Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Jumat, 18 November 2022

Roh Allah Atau Kecerdasan Buatan?

Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Matius 13:54
Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, 1 Korintus 1:22

Dalam melakukan misi di dunia, Tuhan Yesus dan para murid-Nya mengajar orang banyak dilengkapi dengan hikmat dari Atas dan disertai dengan tanda-tanda ajaib yang meneguhkan pemberitaan. Pola pemberitaan yang dilakukan oleh Yesus adalah contoh sempurna dalam memberitakan Injil Kristus Yesus untuk sepanjang masa. Pola pelayanan Yesus yang didahului dengan berpuasa empat puluh hari, empat puluh malam lalu menang saat dicobai oleh iblis di padang gurun adalah model langkah awal pelayanan pemberitaan Injil sempurna. Para murid menantikan janji Bapa, di sebuah loteng Yerusalem hingga menerima pencurahan Roh Kudus saat hari Pentakosta sebagai model Alkitabiah dalam pola pelayanan yang disertai oleh hikmat dan kuasa dari Tempat Maha Tinggi.

Pola yang sama seperti zaman Yesus dan para murid-Nya sesuatu keharusan menjelang kedatangan Yesus kedua kali. Kebutuhan akan tanda diduga akan meningkat, hal itu sejalan dengan pernyataan Yesus bahwa "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (Matius 7:22)" Diduga ada tekanan untuk melakukan tanda yang ajaib seperti bernubuat, mengusir setan dan aneka mujizat sehingga melahirkan sekurang-kurang dua sisi yang berbeda, yaitu mempelajari hal-hal dunia roh dan atau membangun jaringan kelompok doa yang kuat sehingga mujizat dapat terjadi sekalipun tidak hidup dalam kekudusan dan kasih sesuai standar TUHAN.

Dalam pelayanan saat ini, tuntutan pemahaman kebenaran Alkitab meningkat dengan ditandai meningkatnya mahasiswa yang belajar Alkitab dari jenjang Sekolah Menengah Teologia sampai program doktoral berkaitan dengan tuntutan orang yang mencari hikmat meningkat. Mereka membutuhkan kepuasan secara intelektual untuk mengisi kekosongan yang ada dalam akal budi selain munculnya berbagai ajaran sehingga butuh dogma, apologetika agar tidak diombang-ambingkan oleh aneka pengajaran dan diam dalam kebenaran yang sejati.

Sesuai dengan Daniel 12:4 yang menyatakan pengetahuan akan bertambah-tambah maka kehadiran teknologi kecerdasan buatan - artificial intelligence - AI akan mewarnai kehidupan manusia dalam segala aspek, termasuk dalam keagamaan meski saat ini soal moral atau spiritual dalam membangun kecerdasan buatan agak tertinggal dari aspek lainnya. Para pengembang saat ini kurang serius untuk membangun kecerdasan buatan yang menyerupai hikmat Yesus Kristus secara nilai moral sekalipun telah ada aplikasi Chatbot Confession untuk orang Katolik (Masih perlu dikembangkan).

Kecerdasan buatan yang saat ini dinilai kurang memiliki perasaan dan nilai kemanusiaan sehingga kecerdasan buatan dianggap cenderung melakukan praktik genosida tetapi reaksi masyarakat berbeda dengan pekerja wol di pabrik Inggris abad ke-16 yang berusaha menghancurkan perangkat baru yang mungkin menghilangkan pekerjaan mereka. Kecerdasan buatan dapat merampas dunia kerja tetapi disambut antusias dalam kegiatan industri. Manusia diperhadapkan untuk menyesuaikan diri dengan era baru.

