-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Ketakutan dan Ratapan Kalah Perang dan Wabah Mematikan

Jumat, 14 Februari 2020 | Februari 14, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-22T23:47:12Z
Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar. (Ratapan 1:20)

Penulis ratapan dalam ratapannya menyaksikan runtuhnya Kerajaan Yehuda berkata bahwa ketakutan dan gelisahan sangat diuar batas karena Yehuda hancur kalah perang di bumi hanguskan oleh Babelonia dan terjadinya wabah penyakit menular / sampar yang mematikan. Kata sampar berasal dari kata כַּמָּֽוֶת׃ (kam·mā·weṯ.)yang artinya mati, mematikan, Kematian, meninggal, wabah. Sampar yang dimaksud adalah wabah yang menyebabkan meninggal dunia. Alkitab mengisahkan mereka yang selamat adalah mereka yang ditawan Raja Nebukadnezar sedangkan yang masih hidup merana di Yehuda dan memerlukan waktu tujuh puluh tahun untuk dibangun kembali oleh mereka yang kembali dari Babel dibawah pimpinan Nehemia dan Ezra.

Untuk melukiskan ketakutan dan ratapan sebab terhimpit kalah perang dan wabah, banyak orang mengisahkan ketakutan karena perang dan kalah serta karena wabah, namun yang dialami penulis yang diduga nabi Yeremia adalah alami kedua-duanya.

  1. Ketakutan karena kalah Perang

    Kekalahan Raja Yoyakim terhadap Nebukadnesar menyebabkan dia dibelenggu dan beberapa perkakas rumah Tuhan dibawa ke Babel. Lalu Yoyakhin menjadi raja Yehuda dan Yehuda dikepung kembali, raja, ibunya dan pegawai pegawai istana di tangkap dan dibawa sejumlah orang pilihan ke Babel dan segala barang perbendaharaan Tuhan dan istana raja serta perkakas emas Salomo dibawa ke Babel. Lalu Zedekia jadi raja Yehuda jadi raja dan berontak kembali kepada Babel dikepung. Yehuda kelaparan lalu runtuh banyak yang dibunuh dan Yerusalem dihancurkan dst dan diangkatlah Gedalya jadi gubernur kemudian dibunuh oleh Ismael bin Netanya yang kemudian melarikan diri ke Mesir karena khawatir orang Kasdim (Babel) mencari pembunuh gubernur.

    Yehuda kalah perang dan berontak kembali berulang kali sampai dihancurkan dan diangkat orang kepercayaan Babel namun dibunuh lalu melarikan diri sehingga jadi kota mati apalagi diperparah oleh wabah mematikan sehingga dibangun kembali oleh raja Koresh melalui Nehemia setelah tujuh puluh tahun dilupakan orang. Ratapan Yeremia meratap akan Yerusalem yang dilupakan orang karena peperangan yang menghancurkan dan perlawanan yang mendatangkan kekerasan yang sulit dilukiskan.


  2. Ketakutan karena Wabah

    Singapore Psychological Society melaporan bahwa penduduk Singapura dilanda ketakutan dan kepanikan setelah wabah Penyakit 2019-nCoV / Covid-19 (Virus Corona) dinaikkan dari kuning menjadi oranye. Perubahan level untuk menjaga masyarakat agar aman dan terlindungi, namun itu juga secara tidak sengaja berdampak negatif pada masyarakat, diantaranya: xenophobia (ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing) , tekanan tinggi dan panic buying (memborong persedian makanan dalam jumlah berlebihan).

    Ketakutan penduduk Wuhan terhadap wabah virus Corona jauh melampaui Singapura. Dilakukan isolasi, merawat dan mengobati pasien penderita wabah, menghindari acara yang mengumpulkan orang / acara pertemuan, industri dan pendidikan diliburkan, gedung pertemuan dijadikan rumah sakit, melakukan kremasi terhadap penderita wabah yang meninggal dst. Wabah Corona menjadi Wuhan kota hantu / kota mati yang sepi aktivitas dengan tujuan mencegah penularan penyakit lebih meluas.

