-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Sungai Menjadi Gurun, Fenomena Perubahan Iklim?

Sabtu, 05 Agustus 2023 | Agustus 05, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-04T21:50:51Z
Yesaya 50:2, Mengapa ketika Aku datang tidak ada orang, dan ketika Aku memanggil tidak ada yang menjawab? Mungkinkah tangan-Ku terlalu pendek untuk membebaskan atau tidak adakah kekuatan pada-Ku untuk melepaskan? Sesungguhnya, dengan hardik-Ku Aku mengeringkan laut, Aku membuat sungai-sungai menjadi padang gurun; ikan-ikannya berbau amis karena tidak ada air dan mati kehausan.

Terhadap ayat di atas, Barnes' Notes on the Bible mengatakan ketika AKU (Yahweh) datang, apakah tidak ada manusia? - Yaitu, ketika AKU datang untuk memanggil Anda untuk bertobat, mengapa tidak ada seorang pun dari bangsa itu yang bertobat? Artinya, mereka tidak dihukum tanpa peringatan. Dia telah memanggil mereka untuk bertobat, tetapi tidak ada yang mendengar suaranya. Orang Kasdim menerjemahkan ini, 'Untuk apa AKU mengutus para nabiku, dan mereka tidak berbalik? Mereka bernubuat, tetapi mereka tidak hadir.' Ketika AKU memanggil, apakah tidak ada yang menjawab? - Tidak ada yang mematuhi, atau menganggap suaraKu. Oleh karena itu, bukan karena kesalahannya mereka dihukum, tetapi itu karena mereka tidak mendengarkan utusan yang telah dia kirim kepada mereka.

Menurut teks di atas, akibat menolak suara Firman TUHAN maka bukan saja tidak mendapatkan pelepasan dari himpitan namun kondisi menjadi parah sebab dapat berdampak sungai sungai menjadi kering berubah jadi gurun, ikan di sungai mati mengeluarkan bau amis. Nabi Yesaya mengungkapkan bahwa TUHAN memiliki kuasa untuk mengeringkan aliran aliran sungai. TUHAN dapat mengeringkan sungai namun TUHAN juga dapat menyelamatkan umatNya dari segala macam masalah yang berhubungan dengan air.

Sungai menjadi kering biasanya dihubungkan dengan perubahan iklim selain kesalahan dalam manajemen pengelolaan sumber daya air. Manusia mengabaikan fakta bahwa alam dan lingkungan juga dapat dikutuk TUHAN bila manusia melakukan sesuatu yang mendatangkan murka TUHAN. Contoh ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa maka tanah dikutuk oleh TUHAN menyebabkan mengeluarkan semak duri.

Alasan sederhana terjadinya pengeringan sejumlah sungai menjadi gurun seperti yang terjadi misal: Sungai Barrady di Damaskus atau sungai Amu Darya dan Syr Darya di Kazakhstan yang berubah menjadi gurun adalah disebabkan seperti: perubahan iklim dan kesalahan pengelolaan sumber daya alam. Nabi Yesaya memandang penyebab sungai menjadi gurun adalah TUHAN menghardik sungai karena manusia yang disepanjang aliran sungai tidak mendengar suara TUHAN yang ingin menyelamatkan penduduk disana.

Dampak dari mengeringnya sungai, antara lain:
  • Kelangkaan air: Saat sungai mengering, manusia dan ekosistem akan memiliki lebih sedikit akses ke air. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air, kekeringan, dan kelaparan.
  • Desertifikasi: Desertifikasi adalah proses tanah menjadi gurun. Saat sungai mengering, tanah bisa menjadi lebih gersang dan kurang subur. Ini dapat mempersulit untuk bercocok tanam dan mendukung kehidupan.
  • Konflik: Kelangkaan air dapat menyebabkan konflik atas akses ke air. Hal ini terutama berlaku di daerah di mana terdapat banyak negara yang berbagi sungai.
Manusia pada umumnya berpikir bahwa perubahan iklim terjadi karena interaksi antara komponen-komponen iklim dan faktor eksternal. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan iklim termasuk:
  • Aktivitas Manusia: Perubahan penggunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil merupakan faktor yang signifikan dalam perubahan iklim. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, yang memperkuat efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global.
  • Emisi Gas Rumah Kaca: Gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida dapat memerangkap panas di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global. Emisi gas rumah kaca ini dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk industri, transportasi, pertanian, dan limbah.
  • Perubahan Penggunaan Lahan: Deforestasi, penggundulan hutan, dan perubahan penggunaan lahan lainnya dapat mengubah siklus karbon alami dan mengurangi kemampuan ekosistem untuk menyerap karbon dioksida. Hal ini berkontribusi pada peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
  • Efek Rumah Kaca: Efek rumah kaca adalah fenomena alami di mana gas-gas tertentu di atmosfer menyerap dan memerangkap panas dari matahari. Namun, aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca, yang menyebabkan peningkatan suhu global.
  • Perubahan Pola Peredaran Matahari: Variasi dalam intensitas sinar matahari yang mencapai Bumi juga dapat mempengaruhi iklim. Meskipun perubahan ini terjadi dalam skala waktu yang lebih panjang, mereka dapat berkontribusi pada fluktuasi iklim jangka panjang.
  • Faktor Eksternal: Faktor eksternal seperti erupsi vulkanik dan variasi sinar matahari juga dapat mempengaruhi iklim. Erupsi vulkanik dapat memasukkan partikel ke atmosfer yang dapat memantulkan sinar matahari dan mendinginkan suhu global untuk sementara waktu.
Akibat berpikir bahwa perubahan iklim semata-mata faktor alam dan kesalahan manusia maka untuk mengatasi perubahan iklim, semuanya diletakkan kepada tindakan individu, pemerintah, dan bisnis diperlukan, termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca, menggunakan sumber energi terbarukan, dan menjaga keberlanjutan lingkungan. Perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia dan ekosistem. Dampaknya meliputi perubahan suhu, pola cuaca yang ekstrem, naiknya permukaan air laut, penurunan ketersediaan air, dan kerusakan ekosistem. Faktor menolak / melupakan suara TUHAN yang ingin menyelamatkan manusia dari kebinasaan kekal tidak masuk dalam hitungan sekalipun sudah dinyatakan dalam nats di atas. (Yesaya 50:2)

