Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Rabu, 16 Februari 2022

Keadilan Rasial Rencana Yesus

Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu. Lukas 4:25-27

Yesus setelah menang atas percobaan di padang gurun maka dalam kuasa Roh, Yesus kembali ke Galilea dan mengajar di rumah-rumah ibadat sehingga tersebar berita tentang Dia dan semua orang memuji-Nya. Yesus pun datang ke Nazaet diberi amanat membaca kitab nabi Yesaya lalu mengajar sehingga pendengarnya heran lalu kata mereka: "Bukankah Ia anak Yusuf?" Yesus melanjutkan pengajaran-Nya hingga membahas kisah Elia dan janda di Sarfat dan Elisa dengan Naaman dengan fakta bahwa orang Israel tidak mendapatkan pertolongan TUHAN melalui nabi Elia dan Elisa tetapi orang asing. Nabi Elia dan Elisa yang pelayan TUHAN tidak memandang suku dan ras dalam pelayanannya.

Pernyataan Yesus adalah bukti bahwa mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. (2 Tawarikh 16:9) Tuhan memperhatikan semua manusia apapun identitas ras. Pernyataan Yesus adalah tanda berakhirnya etnosentrisme meski dalam pelayanan Yesus hanya berputar-putar di daerah Israel dan sekitarnya. Yesus datang untuk semua kelompok etnis. Tuhan Yesus mengajarkan kesetaraan etnis dan ras sebab yang utama adalah sesungguhan hati kepada Dia.

Pendengar di Sinagoge yang awalnya terheran dengan perkataan Yesus segera berubah. Mereka murka mendengar kebenaran yang disampaikan Yesus. Catatan Alkitab adalah; “Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.” (Lukas 4:28-30)

Kebanggaan sebagai keturunan Abraham yang memiliki janji Ilahi telah membuat orang Israel di Nazaret memadang rendah etnis/ras lain tetapi Yesus memberi penilaian berbeda. Orang Nazaret marah. Hal ini menjadikan mereka seperti zaman Elia yang tidak alami kepenuhan mujizat dibandingkan janda di Sarfat. Mereka hanya melihat kekalahan nabi baal dan hujan turun setelah Elia berdoa agar hujan turun. Yesus tidak banyak melakukan tanda-tanda di Nazaret, tempat dimana Ia dibesarkan.

Catatan Injil Matius 8:1-12 mengisahkan Yesus mentahirkan seorang kusta yang hina dan diasingkan lalu masuk ke Kapernaum berjumpa perwira Romawi dimana hambanya terbaring sakit dan lumpuh. Yesus memutuskan mengunjungi yang sakit agar sembuh. Tetapi perwira Romawi berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: ‘Pergi!,’ maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: ‘Datang!,’ maka ia datang, ataupun kepada hambaku: ‘Kerjakanlah ini!,’ maka ia mengerjakannya.” Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

Yesus menyembuhkan dari jarak jauh karena iman perwira Romawi tetapi hal menarik banyak orang di luar keturunan Abraham, ishak dan Yakub akan berdiam dalam Surga sedangkan bangsa pilihan karena leluhurnya adalah Abraham tercampakan. Keadilan rasial juga diungkapkan dalam Injil Matius. Tidak peduli Anda beretnis atau ras yang menjadi identitas, jika beriman kepada Yesus akan selamat.

Banyak kisah lain yang menunjukkan keadilan TUHAN tidak tergantung, etnis, suku atau ras. Contoh:
  • Orang Majus dari Timur yang diduga dari Persia atau Arab. Mereka datang menyembah Yesus sebab yakin Ia adalah seorang Raja. Matius 2:1
  • Anak perempuan Siro-Fenesia yang disembuhkan. Markus 7:26
  • Perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Lukas 10:33
  • Samaria yang kusta kembali kepada Yesus setelah disembuhkan. Lukas 17:16
Zaman Yesus dimana keadilan rasial ditentang oleh tokoh masyarakat yang merasa dirinya lebih superior. Yesus ditolak dan disalibkan. Saat ini hal yang sama juga terjadi dengan anggapan ketidaksetaraan dan identitas dipengaruhi oleh interkoneksi ras, kelas, gender, dan disabilitas. Jika dalam kasus yang dihadapi Yesus di Nazaret tentang ras, etnis lain (goyim) adalah etnosentrisme maka saat ini bukan saja urusan etnosentrisme tetapi masalah xenofobia / ketakutan terhadap orang asing, miscegenation / penolakan terhadap ras lain dan stereotipe / generalisasi terhadap suatu kelompok. Masalah ras, etnis dapat memunculkan rasisme yang mendorong diskriminasi sosial, segregasi dan kekerasan rasial, termasuk genosida.