Sejumlah orang mempertanyakan sejumlah isu dari kecerdasan buatan, seperti:
  • Siapa yang menulis algoritma?
  • Siapa yang menghubungkan etika dan nilai? (Ini bisa membuktikan masalah terpenting di masa depan di mana mesin memutuskan siapa yang bisa hidup dan siapa yang harus mati).
  • Kepada siapa atau apa mesin itu akan bertanggung jawab?
  • Apa batasan kemanusiaan untuk penggunaan mesin yang kuat?
  • Bagaimana mungkin agar mesin tidak jatuh ke tangan tiran yang hanya menyembah dan mengindahkan dirinya sendiri?
  • Metaverse mungkin sudah tidak terkendali. Satu “Perilaku buruk di metaverse bisa lebih parah daripada pelecehan dan intimidasi online saat ini, kata sebuah laporan baru-baru ini.
Kesalahan dalam pengembangan kecerdasan buatan dalam masalah moral akan berdampak buruk bagi manusia

Ledakan kecerdasan buatan menimbulkan singularitas, suatu masa ketika kecerdasan buatan melampaui kecerdasan manusia dan mengubah peradaban dan umat manusia sehingga paham transhumanisme menjadi hal biasa. Kecerdasan buatan yang meledak mengakibatkan pergeresan dari mengejar status manusia sebagai citra / gambar rupa Allah menjadi citra / gambar mesin kecerdasan buatan sehingga peran Roh Kudus sebagai sumber hikmat mendapat tantangan tetapi sebagai sumber tanda mujizat menjadi keunggulan dari hamba-hamba TUHAN yang diberi karunia mukjizat dari singularitas kecerdasan buatan.

Beth Kindig menyatakan kecerdasan buatan tidak mahakuasa untuk menyelesaikan semua masalah bagi umat manusia. Ada kalanya menemui jalan buntu, dan untuk menjalankan misinya, kecerdasan buatan mungkin berjalan tanpa pandang bulu, berakhir dengan menciptakan lebih banyak masalah. Dengan demikian kewaspadaan tidak dapat diabaikan. Pengingat ini dikenal sebagai doctor-in-the-loop. Pendapat Beth Kindig adalah proklamasi bahwa Roh Kudus lebih unggul dari kecerdasan buatan tetapi hanya orang tertentu saja yang mendapatkan hikmat dari-Nya.

Roh Kudus berperan sentral dalam etika Kristen dimana sebagai penentu segala sesuatu apa yang dikehendaki Allah sedangkan kecerdasan buatan diatur oleh bioetika dengan tiga hal pokok yaitu: bioetika pengaturan kesehatan, bioetika pengaturan sosial dan bioetika pengaturan lingkungan. Roh Kudus menuntun kepada segala yang baik, benar, kudus, adil sesuai dengan desain Penciptaan sedangkan kecerdasan buatan hanyalah sebatas algoritma yang disusun berdasarkan hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan berdasarkan prinsip bioetika yang ditetapkan.