Pola pikir manusia pada umumnya, perubahan iklim akibat perbuatan manusia bukan karena menolak penyelamatan dari TUHAN melainkan aktivitas manusia yang memiliki kontribusi terhadap perubahan iklim, seperti:
  • Emisi Gas Rumah Kaca: Aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batu bara, menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O). Emisi gas rumah kaca ini memperkuat efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global
  • Penebangan Hutan: Deforestasi atau penebangan hutan secara besar-besaran untuk keperluan pertanian, perkebunan, dan industri kayu menyebabkan hilangnya hutan yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami. Hal ini berkontribusi pada peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
  • Industri: Proses produksi dan manufaktur di industri menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida dan metana. Selain itu, penggunaan energi fosil dalam industri juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca
  • Transportasi: Penggunaan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti mobil dan pesawat terbang, menghasilkan emisi gas rumah kaca. Transportasi menjadi salah satu sektor dengan kontribusi emisi gas rumah kaca yang signifikan
  • Pertanian: Praktik pertanian seperti penggunaan pupuk nitrogen, pengelolaan limbah ternak, dan padi sawah menghasilkan emisi gas rumah kaca, terutama metana dan nitrogen oksida. Pertanian juga berkontribusi pada deforestasi dan perubahan penggunaan lahan
  • Penggunaan Energi: Penggunaan energi listrik yang berasal dari pembangkit listrik tenaga fosil juga menghasilkan emisi gas rumah kaca. Beralih ke sumber energi terbarukan seperti energi surya dan angin dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca
Usaha untuk meminimalkan dampak perubahan iklim menjadi agenda dunia. Hal ini disebabkan dampak dari perubahan iklim merugikan umat manusia. Seperti:
  • Bencana Alam: Perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, dan kebakaran hutan.
  • Kesehatan Manusia: Perubahan iklim dapat berdampak pada kesehatan manusia. Perubahan cuaca ekstrem seperti panas berlebihan dan cuaca dingin ekstrim dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit jantung, dehidrasi, dan penurunan daya imun.
  • Kerusakan Lingkungan: Perubahan iklim dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, termasuk hilangnya habitat, penurunan kualitas air, dan penurunan kuantitas air
  • Perubahan iklim juga dapat menyebabkan kepunahan spesies
  • Ketidakstabilan Ekonomi: Dampak perubahan iklim dapat mengganggu sektor ekonomi, terutama sektor pertanian, perikanan, dan peternakan.
  • Perubahan iklim dapat mengurangi produktivitas pertanian dan mengancam suplai pangan.
  • Perubahan Sosial: Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan sosial seperti migrasi penduduk akibat kerusakan lingkungan dan ketidakstabilan ekonomi
  • Perubahan Pola Cuaca: Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan pola cuaca yang ekstrem, seperti badai destruktif, kekeringan, dan curah hujan yang tidak teratur.
Pada umumnya orang berpendapat tidak ada hubungan langsung antara perubahan iklim dan nubuatan Alkitab. Namun, beberapa orang percaya bahwa perubahan iklim dapat menjadi tanda akhir zaman. Mereka menunjuk ke ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang kekeringan, kelaparan, dan perang, yang semuanya dapat dikaitkan dengan perubahan iklim. Bahkan Yesaya menghubungkan sungai menjadi gurun dengan tindakan manusia menolak penyelamatana dari TUHAN.

Bila memperhatikan sungai Efrat dalam Wahyu 16:12 maka terlihat keringnya sungai Efrat bukan karena perubahan iklim atau pemanasan global melainkan cawan murka Allah tertumpah. Perhatikan: "Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur". Apakah pernyataan Kitab Wahyu salah karena faktor mengeringnya sungai Efrat kerena perbuatan utusan TUHAN, yaitu malaikat? Malaikat diduga menjadikan debit air sungai Efrat menjadi tidak ada.