Yesus tahu bahwa orang Israel marah disebabkan juga Yesus menjunjung etnis lain sehingga sebelum disalibkan mengutarakan perumpamaan penggarap-penggarap kebun anggur. Matius 21:33-43. Sang pemilik kebun anggur akhirnya memutuskan mengutus anaknya tetapi dibunuh oleh para penggarap kebun anggur. Klimaksnya "Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Bangsa yang memberikan buah bersifat terbuka untuk setiap orang, suku, bangsa dan bahasa di dunia. Jika diresponi maka suku dan bangsa itu akan melakukan amanat agung baik ke dalam maupun ke luar dari suku dan bangsa dan bahasanya seperti air menutup lautan.

Keadilan rasial juga dipengarui penafsiran tentang Ham dalam Kejadian 9:18-27. Ketika Nuh Mabuk karena kebanyak anggur yang diduga alami fermentasi (sesuatu yang baru dikenal karena perubahan iklim) Ham tidak menutupi Nuh, ayahnya dengan pakaian tetapi cerita kepada saudaranya Sem dan Yafet. Saat Nuh sadar maka Ham dikutuk dan ditafsirkan keturunan Ham adalah cikal bakal ras Aria menjadi terbelakang. Terlepas benar atau salah tafsiran tersebut, Yesus telah memikul salib dan menanggung semua kutuk manusia sehingga ras apa saja dikasihi TUHAN dan dapat menjadi bangsa yang maju.

Masalah keadilan rasial juga dihadapi gereja. Untuk itu World Council of Churches membuat kalender doa untuk seluruh dunia dengan program "The Ecumenical Prayer Cycle" Dengan belajar mendoakan bangsa-bangsa di dunia maka wawasan akan berubah terlebih-lebih terlibatnya peran Roh Kudus sehingga kita menghargai setiap suku, etnis dan bangsa di dunia. Jika mau lebih lanjut terlibat dalam doa ratapan dan perkabungan akibat paham superioritas terhadap yang lemah dengan tindakan kekerasan dapat bergabung dengan Voice of the Martyrs. Ketidakadilan rasial dapat hadir diberbagai belahan bumi sehingga tindakan sederhana dapat dilakukan dengan berdoa.

Tindakan berdoa untuk terciptanya keadilan rasial sangat strategis. Alangkah baiknya tindakan itu diikuti dengan meninjau ulang informasi tidak akurat yang ditamankan karena "ketakutan tertentu kepada orang asing", penolakan terhadap etnis tertentu dan sejumlah stereotipe yang dibangun. Kasus lainnya adalah penyebaran berita bohong (misinformation) yang kontraproduktif dengan semangat kebhinekaan. Tindakan ini terasa sulit dilakukan jika tidak mau berubah sekalipun hadir Undang-Undang No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Masalah primordialisme juga turut berpengaruh.

Kita dipanggil untuk mengasihi musuh kita, tetapi kasih itu tidak menghilangkan ketidakadilan atau kemarahan pada mereka yang telah melakukannya. Kemarahan itu nyata dan membutuhkan ekspresinya. Alkitab mengulangi murka Allah atas ketidakadilan. Selain itu, Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan bekerja untuk membawa perdamaian dan keadilan bagi semua orang.

Kerajaan Allah bukanlah tentang etnis atau ras tertentu yang unggul tetapi faktor iman dan ketaatan melakukan kehendak-Nya yang terbuka untuk aneka suku, kaum, bangsa dan bahasa. Misal dengan keterlibatan pengutusan yang dilakukan suku, kaum, bangsa dan bahasa ke luar (contoh: Misionaris) maka terjadinya transformasi dari memandang rendah dan memusuhi kepada toleransi, dari toleransi kepada rekonsiliasi suku, etnis, kaum, bangsa dan bahasa di dunia sebab itu keadilan rasial yang direncanakan Yesus suatu saat terwujud karena itu kehendak Bapa.


Tulisan lainnya:
Allah Itu Adil Dalam Keputusan
Keadilan Sosial Dalam Kehidupan Beriman
Orang Lemah Dan Penciptanya
Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
Menjadi Utusan Injil


Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (82) budaya (47) dasar iman (93) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)