Menurut pandangan sastra rabinik, Samuel adalah hakim terakhir dan nabi pertama yang mulai bernubuat di Negeri Israel. Ia hidup di antara dua zaman, yaitu zaman hakim-hakim dan zaman kerajaan, seperti yang dapat dilihat bahwa riwayat dalam Kitab 1 dan 2 Samuel langsung mengikuti Kitab Hakim-hakim. Ia mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Raja Saul dan Raja Daud. Samuel melayani menjelang keruntuhan amfiktioni dan berhasil memelihara kesatuan suku-suku Israel.
Terjemahan harafiah dari Samuel ialah Allah mendengar ('Shama', mendengar; 'El', Allah), sesuai dengan Samuel 1:20; di situ dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya. Ayahnya adalah Elkana. Elkana bertempat tinggal di Rama (1 Sam 1:19;. 2:11;. Comp 28:3), di daerah Zuph. Silsilahnya juga ditemukan dalam silsilah dari Kehat (1 Taw. 6:3-15) dan dalam Heman, cicitnya (ib. vi. 18-22). Menurut tabel silsilah, Elkana adalah, seorang Lewi. Hana istri Elkana, seorang wanita mandul sehingga sulit punya anak, seperti Abraham istri Sarah. Hana berdoa kepada Tuhan untuk seorang anak. Eli yang duduk di kaki tiang pintu dalam tempat kudus di Silo, melihat rupanya menggumam dan berpikir Hana mabuk, tapi akan segera mengetahui dan yakin keadaan Hana sebenarnya timbulah semangat dan ketenangan. Eli, sesuai dengan Kitab Samuel, nama seorang imam Silo, dan salah satu Hakim Israel terakhir sebelum aturan raja-raja di Israel kuno. Dia memberkati setelah dia menjanjikan anak kepada Allah. Selanjutnya Hana hamil, anaknya adalah Samuel. Setelah ia disapih, ia meninggalkan dia dalam perawatan Eli dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai seorang "nazir" untuk seumur hidupnya. Di sini segala kebutuhan fisiknya serta pendidikannya diperhatikan oleh kaum perempuan yang melayani di Kemah Suci, sementara Eli mengawasi pendidikan keagamaannya. Demikianlah, barangkali sekitar dua belas tahun dari hidupnya. "Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia." Pada masa itu pula terjadi kemerosotan moral yang hebat di Israel.
Dalam kemerosotan moral, kewibawaan Samuel mencuat yang ditandai peristiwa luar biasa, saat berusia sekitar 13 tahun, Samuel mendengar suara memanggil namanya. Persoalan usia menurut Yosefus, Samuel adalah sekitar 12 tahun. Ia awalnya berpikir suara itu berasal dari Imam Eli dan pergi ke Imam Eli untuk bertanya apa yang ia ingin katakan.... Eli, bagaimanapun, menyuruh Samuel kembali tidur. Setelah ini terjadi tiga kali Eli menyadari bahwa suara itu adalah milik Allah, dan menginstruksikan Samuel tentang bagaimana menanggapi. Setelah Samuel menanggapi Tuhan mengatakan kepadanya bahwa kejahatan anak-anak Eli telah mengakibatkan keturunan mereka yang dihukum alami kehancuran. Eli meminta Samuel untuk jujur menceritakan kepadanya apa yang telah diberitahu, dan setelah menerima komunikasi hanya mengatakan bahwa Tuhan harus melakukan apa yang tampaknya tepat untuk diriNya sendiri.
Wahyu Ilahi yang diterima Samuel muda (anak-anak atau remaja) diketahui orang banyak dan Samuel telah dipercaya untuk memegang jabatan nabi ( 1 Samuel 3:20) Kemudian hari Israel alami kekalahan tragis saat berperang dengan Filitin dimana bangsa Israel tergelincir oleh pola pikir bangsa sekitar-Nya dengan membawa tabut perjanjian sebagai jimat dalam berperang seharusnya bukan membawa tabut perjanjian tanda kehadiran YHWH melainkan bertanya dahulu kepada TUHAN . Dengan meninggalnya anak-anak Eli maka secara tidak langsung dinyatakan bahwa Samuel mengambil alih kekuasaan dari Eli yang kemudian meninggal. (1 Samuel 7:16)
Kekalahan Israel bukan karena disebabkan oleh karena Allah tidak berdaya terhadap para ilah Filistin melainkan karena Dia mengukum bangsa Israel yang alami kemerosotan spiritual. Tabut perjanjian dikembalikan kepada Israel setelah TUHAN ALLAH menghukum bangsa Filitine tidak dengan benar menghormati-Nya dan menjaga kekudusan-Nya yang dinyatakan lewat Tabut Perjanjian.
Selama 20 tahun setelah pertempuran fatal di Afek, seluruh negeri berada di bawah penindasan bangsa Filistin. Selama tahun-tahun ini Samuel menjadi kekuatan spiritual di negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama, tempat kelahiran dan tempat tinggalnya, pengaruhnya meluas ke seluruh negeri. Dengan semangat yang tak kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk menegur, mengecam rakyat, berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan mengajak mereka bertobat.
Usahanya berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal kepada Tuhan. Samuel mengumpulkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit tertinggi di Israel. Di sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan Samuel, memeprsiapkan diri untuk perang besar melwan bangsa Filistin yang kini datang dengan kekuatan penuh ke Mizpa untuk menghancurkan bangsa Israel untuk selama-lamanya. Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu. Samuel, pemimpin mereka, juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan. Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan dan banyak dari mereka yang tewas. Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan periode damai yang panjang di Israel. Selama itu Samuel melakukan tugas sebagai Hakim, berjalan keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, ke Gilgal kemudian pulang melalui Mizpa kembali ke Rama.