Prinsip lain dalam pedoman etika kecerdasan buatan difokuskan tiga hal pokok, yaitu:
  1. Sah-menghormati semua hukum dan peraturan yang berlaku
  2. Prinsip dan nilai etis yang menghargai etika
  3. Kuat-adaptif, andal, adil, dan dapat dipercaya dari perspektif teknis dengan tetap memperhatikan lingkungan sosialnya.
Tujuh persyaratan direkomendasikan:
  1. AI seharusnya tidak menginjak-injak otonomi manusia. Orang tidak boleh dimanipulasi atau dipaksa oleh sistem AI, dan manusia harus dapat mengintervensi atau mengawasi setiap keputusan yang dibuat oleh perangkat lunak
  2. AI harus aman dan akurat. Seharusnya tidak mudah dikompromikan oleh serangan eksternal, dan harus cukup dapat diandalkan
  3. Data pribadi yang dikumpulkan oleh sistem AI harus aman dan pribadi. Seharusnya tidak dapat diakses oleh sembarang orang, dan tidak boleh mudah dicuri
  4. Data dan algoritme yang digunakan untuk membuat sistem AI harus dapat diakses, dan keputusan yang dibuat oleh perangkat lunak harus “dipahami dan dilacak oleh manusia”. Dengan kata lain, operator harus dapat menjelaskan keputusan yang dibuat oleh sistem AI mereka
  5. Layanan yang disediakan oleh AI harus tersedia untuk semua orang, tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, atau karakteristik lainnya. Demikian pula, sistem tidak boleh bias sepanjang garis ini
  6. Sistem AI harus berkelanjutan (yaitu, harus bertanggung jawab secara ekologis) dan “meningkatkan perubahan sosial yang positif”
  7. Sistem AI harus dapat diaudit dan dilindungi oleh perlindungan yang ada untuk pelapor perusahaan. Dampak negatif dari sistem harus diakui dan dilaporkan sebelumnya.
Joseph Weizenbaum, menyatakan kecerdasan buatan adalah sebuah mesin yang tidak memiliki kasih sayang dan tidak dapat menilai secara moral suatu kebijaksanaan sekalipun sejumlah rambu bioetika kecerdasan buatan didirikan. Rambu itu adalah:
  • Beneficence berarti berbuat baik, dan di sini mengacu pada tujuan dan fungsi AI harus memberi manfaat bagi seluruh kehidupan manusia, masyarakat, dan alam semesta.
  • Penegakan nilai: Ini mengacu pada kesesuaian AI dengan nilai-nilai sosial, dengan kata lain, nilai-nilai universal yang mengatur tatanan dunia alami harus diperhatikan.
  • Kejernihan: AI harus transparan tanpa menyembunyikan agenda rahasia apa pun. Itu harus mudah dipahami, dapat dideteksi, tidak dapat rusak, dan dapat dipahami.
  • Akuntabilitas: Perancang dan pengembang AI harus bertanggung jawab atas apa pun yang mereka produksi dan ciptakan.
Manusia masa mendatang dipengaruhi oleh kecerdasan buatan yang tidak memiliki kasih sayang hingga penyataan Alkitab bahwa manusia akhir zaman tidak tahu mengasihi sesuatu permasalahan serius bagi umat manusia. (2 Timotius 3:3)

Dalam memutuskan permasalahan, kecerdasan buatan cenderung tidak memakai prinsip biblikal - Alkitab meski kecerdasan buatan mulai dipergunakan dalam kegiatan keagamaan termasuk dalam agama Kristen. Perkembangan masa depan kecerdasan buatan dalam spiritual keagamaan Kristen sesuatu yang tidak diketahui akan jadi apa tetapi Roh Kudus yang mampu menyadarkan dan menginsafkan orang akan kesalahan. IA dapat mengunakan semua potensi yang ada untuk menuntun kepada Terang Sejati. Tanpa Roh Kudus maka segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia dan mesin tidak mencapai standar keutuhan yang ditetapkan TUHAN dengan memperhatikan keseimbangan tubuh, jiwa dan roh.

Roh Allah saat ini masih berkarya dan hadir seperti air menutupi lautan sehingga hikmat dan tanda masih terjadi. Bila gereja diangkat maka Roh Allah sepenuhnya digantikan oleh kecerdasan buatan dan roh antikristus maka hikmat dan kuasa Allah ditarik dari bumi. Perhatikan Amos 8:12, "Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya."

Saat ini Roh Allah dan kecerdasan buatan hadir bersamaan dan masing-masing memberikan saran. Bila pendapat Roh Allah dan kecerdasan buatan berbeda, manakah yang akan kita ikuti, Roh Allah ataukah kecerdasan buatan? Kecerdasan buatan suatu hal yang tidak dapat dibendung, suatu saat memcari informasi kelak bukanlah mencari informasi di mesin pencarian seperti Google, Yahoo, Edge, Wikipedia, Yandex... yang diinput oleh manusia di sejumlah situs, blog, vlog dll tetapi bertanya kepada mesin atau aplikasi kecerdasan buatan karena dianggap singularitas telah nyata. Perlu diperhatikan untuk persoalan yang menyangkut moral, spiritual dan soal biblikal / Alkitab, tulisan dari Alkitab dan dari orang-orang yang diurapi oleh Roh Allah jauh lebih Alkitabiah dibandingkan hasil dari kecerdasan buatan. Jika Anda menemukan artikel keagamaan yang dianggap menarik, segeralah download simpan dalam memory atau dicetak-print sebab suatu saat akan sulit ditemukan.

Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)