    Pemerintahan di wuhan tetap berdiri dan secara aktif berusaha mencegah wabah meluas ke seluruh penduduk, bagaimana dengan Yehuda yang tidak ada pemerintah dan kepala negara yang mengatur semuanya agar wabah penyakit menular (sampar) tidak mematikan penduduk secara sistematis, terstruktur dan masif. Penduduk Yehuda harus berjuang cari makanan sendiri, merawat orang menderita wabah sendiri yang menyisakan mayat bertebaran di rumah-rumah. Covid-19 yang terjadi sebagian besar disembuhkan sedangkan yang terjadi di Yehuda mendatangkan kematian sepenuhnya
Catatan Dalam Perjanjian Baru wabah penyakit dipandang sebagai tanda kedatangan Yesus kedua kali semakin dekat. Lihat Wabah Penyakit Sampar (Menular) Dalam Perjanjian Baru.

Kisah ratapan

Penulis ratapan tahu benar bahwa TUHAN mengizinkan dan mendatangkan situasi sangat sulit dimana alami kehancuran karena kekalahan perang tiga kali secara beruntun dengan Kerajaan Babel dan hadirnya wabah penyakit menular yang mematikan sehingga penderitaan yang dialami sangat berat. Penulis Ratapan mengetahui bahwa hal itu terjadi karena murka Tuhan. Kekuatan amarah-Nya dapat diukur dari besarnya kesesakanku tatkala murka-Nya menyala-nyala” (Ratapan 1:12) Tuhan sangat murka karena Yehuda mengeraskan hati melakukan yang jahat dimata Tuhan sekalipun para raja yang jahat telah dihukum (ay. 12)

Penderitaan bertambah berat karena disertai rasa bersalah dan tidak ada yang memberikan pertolongan terhadap bencana yang terjadi. Salomo tokoh bangsa Israel pernah menyatakan "Orang berdosa terjerat dalam tali dosanya sendiri (Ams. 5:22)". Penderitaan karena aku telah memberontak; melawan Tuhan dan firman-Nya; dosa-dosanya sangat diperburuk, dan ini membanjiri pikiran dan nuraninya, dan membuatnya sangat tertekan Tekanan yang menekan mental saat mengalami kesusahan menambah berat persoalan yang dihadapi. Disisi lain harapan adanya pertolongan ternyata sia-sia. Jika kesulitan tidak menimbulkan dan berakibat rasa bersalah maka dapat menjadi kesempatan tetapi yang dialami Yehuda sesuatu tanpa ada harapan.

Dalam titik terendah, Yerusalem berseru memohon belas kasih kepada TUHAN yang telah lama dilupakan. Gill's Exposition of the Entire Bible menyatakan Lihatlah, ya Tuhan, karena aku dalam kesusahan, .... Jadi dia berbalik dari satu ke yang lain; kadang-kadang dia berbicara dengan orang asing, orang yang lewat; terkadang dia memanggil kekasihnya; dan di waktu lain kepada Allah, yang terbaik dari semuanya, untuk mengasihani dan berbelas kasih padanya dalam kesusahannya; dan dari siapa itu mungkin paling diharapkan, yang adalah Tuhan sumber anugerah dan rahmat:"

Matthew Henry menghubungkan peristiwa yang membuat penulisan ratapan meratap dengan perkataan Musa dalam Ulangan 32:25 Pedang di luar rumah dan kengerian di dalam kamar akan melenyapkan teruna maupun dara, anak menyusu serta orang ubanan. Tuhan dengan orang Israel berpisah membuat senang orang orang sekitar Israel, mereka bukan menolong tetapi bersukacita. Sekarang mereka dapat bertindak aneh-aneh terhadap Allah dan Israel......bandingkan dengan Ratapan 2:15-16: "Sekalian orang yang lewat bertepuk tangan karena engkau. Mereka bersuit-suit dan menggelengkan kepalanya mengenai puteri Yerusalem: "Inikah kota yang disebut orang kota yang paling indah, kesukaan dunia semesta?" Terhadap engkau semua seterumu mengangakan mulutnya. Mereka bersuit-suit dan menggertakkan gigi: "Kami telah memusnahkannya!", kata mereka, "Nah, inilah harinya yang kami nanti-nantikan, kami mengalaminya, kami melihatnya!""

