-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pembunuhan terhadap Orang-orang Sikhem

Jumat, 20 Oktober 2017 | Oktober 20, 2017 WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-24T08:07:13Z
Tetapi jawab mereka: "Mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal! (Kejadian 34:31)

Teks di atas adalah jawaban Simeon dan Lewi terhadap Yakub, ayahnya yang menyatakan Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi: "Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku."

Matthew Henry mencatat; kita mendapati Simeon dan Lewi, dua anak laki-laki Yakub, anak-anak muda yang baru berumur dua puluh tahun lebih sedikit, menggorok leher orang-orang Sikhem, dan dengan berbuat demikian menghancurkan hati ayah mereka yang baik.. Inilah pembunuhan yang biadab terhadap orang-orang Sikhem. Yakub sendiri terbiasa dengan tongkat gembala, tetapi anak-anaknya menyarungkan pedang di pinggang mereka, seolah-olah mereka sudah menjadi keturunan Esau, yang harus hidup dengan pedang.

Dalam teks Kejadian 34:25-31 maka mendapati bahwa mereka di sini adalah:
  • Membantai setiap laki-laki penduduk Sikhem, khususnya Hemor dan Sikhem, yang baru saja mereka perlakukan dengan ramah kemarin, tetapi dengan rancangan ingin membunuh mereka. Sebagian orang berpikir bahwa semua anak Yakub, ketika membujuk orang-orang Sikhem untuk disunat, bermaksud untuk mengambil keuntungan dari rasa sakit mereka, dan untuk menyelamatkan Dina dari antara mereka. Tetapi bahwa Simeon dan Lewi, karena tidak puas dengan itu, mau membalaskan kejahatan mereka.
  • mereka di sini mengepung mangsa-mangsa Sikhem, dan menjarah kota mereka. Mereka menyelamatkan Dina (ay. 26), dan jika hanya untuk itu mereka datang, mereka bisa saja melakukannya tanpa mencurahkan darah, seperti yang tampak dari perkataan mereka sendiri (ay. 17). Tetapi mereka mengincar jarahan. Dan meskipun hanya Simeon dan Lewi yang membunuh, namun ditunjukkan bahwa anak-anak Yakub yang lain kemudian datang merampasi orang-orang yang terbunuh itu, lalu menjarah kota itu (ay. 27), dan dengan demikian turut berperan dalam pembunuhan itu. Dalam diri mereka nyatalah ketidakadilan. Namun, di sini kita dapat mengamati kebenaran Allah. Orang-orang Sikhem mau memuaskan anak-anak Yakub dengan tunduk pada tindakan pertobatan melalui sunat. Tetapi tindakan ini didasarkan pada dasar ini, yaitu bahwa ternak mereka, harta benda mereka, bukankah semuanya itu akan menjadi milik kita? (ay. 23). Dan lihatlah apa akibatnya. Bukannya menjadikan diri mereka sendiri tuan atas kekayaan keluarga Yakub, keluarga Yakub justru menjadi tuan atas kekayaan mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang secara tidak adil ingin meraih apa yang menjadi milik orang lain, pantaslah untuk kehilangan milik mereka sendiri.
Matthew Henry menambahkan antara lain:
  • Tidak bisa disangkal bahwa Allah adalah benar dalam hal ini. Seandainya orang-orang Sikhem disunat untuk menuruti perintah Allah, maka sunat mereka akan melindungi mereka. Tetapi apabila mereka tunduk pada upacara suci itu hanya untuk memenuhi tujuan mereka sendiri, untuk menyenangkan raja mereka dan memperkaya diri mereka sendiri, maka adil jika Allah menimpakan hal ini ke atas mereka. Perhatikanlah, sama seperti tidak ada hal lain yang melindungi kita secara lebih baik daripada agama yang benar, demikian pula tidak ada hal lain yang membuat kita lebih terancam bahaya daripada agama yang pura-pura dipeluk.
  • Tetapi Simeon dan Lewilah yang berlaku teramat tidak benar.
    • Benar bahwa Sikhem telah berbuat noda di antara orang Israel, dengan mencemarkan Dina. Tetapi harus dipertimbangkan seberapa jauh Dina sendiri mengakibatkan hal itu terjadi. Seandainya Sikhem melecehkan dia di kemah ibunya sendiri, itu lain perkara. Tetapi Dina mendatangi tempat Sikhem, dan mungkin perilakunya yang tidak santun menyalakan percikan api yang kemudian membesar itu. Apabila kita keras terhadap orang berdosa, kita harus mempertimbangkan siapa yang menggodanya.
    • Benar bahwa Sikhem sudah berbuat jahat. Tetapi ia berusaha untuk menebusnya, dan berlaku jujur dan terhormat ex post facto – setelah kejadian, sebagaimana yang dituntut dari perkara itu. Ini bukanlah kasus gundik Lewi yang disiksa sampai mati. Tidak pula Sikhem membenarkan apa yang telah diperbuatnya, tetapi justru sebaliknya, ia berusaha berdamai dengan syarat apa saja.
    • Sikhem sudah berbuat jahat. Tetapi apa hubungannya itu dengan semua orang Sikhem? Jika hanya satu orang berdosa, akankah mereka murka terhadap seluruh penduduk kota? Haruskah yang tidak bersalah jatuh bersama-sama yang bersalah? Ini sungguh-sungguh biadab.
    • Orang-orang Sikhem sudah mau mengikuti syarat-syarat anak-anak Yakub, dan sudah melakukan sesuatu yang berdasarkannya mereka berjanji untuk menjadi satu bangsa dengan keluarga Yakub (ay. 16). Namun anak-anak Yakub berlaku seperti musuh bebuyutan terhadap orang-orang yang baru saja mereka jadikan sahabat setia, dengan meremehkan perjanjian mereka sama seperti mereka meremehkan asas-asas perikemanusiaan. Dan inikah anak-anak Israel? Terkutuklah kemarahan mereka, sebab amarahnya keras.
    • Mereka mengadakan upacara kudus yang ditetapkan Allah untuk melayani rancangan mereka yang fasik, dan dengan demikian membuatnya menjijikkan. Seolah-olah tidak cukup bagi mereka untuk mempermalukan diri sendiri dan keluarga mereka, mereka mendatangkan cela ke atas lambang terhormat dari agama mereka itu. Maka wajarlah upacara itu disebut sebagai upacara ibadah berdarah.