Data sungai Efrat yang berhasil dihimpun menunjukkan sebagai berikut:
  • Sungai Efrat adalah sungai terpanjang di Asia Barat, membentang sekitar 2.780 kilometer (1.720 mil) dari sumbernya di Anatolia Turki hingga muaranya di Teluk Persia. Sungai ini mengalir melalui tiga negara: Turki, Suriah, dan Irak.
  • Sungai Efrat memiliki sumber air yang melimpah, yang berasal dari hujan, salju, dan mata air. Sungai ini juga menerima air dari beberapa anak sungai, yang terbesar adalah Sungai Ceyhan dan Sungai Murat.
Tahun Debit Air (M3/Detik) Populasi (Juta)
201656.21349,08
201754.67149,97
201855.26650.86
201954.97351,75
202056.15452,64
202153.64253,53
202253.09054,42

Debit air tidak dapat dipungkiri alami penurunan tetapi tidak nol. Data tahun 2023, misal seperti Di Nasiriyah, sungai Efrat mengering tetapi secara keseluruhan jumlah populasi yang berada di sekitar aliran sungai Efrat masih menunjukkan pertambahaan populasi sehingga permasalahan utama adalah manajemen pengelolaan air sungai yang kurang baik terutama lemahnya kerjasama antara negara Turki, Suriah dan Iraq.

Selama air masih mengalir yang ditunjukkan bahwa debit air tidak menjadi nol (nihil), maka pemerintah tiga negara dapat melakukan seperti:
  • Membangun bendungan dan waduk baru. Bendungan dan waduk dapat digunakan untuk menyimpan air dan mengatur aliran air sungai.
  • Meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi hemat air dan menerapkan praktik pertanian yang ramah lingkungan.
  • Mencari sumber air alternatif. Sumber air alternatif dapat berupa air hujan, air laut, dan air tanah.
  • Meningkatkan kerja sama regional. Kerja sama regional dapat dilakukan untuk berbagi air dan sumber daya lainnya. (Namun hal ini paling sulit)
Fenomena perubahan iklim tidak hanya terlihat dari berkurangnya debit air di sungai Efrat. Sejumlah sungai besar lainnya di dunia alami hal serupa. Seperti:
  • Sungai Colorado di Amerika Serikat telah mengalami penurunan debit air sebesar 20% sejak tahun 2000.
  • Danau Mead, yang merupakan reservoir utama Sungai Colorado, telah mengalami penurunan permukaan air sebesar 40 meter sejak tahun 1983.
  • Sungai Murray-Darling di Australia telah mengalami kekeringan terparah dalam 120 tahun terakhir.
  • Sungai Gangga di India dan Bangladesh telah mengalami penurunan debit air sebesar 15% sejak tahun 2000.
  • Sungai Yangtze di China telah mengalami penurunan debit air sebesar 10% sejak tahun 2000.
Dengan mempertimbangkan Yesaya 50:2 dan Wahyu 16:12 maka penurunan debit air adalah bentuk peringataan TUHAN agar manusia sebagai mandaris TUHAN mengelola bumi untuk lebih bijaksana dalam pemanfaatan sumber daya air dan juga bertobat serta terimalah anugerah keselamatan yang diberikan Yesus. Mengeringnya sebuah aliran sungai menjadi tandus bukan justru hidup dalam iri hati dan kemarahan terhadap daerah lain yang tetap mendapatkan air sehingga muncul konflik baru yang disebabkan air.

Alkitab, sebagai Firman TUHAN memang harus digenapi. Munculnya kekeringan, kelaparan, dan perang harus terjadi maka peristiwa sungai menjadi gurun dan fenomena perubahan iklim sesuatu yang dapat terjadi di berbagai wilayah dunia, namun hal ini seharusnya membuat manusia takut kepada TUHAN. Hidup percaya, taat dan lebih setia menghormati dan mengasihi TUHAN yang hingga sampai saat ini masih memberikan nafas hidup dan sumber air adalah kewajiban manusia.

Saat haus merindukan air, ketahuilah bahwa selain TUHAN menjadikan mata air untuk diminum oleh tubuh kita maka DIA juga mau memberikan air kehidupan yang diberikan melalui Yesus Kristus untuk jiwa manusia hingga keabadian di Surga. Bersyukurlah dan terimalah air pemberian TUHAN dengan sukacita baik untuk kelangsungan hidup di bumi dan juga di surga kelak yang ditawarkan kepada setiap manusia selama ada kesempatan.



Tulisan lainnya:
Mengenal Air Hidup Dan Air Kehidupan
Berjalan Di Atas Air
Deru Dan Gelora Laut Jelang KedatanganNya
Jatuh Bangun Hasil Bumi Israel Berkorelasi Dengan Yahweh
Akhir Zaman Bumi Semakin Tandus
Kerawanan Pandang Dalam Eskatologi



×
Berita Terbaru Update