-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Kisah Hidup Yefta

Senin, 27 Februari 2023 | Februari 27, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-16T21:47:23Z
Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. Hakim-Hakim 11:1

Yefta (bahasa Ibrani: יפתח‎, Yifthaḥ; bahasa Yunani: Ιεφθάε, Iephtae; bahasa Inggris: Jephthah, Jephtha atau Jephte; Latin: Jephte) yang berarti "Dia membuka"(rahim) adalah anak laki-laki dari seorang yang bernama Gilead dimana ada yang menduga adalah cucu dari Manasye dengan nama ibunya tidak dicantumkan sehingga menimbulkan aneka dugaan tentang ibunya yang dikatakan Alkitab Terjemahan Baru sebagai perempuan sundal. Penyebab dikatakan anak perempuan sundal diduga disebabkan:
  1. Berdasarkan 1 Tawarikh 7:14-17 diduga keluarga Manasye memiliki hubungan dengan Aram (Siria) dan ibu Yefta mungkin adalah seorang Aram dari distrik Tob.
  2. Ibu Yefta mungkin seorang gundik karena selir tidak memiliki ketubah (hak waris) dan oleh karena itu pernikahan ini disebutkan dalam Alkitab seperti itu.
  3. Ibu Yefta mungkin berasal dari suku lain sebab pada masa itu mereka menghindari perkawinan antara suku yang berbeda karena berbagai alasan. Seperti yang dikatakan saudara laki-lakinya seperti yang dijelaskan dalam Alkitab: "Kamu tidak akan mewarisi rumah ayah kami, karena kamu adalah anak dari wanita lain."
Pada umumnya seorang anak yang mengalami penolakan dapat bertumbuh menjadi:
  • Rasa rendah diri dan kurang percaya diri: Anak yang tertolak dapat merasa bahwa dirinya tidak dihargai atau dianggap tidak berarti. Hal ini dapat memengaruhi rasa percaya diri anak dan membuatnya merasa minder dalam berinteraksi dengan orang lain.
  • Kesulitan dalam membentuk hubungan sosial: Anak yang sering ditolak dapat menjadi lebih sulit untuk membentuk hubungan sosial yang sehat dengan teman-teman sebayanya. Hal ini dapat membuatnya merasa kesepian dan terisolasi dari lingkungannya.
  • Gangguan kesehatan mental: Penolakan yang berulang dapat memicu gangguan kesehatan mental pada anak seperti depresi, kecemasan, dan stres.
  • Perilaku agresif atau menyendiri: Beberapa anak mungkin merespon penolakan dengan perilaku agresif, sementara yang lain mungkin akan lebih cenderung menyendiri dan menghindari interaksi sosial.
  • Rasa tidak aman: Anak yang merasa ditolak oleh orang tua atau keluarga dapat merasa tidak aman dalam lingkungan keluarganya sendiri. Ini dapat memengaruhi hubungan mereka dengan keluarga dan orang tua mereka serta memberi dampak jangka panjang pada kepercayaan diri anak.
Setelah saudara-saudara tiri Yefta besar maka Yefta diusir dari Gilead sehingga larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia. Yefta lari menandakan tempat tinggalnya sudah tidak aman bagi dirinya dan tumbuh berprilaku agresif dan membentuk hubungan sosial yang baru dengan mereka yang hidupnya menjadi petualang-petualang berprofesi perampok dampak dari penolakan keluarga.

Saat Yefta menekuni profesinya sebagai perampok di Aram distrik Tob terjadilah perang antara orang Israel bani Manasye melawan bani Amon. Para tua-tua Gilead mengetahui keberadaan Yefta di tanah Tob dan memutuskan untuk menjemputnya dan ikut berperang melawan bani Amon. Kemudian terjadilah percakapan antara tua-tua di Gilead dengan Yefta. Para tua-tua itu berkata kepada Yefta: "Mari, jadilah panglima kami dan biarlah kita berperang melawan bani Amon." Tetapi kata Yefta kepada para tua-tua Gilead itu: "Bukankah kamu sendiri membenci aku dan mengusir aku dari keluargaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku, pada waktu kamu terdesak?" Kemudian berkatalah para tua-tua Gilead kepada Yefta: "Memang, kami datang kembali sekarang kepadamu, ikutilah kami dan berperanglah melawan bani Amon, maka engkau akan menjadi kepala atas kami, atas seluruh penduduk Gilead." Kata Yefta kepada para tua-tua Gilead: "Jadi, jika kamu membawa aku kembali untuk berperang melawan bani Amon, dan TUHAN menyerahkan mereka kepadaku, maka akulah yang akan menjadi kepala atas kamu?" Lalu kata para tua-tua Gilead kepada Yefta: "Demi TUHAN yang mendengarkannya sebagai saksi antara kita: Kami akan berbuat seperti katamu itu."

