah terkenal memiliki hikmat nubuat. (Yehezkiel 14:14,20; Yehezkiel 28:3). Berbeda dengan Daniel, Yehezkiel hidup sebagai warga biasa. Yehezkiel menikah / berkeluarga namun istrinya meninggal secara mendadak pada waktu raja Nebukadnezar mengepung Yerusalem (Yehezkiel 24:18), sebab Allah telah menyatakan sebelumnya sebagai tanda bagi Israel.
Oleh karena penglihatan, tingkah laku dan tindak kenabiannya, Yehezkiel kerap disebut ekstatik, pengkhayal, ataupun dianggap orang yang mengalami gangguan jiwa. Ia melakukan beberapa tindak kenabian yang aneh, bahkan dalam bukunya Theologische Studien and Kritiken (1877), H Klostermann berdasarkan bagian-bagian seperti 3:23-4:8 menunjukkan bahwa Yehezkiel sakit saraf, penyakit yg disebut katalepsi. Pendapat ini walaupun pernah populer, sekarang tidak diterima lagi.
Tindakan aneh Yehezkiel misal:
- memakan gulungan kitab (3:1-3) dan datang ke tepi sungai Kebar duduk tertegun selama tujuh hari (3:15) sebagai awal tugas panggilannya.
- Makan dengan gemetar dan minum dengan mengigil dan dengan hati yang cemas ( Yehezkiel 12:18-20) yang melambangkan rakyat akan banyak mati kelaparan dikemudian hari. (Yehezkiel 3:16-17)
- Tidak meratapi kematian istrinya terang terangan. Dia menyatakan kematian istrinya tanda kematian Yerusalem yaitu kehancuran Bait Suci. (Yehezkiel 24:15-24)
Dalam pekerjaannya sebagai imam (Yeh 1:3) dan nabi (Yeh 11:4). Sebagai imam Pengetahuannya mengenai Bait Suci Yerusalem dan tata ibadahnya sangat rinci, namun tidak ada bukti bahwa ia pernah bertugas di sana. Sebagai nabi, ia bernubuat yang bertujuan:
- Menyampaikan berita penghukuman atas Yehuda dan Yerusalem yang murtad (Yehezkiel 1-24) dan tujuh bangsa asing disekitar mereka (Yeh 25-32)
- Menopang iman umat tersisa dalam pembuangan hal pemulihan umat perjanjianNya dan kemuliaan akhir dari kerajaan-Nya (Yeh 33-48). Dia menekankan tanggung jawab pribadi dihadapan Tuhan Allah dan bukan memikirkan hukuman pembuangan akibat dosa dosa leluhur saja (Yehezkiel 18:1-32; 33:10-20)
- Melawan Israel (dalam Yeh 4:1-7:27; 11:1-12:28; 14:1-24:27; 33:1-33);
- Melawan nabi-nabi palsu (dalam Yeh 13:1-23; 34:1-31);
- Melawan bangsa-bangsa (dalam Yeh 25:1-32:32; 35:1-15; 38:1-39:29);
- Tentang pembaharuan Israel (dalam Yeh 11:14-20; 34:1-31; 36:1-38; 39:25-29
- Takhta TUHAN (dalam Yeh 1:1-22);
- Kekejian di dalam Bait TUHAN (dalam Yeh 8:1-18);
- Kemuliaan TUHAN meninggalkan Bait Suci (dalam Yeh 10:1-22);
- Lembah penuh dengan tulang-tulang (dalam Yeh 37:1-28);
A. Pemikiran nabi Yehezkiel:
- Penglihatan akan Allah
- Penyembahan Berhala
- Tanggung Jawab Pribadi
- Hari Sabat
- Eskatologi
- Serangkaian Tindak Kenabian (Yehezkiel 4:1-5:4)
- Nabi sebagai Orang Buangan (Yehezkiel 12:1-28)
- Pedang Pembasmi (Yehezkiel 21:11-12)
- Kuali Berkarat dan Kematian Istri Nabi (Yehezkiel 24:1-27, 3:26; 33:21)
- Nabi dan Persatuan Bangsa (Yehezkiel 37:15-28)
Yehezkiel sebagai warga biasa di pembuangan Babel menjalankan kehidupan aneh karena penglihatan misterius, perumpamaan yang berani dan perbuatan simbolik yang aneh sebagai sarana penyataan nubuat Allah namun sesuai dengan rencana Tuhan sehingga hidup yang berdampak pada zaman / generasinya bahkan menghasilkan Kitab Yehezkiel yang menjadi berkat hingga saat ini dengan hidup yang melekat kepada Tuhan senantiasa sampai akhir hidupnya dengan bertanggung jawab, dan Allah memanggil Yehezkiel secara khusus dengan sebutan "anak manusia" dan "penjaga".