Tindakan Simeon dan Lewi terhadap penduduk Sikhem membuat Yakub dan keluarganya menjijikkan bagi mereka (penduduk Kanaan). Apa yang akan mereka katakan tentang kita dan agama kita? Kita akan dipandang sebagai umat yang paling berkhianat dan biadab di dunia.” Perhatikanlah, perilaku yang menjijikkan dari anak-anak yang fasik membawa dukacita dan aib bagi orangtua mereka yang saleh. Anak-anak harus menjadi sukacita bagi orangtua mereka. Tetapi anak-anak yang fasik menjadi masalah bagi mereka, menyedihkan hati mereka, menghancurkan jiwa mereka, dan membuat mereka berduka dari hari ke hari. Anak-anak harus menjadi perhiasan bagi orangtua mereka. Tetapi anak-anak yang fasik menjadi cela bagi mereka, dan seperti lalat-lalat mati di dalam botol minyak wangi. Karena itu, hendaklah anak-anak seperti itu tahu bahwa, jika mereka tidak bertobat, dukacita yang telah mereka datangkan ke atas orangtua mereka, dan nama agama yang menjadi rusak karena mereka, akan dicatat dan diperhitungkan.

Kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku. Jika semua orang Sikhem harus dihancurkan atas pelanggaran satu orang, mengapa tidak membunuh semua orang Israel atas pelanggaran dua orang? Yakub benar-benar tahu bahwa Allah telah berjanji untuk memelihara dan melanggengkan keluarganya. Tetapi juga wajar saja jika ia sampai takut bahwa perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan anak-anaknya ini akan membuatnya kehilangan hak atas janji itu, dan memutuskan tali penerusan kovenan itu.
Perhatikanlah, apabila dosa ada di dalam rumah, ada alasan untuk takut ada kehancuran di ambang pintu. Orangtua yang lembut sudah melihat terlebih dahulu akibat-akibat buruk dari dosa yang tidak ditakuti oleh anak-anak yang fasik.
Orang akan menyangka bahwa ini seharusnya membuat anak-anak Yakub itu melunak, dan mereka seharusnya merendahkan diri di hadapan ayah mereka yang baik itu dan memohon ampun kepadanya. Tetapi, bukannya melakukan itu, mereka malah membenarkan diri sendiri, dan memberinya jawaban yang kurang ajar ini, mengapa adik kita diperlakukannya sebagai seorang perempuan sundal! Tidak, tidak boleh ia memperlakukan adik kita seperti itu. Tetapi, jika ia memperlakukannya demikian, haruskah mereka menuntut balas sendiri?
Tidak adakah hal lain yang lebih kurang nilainya daripada begitu banyaknya nyawa dan hancurnya seluruh kota yang bisa menebus sebuah pelanggaran yang dilakukan terhadap seorang gadis yang bodoh? Dengan pertanyaan mereka, mereka secara tidak langsung menghina ayah mereka, seolah-olah ia puas menerima kenyataan bahwa anak perempuannya diperlakukan sebagai seorang perempuan sundal.
Perhatikanlah, orang-orang yang selalu melakukan sesuatu secara berlebihan biasanya menghina dan mencela orang-orang yang berusaha menjaga keseimbangan. Orang-orang yang mengutuk kerasnya balas dendam akan disalahmengerti, seolah-olah mereka menyetujui dan membenarkan pelanggaran itu.

Hanya karena perlindungan Tuhan Allah saja penduduk Kanaan tidak melakukan pembalasan terhadap perbuatan Simeon dan Lewi serta anak-anak Yakub lainnya yang menghabisi dan merampas ternak orang-orang di Sikhem, orang Hewi.

×
Berita Terbaru Update