Yefta kembali ke Gilead bersama para tua-tua menjadi kepala dan panglima lalu melakukan dua tindakan dalam kapasitasnya sebagai pemimpin. Yaitu:
  1. Membawa permasalahan yang dihadapi kepada TUHAN di Mizpa. Yefta tidak mengandalkan kemampuan dan pengalamannya saat melakukan perampokan bersama-sama gerombolannya tetapi berseru kepada TUHAN yang dipercaya mendengar seruannya
  2. Yefta mengirim utusan kepada raja bani Amon dengan pesan: "Apakah urusanmu dengan aku, sehingga engkau mendatangi aku untuk memerangi negeriku?" Yefta melakukan pendekatan diplomasi terlebih dahulu saat muncul konflik atau ketegangan dengan bangsa Amon.
Yefta mengetahui alasan bani Amon berperang dengannya, yaitu beranggapan orang Israel, ketika berjalan keluar dari Mesir, telah merampas tanahku, dari sungai Arnon sampai ke sungai Yabok dan sampai ke sungai Yordan. Maka sekarang, kembalikanlah semuanya itu dengan jalan damai. Yefta mengetahui sejarah Bangsa Israel dengan baik sehingga mengirim utusan untuk menyatakan pendapatnya bahwa orang Israel tidak merampas tanah orang Moab atau tanah bani Amon. Sebab ketika berjalan keluar dari Mesir, orang Israel melalui padang gurun sampai ke Laut Teberau dan tiba di Kadesh. Ketika itu orang Israel mengirim utusan kepada raja negeri Edom dengan permintaan: Izinkanlah kiranya kami berjalan melalui negerimu ini. Tetapi raja negeri Edom tidak mau mendengar. Mereka mengirim juga utusan kepada raja negeri Moab, tetapi raja ini menolak. Maka orang Israel tinggal di Kadesh. Kemudian mereka berjalan melalui padang gurun, menempuh jalan keliling tanah Edom dan tanah Moab, lalu sampai ke sebelah timur tanah Moab, maka berkemahlah mereka di seberang sungai Arnon, dengan tidak masuk daerah Moab, sebab sungai Arnon itulah batas daerah Moab. Lalu orang Israel mengirim utusan kepada Sihon, raja orang Amori, raja di Hesybon, dan orang Israel meminta kepadanya: Izinkanlah kiranya kami berjalan melalui negerimu ini sampai ke tempat yang kami tuju. Tetapi Sihon tidak percaya kepada orang Israel yang hendak berjalan melalui daerahnya itu, maka dikumpulkannyalah seluruh rakyatnya. Ia berkemah di Yahas, lalu berperang melawan orang Israel. Tetapi TUHAN, Allah Israel, menyerahkan Sihon dengan seluruh rakyatnya ke dalam tangan orang Israel, dan mereka dikalahkan, sehingga orang Israel menduduki seluruh negeri kepunyaan orang Amori, penduduk negeri itu. Demikianlah dimiliki orang Israel seluruh daerah orang Amori itu, dari sungai Arnon sampai ke sungai Yabok dan dari padang gurun sampai ke sungai Yordan. Maka sekarang TUHAN, Allah Israel, telah merebut milik orang Amori, bagi Israel, umat-Nya. Apakah engkau hendak memiliki pula tanah mereka itu? Bukankah engkau akan memiliki apa yang diberi oleh Kamos, allahmu? Demikianlah kami memiliki segala yang direbut bagi kami oleh TUHAN, Allah kami. Lagipula, apakah engkau lebih baik dari Balak bin Zipor, raja Moab? Pernahkah ia menuntut hak kepada orang Israel atau pernahkah ia berperang melawan mereka? Ketika orang Israel diam di Hesybon dengan segala anak kotanya, di Aroer dengan segala anak kotanya, dan di segala kota sepanjang kedua tepi sungai Arnon selama tiga ratus tahun, mengapa pada waktu itu engkau tidak melepaskan kota-kota itu? Jadi aku tidak bersalah terhadap engkau, tetapi engkau berbuat jahat terhadap aku dengan berperang melawan aku. TUHAN, Hakim itu, Dialah yang menjadi hakim pada hari ini antara orang Israel dan bani Amon.