Belajar dari sejarah Hakim-Hakim, bahwa setelah panutan meninggal pengaruhnya berantakan maka Samuel memberikan perhatian terhadap pendidikan dan pemerintahan yang teratur. dengan tujuan pulihnya kehidupan susila sesuai standar dan ketaatan kepada Hukum Taurat. Samuel membangun lembaga lembaga perguruan mengangkat mental bangsa dan membina ibadah kepada Tuhan dan memberikan pengajaran mengenai Allah. Sebagai pemimpin agama, Samuel memanggil rakyat untuk mengadakan pertobatan nasional dan ingat akan perjanjian-Nya (1 Sam 7:3) dan sebagai kepala urusan-urusan sekuler, ia berkeliling mengadili Israel ( 1 Sam 7:16)
Ketika Samuel sudah tua dan mendekati akhir masa tugasnya, para penatua Israel datang kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4, 5, 19-22). Samuel mengangkat putra-putranya menjadi hakim di Bersyeba, tetapi mereka ternyata tidak jujur dan korupsi. Para penatua Israel, mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan Samuel serta ancaman dari bani Amon, menuntut agar seorang raja dipilih untuk memerintah bangsa Israel. Hal ini mengesalkan hati Samuel. Ia berdebat dengan mereka dan memberi peringatan konsekuensi adanya raja (lihat 1 Samuel pasal 8). Akhirnya, setelah diberi petunjuk oleh Allah, Samuel menerima tuntutan mereka dan mengurapi Saul menjadi raja Israel.. Sebelum meminta diri dari bangsa itu untuk pensiun, Samuel mengumpulkan bangsa itu di Gilgal dan dengan khidmad menjabarkan kembali hubungannya dengan bangsa itu sebagai hakim dan nabi (1 Samuel pasal 12).
Menurut Dr. Kitto, "Permintaan sosok raja bukanlah seruan yang timbul dari orang-orang bodoh, melainkan dari kemauan dan permufakatan tua-tua Israel, yaitu orang-orang yang telah lanjut usia dan tinggi kedudukannya serta besar pengaruhnya di antara orang Israel. Keputusan ini hasil perundingan dan permusyawarahan. Permintaan ini bukanlah timbul dari hasil doa sehingga keputusan ini bukan langkah maju beserta ALLAH melainkan langkah mundur tanpa Allah. Hal ini menunjukkan betapa seringnya ketidakpercayaan diselimuti dengan "hikmat" dan "musyawarah"
Tuhan memberitahukan Samuel untuk menerima usul dari tua-tua Israel karena Tuhan yang memberikan kebebasan kepada manusia termasuk umat-Nya ~ Israel termasuk menolak Tuhan (1 Sam 8:6) Samuel pun memberi nasihat dan peringatan atas keputusan yang telah diambil.
J Sidlow Baxter memandang dari tuntutan tua-tua Israel ada 3 hal yang menjadi perhatian, yaitu :
- Alasan lahiriah adalah kemerosotan perilaku anak-anak Samuel.
- Motif tidak kelihatan yaitu supaya mereka menjadi sama seperti bangsa-bangsa lain.
- Israel menolak teokrasi
Dalam zaman modern maka tuntutan menolak teokrasi selaras dengan "hak menentukan nasib sendiri". Tuhan sebagai Raja dan Panglima Israel yang menjadikan Israel damai zaman Samuel dengan mengalahkan Filistine karena penyertaan Tuhan, memandang dirinya bersama rajanya mampu lakukan yang sama dan atau jauh lebih baik. Rakyat Israel dibawa untuk bersandar kepada manusia dan sistem bukan meletakkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Samuel kemudian mengurapi Saul jadi raja dan kemudian Daud. Sisa hidupnya dihabiskan di kota Rama dan hanya dalam peristiwa khusus muncul kembali di depan umum (1 Samuel 13, 15) membawa firman Allah untuk Saul. Ketika bersedih atas berbagai kejahatan yang jatuh ke bangsa itu, tiba-tiba ia disuruh Allah pergi ke Betlehem untuk mengurapi Daud bin Isai menjadi raja Israel kedua, yang kelak menggantikan raja Saul (1 Samuel 16). Samuel mati di kota tinggalnya, Rama. Menurut tradisi Yahudi, tanggal kematiannya adalah 28 Iyar, kemungkinan pada usia sekitar 80 tahun. Seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama, bukan di dalam rumah itu sendiri, melainkan di halaman rumahnya (bandingkan 2 Raja-raja 21:18; 2 Tawarikh 33:20; 1 Raja-raja 2:34; Yohanes 19:41) Ketaatan Samuel kepada Allah dan berkat khusus dari Allah untuknya disebutkan di bagian Alkitab yang lain, yaitu Yeremia 15:1 dan Mazmur 99:6.
Bagi orang Kristen Injili, Samuel dianggap sebagai Nabi, Hakim, dan Pemimpin yang bijaksana Israel, dan diperlakukan sebagai contoh komitmen terpenuhi kepada Allah. Pada kalender liturgi Ortodoks Timur, hari raya nya adalah 20 Agustus. Ia diperingati sebagai salah satu nenek moyang Kudus dalam Kalender Suci Gereja Apostolik Armenia pada 30 Juli. Dalam Gereja Ortodoks Koptik, peringatan kepergian Samuel Nabi dirayakan pada 9 Paoni.