Peterson Amy memandang bahwa Ratapan merupakan respons yang wajar terhadap realitas penderitaan, di mana kita melibatkan Allah di tengah kesakitan dan pergumulan kita. Pada akhirnya, ratapan itu dipenuhi pengharapan: ketika kita meratapi sesuatu yang tidak benar, kita mengajak diri kita sendiri dan orang lain untuk aktif mengupayakan perubahan. Meratap haruslah menjadi sikap yang lazim bagi orang Kristen; sekitar empat puluh persen isi kitab Mazmur terlebih lebih Kitab Ratapan dimana penulis ratapan memanggil Tuhan dari dasar lobang yang dalam (Ratapan 3:55) dimana dilanda beberapa kali peperang dan selalu kalah serta hadirnya sampat, wabah yang mematikan sehingga hadir kematian dalam rumah.

Yehuda berseru kepada TUHAN minta belas-kasihan tetapi keadaan tidak berubah, namun penulis Ratapan tetap mendesak bangsa itu untuk ingat kembali kepada Allah yang setia dan pemurah, yang berbuat baik kepada mereka yang mengandalkan TUHAN kemudian ditutup dengan pengakuan dosa dan kebutuhan akan pengampunan lalu berdoa untuk pemulihan agar diperkenan kembali. Yang dilakukan Yeremia ( orang yang diduga penulis Ratapan) tidak merubah keputusan TUHAN dan waktu pemulihan adalah tujuh puluh tahun mendatang yaitu generasi baru Yehuda yang selamat di pembuangan. Waktu dan cara Tuhan menjawab doa terkadang berbeda dengan yang kita bayangkan dan inginkan tetapi DIA mendengar dan menjawab semua permohonan. Doa tidak mengubah TUHAN melainkan mengubah yang berseru kepada TUHAN. Penulis ratapan diubahkan TUHAN sehingga mengalami penghiburan dalam penderitaan karena sudut pandang berbeda dibandingkan sebelumnya.

Saat meratap datang kepada TUHAN maka hadir pengharapan. Berdasarkan Kitab Ratapan, pengharapan dan penghiburan itu contohnya adalah:
  • Ratapan 3:22-23 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
  • Ratapan 3:25-26 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
  • Ratapan 3:32 Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya.
Puncak harapan ratapan adalah "Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN, maka kami akan kembali, baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala!" (Ratapan 5:21)

Ketakutan dan ratapan yang dialami "Yeremia" akibat himpitan perang dan wabah kematian mendapatkan penghiburan dari TUHAN meskipun terjadi akibat pemberontakaan kepada TUHAN terus menerus secara tindakan dan karakter terlebih lebih jika bukan bentuk hukuman TUHAN maka seharusnya datang kepada TUHAN memohon agar ratapan menjadi tari-tarian sukacita. Banyak hal di dunia ini menyebabkan kita takut dan meratap tetapi TUHAN lebih besar dari keadaan.

Apakah Anda meratap saat ini? Bawalah ratapan kepada TUHAN sekalipun mungkin generasi mendatang baru merasakan jawaban TUHAN terhadap ratapan kita.



Tulisan lainnya:
Jangan Takut Menderita
Manusia dan Kecemasan
Penguasaan Diri
Kasih Setia Tuhan Berdasarkan Ratapan
Alami Kesusahan?
Manusia dan Air Mata


×
Berita Terbaru Update