" Raja Amon tidak mau mendengar perkataan Yefta maka timbullah perang. Roh Allah hinggap kepada Yefta hingga menimbulkan kekalahan yang amat besar di antara mereka, mulai dari Aroer sampai dekat Minit--dua puluh kota banyaknya--dan sampai ke Abel-Keramim, sehingga bani Amon itu ditundukkan di depan orang Israel. Yefta disertai TUHAN maka alami kemenangan.

Yefta dalam menjelang peperang, ia melakukan nazar kepada TUHAN, yaitu "Jika Engkau (TUHAN) sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran." Tidak terbayangkan bahwa yang menyambut Yefta saat datang kerumahnya adalah anak perempuan Yefta satu-satunya. Hal ini membuat Yefta sedih tetapi Yefta melakukan apa yang menjadi nazar. Ada sejumlah pandangan tentang hal ini, yaitu:
  • Yefta benar-benar melakukan apa yang dinazarkan dimana anaknya menjadi korban bakaran sehingga membuat menangis
  • Yefta mengetahui hukum Allah yang dengan tegas melarang pengorbanan manusia sehingga dia tahu bahwa Allah memandang tindakan semacam itu suatu kekejian yang tidak dapat diterima (Imamat 18:21; Imamat 20:2-5; Ulangan 12:31; 18:10-12) Tetapi anaknya mengabdikan seluruh hidupnya pada kesucian dan pelayanan di kemah suci nasional hingga tidak menikah berdampak Yefta menangis karena anaknya tidak mengenal laki-laki.
Selain catatan tentang nazar Yefta, juga ada hal lain mungkin sisi kelam Yefta sebagai pemimpin berlatar belakang alami penolakan dimasa lalu yaitu saat suku Efraim marah karena merasa tidak diajak perang melawan bani Amon sehingga akan membakar rumah Yefta. jawab Yefta kepada mereka: "Aku dan rakyatku telah terlibat dalam peperangan yang hebat dengan bani Amon; lalu aku memanggil kamu, tetapi kamu tidak datang menyelamatkan aku dari tangan mereka. Ketika kulihat, bahwa tidak ada yang datang menyelamatkan aku, maka aku mempertaruhkan nyawaku dan aku pergi melawan bani Amon itu, dan TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tanganku. Mengapa pada hari ini kamu mendatangi aku untuk berperang melawan aku?"

Perang antara suku Manasye dan Efraim pun terjadi dan dimenangkan oleh suku Manasye tetapi sifat agresif dari Yefta membuat tidak puas dengan kemenangan tersebt sehingga orang-orang yang melarikan diri dari Efraim pun dikejarnya hingga tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan. Apabila dari suku Efraim ada yang lari dan berkata: "Biarkanlah aku menyeberang," maka orang Gilead berkata kepadanya: "Orang Efraimkah engkau?" Dan jika ia menjawab: "Bukan,"maka mereka berkata kepadanya: "Coba katakan dahulu: syibolet." Jika ia berkata: sibolet, jadi tidak dapat mengucapkannya dengan tepat, maka mereka menangkap dia dan menyembelihnya dekat tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan itu. Pada waktu itu tewaslah dari suku Efraim empat puluh dua ribu orang."

Yefta hanya menjadi hakim di Israel selama enam tahun lalu meninggal dikuburkan di kota Gilead. Kematian Yefta menurut Orang Bijak diduga karena mengorbankan putrinya karena Yefta berhak membatalkan sumpahnya karena dia tidak berniat mengorbankan seseorang ketika dia bersumpah.... selain adanya altenatif penyelesai dengan damai saat alami ketegangan dengan suku Efraim. ( perhatikan juga https://www.youtube.com/watch?v=IRCJAfFZkDQ)

Kisah hidup Yefta sebagaimana dengan sejumlah catatan dalam hidupnya tetaplah seorang pemimpin di zaman Hakim-hakim dimana TUHAN memberikan kekuatan dan kemampuan yang memampukan menjalankan misinya menjaga Israel dari bangsa lain dan membawa orang Israel untuk menyembah TUHAN.


Tulisan lainnya:
Bullying Di Lingkungan Anak
Proses Kehidupan Orang Percaya
Mengenal Orang Yang Toksik
Hal Sumpah Berdasarkan Perjanjian Lama dan Injil Matius
Sembuh Luka Batin Sebab Roh Kudus
Iman Abraham Di Uji



×
Berita Terbaru Update