Ia berkata kepada mereka: Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan,
// Τότε ἔλεγεν αὐτοῖς Ἐγερθήσεται ἔθνος ἐπ’ ἔθνος καὶ βασιλεία ἐπὶ βασιλείαν, { Lukas 21:10}
Teks di atas menyatakan bahwa kedatangan Yesus ke dua ditandai sejumlah konflik sekelompok manusia dengan kelompok lainnya sehingga konflik yang bersifat pribadi menjadi konflik umum antar kelompok manusia. Teks di atas adalah selaras dengan sejumlah tiori konflik yang dikenal sebagai antara lain:
Pemerhati konflik berusaha memahami konflik, tetapi hal itu adalah bagian dari keseharian manusia yang terjadi banyak pencetusnya, antara lain:
Manusia yang masih hidup dalam kedagingan, pekerjaan setan yang hendak mencuri, membunuh dan membinasakan dengan menjadikan pikiraan menjadi medan pertempuran yang kemudian menghasilkan konflik kiranya itu diizinkan TUHAN sehingga penderitaan konflik sebagai bagian rencana TUHAN sekalipun si jahat mereka-reka yang buruk tetapi TUHAN mengubahnya untuk kebaikan kita.
Melalui konflik, setan ingin menghancurkan kita tetapi Tuhan ingin membangun hidup kita. Apakah konflik itu menghancurkan atau menbangun? Neil T.A. memberikan tabel konfik, yaitu:
Setiap masalah dan konflik menuntun kepada suatu keputusan sebab masa sukar dalam konflik memaksa mengambil suatu sikap / pilihan dalam hidup dan menyingkapkan karakter kita.
Bagaimanakah tanggapan kita saat sedang konflik?
Konflik habiskan energi sehingga timbul usaha meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.
5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah
1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
Alkitab memuat banyak peristiwa pertikaian dan Alkitab mengisahkan bahwa perdamaian dimulai dari diri Allah sendiri yang memiliki inisiatif mendamaikan manusia yang berdosa dengan diri-Nya melalui Yesus Firman yang menjadi manusia. Adapun langkah berdamai menurut Neil Anderson adalah:
Yesus adalah teladan sempurna dan abadi sepanjang sejarah umat manusia saat hadapi konflik paling dashyat dan melalui karya penebus Yesus kita dapat berharap pengampunan yang memberikan kemenangan dan membangun kehidupan yang lebih baik sebab pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak melampaui kekuatan kita, pada waktu kita dicobai, TUHAN ALLAH menberikan jalan keluar sehingga kita cakap menanggungnya ----- Konflik itu menyakitkan dan bagian penderitaan jika hal itu bukan karena bersalah tetapi dibenci, difitnah, dianiaya atau ........tetapi .... penderitaan Ayub menjadikan Ayub akan timbul seperti emas.
Di dalam Tuhan ada pengampunan dan pembebasan terhadap konflik dan konflik yang terbesar yang perlu diselesaikan adalah masalah dosa antara manusia yang berdosa dengan Allah Mahakudus sehingga kita dapat masuk ke rumah BAPA Yang Mahakudus melalui Yesus Kristus Tuhan.
// Τότε ἔλεγεν αὐτοῖς Ἐγερθήσεται ἔθνος ἐπ’ ἔθνος καὶ βασιλεία ἐπὶ βασιλείαν, { Lukas 21:10}
Teks di atas menyatakan bahwa kedatangan Yesus ke dua ditandai sejumlah konflik sekelompok manusia dengan kelompok lainnya sehingga konflik yang bersifat pribadi menjadi konflik umum antar kelompok manusia. Teks di atas adalah selaras dengan sejumlah tiori konflik yang dikenal sebagai antara lain:
- Tiori Pandangan modern (Current View ) dari Stoner dan Freeman. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
- Tiori Pandangan kontemporer oleh Myers. Konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
Pemerhati konflik berusaha memahami konflik, tetapi hal itu adalah bagian dari keseharian manusia yang terjadi banyak pencetusnya, antara lain:
- Terjadinya perubahan sehingga menimbulkan gesekan antara yang ikut arus perubahan dengan yang bersikap statis yang tradisional.
- Adanya keragaman sehingga menimbulkan perbedaan identitas yang dapat menyulut konflik dan pertentangan..
- Pergeseran menuju pemberdayaan (Struktur Organisasi) sehingga menghadirkan konflik antar individu kerap terjadi diantara orang-orang yang digeser maupun yang mendapat promosi jabatan, kekuasaan.
- Psikologis manusia yang diwarnai ketidakmatangan emosi akan menimbulkan berbagai macam konflik dalam hubungan dengan orang lain. Sikap dan perilaku tidak dewasa, kurang berpikir panjang, emosional, kekanak-kanakan, merupakan sebab-sebab yang kerap memicu konflik antar pribadi.
- Komunikasi yang disebabkan salah pengertian berkenaan dengan bahasa atau kalimat yang digunakan, bahasa yang sulit dimengerti, informasi yang tidak lengkap maupun gaya pimpinan yang tidak konsisten. Neil T Anderson dalam berkomunikasi membutuhkan tiga hal agar tidak jadi konflik yaitu : hubungan yang benar dengan Allah, Mengasihi sesama dan kemampuan berkomunikasi yang biasa disesuaikan dengan sikap penghargaan terhadap hubungan tersebut dan tinggi atau rendahnya kebutuhan dalam menjalin komunikasi.
- Hubungan Pribadi yang meliputi ketidaksesuaian antara tujuan-tujuan organisasi dan nilai-nilai sosial pribadi, serta adanya perbedaan dalam peranan, nilai-nilai atau persepsi
- Konflik rekayasa. Konflik yang diciptakan dengan tujuan tertentu dan memiliki kemampuan menjadi peace maker dari konflik yang direkayasa dengan strategi manajemen konflik.
Masalah | Yang berkonflik | Referensi |
Dosa | Adam dan Hawa | Kejadian 3 |
Kekayaan | Abram dan Lot | Kejadian 13 |
Kecemburuan | Yusuf dan saudara-saudaranya | Kejadian 37; 42-45 |
Kekuasaan | Miryam dan Harun | Bilangan 12 |
Seksuaitas | Anak-anak perempuan Zelofehad | Bilangan 27;36 |
Dusta | Ananias dan Safira | Kisah Rasul 15:1-10 |
Menilai seseorang | Barnabas dan Paulus | Kisah Rasul 15:37-39 |
Hati nurani | Yang lemah dan yang kuat | Roma 14 |
Rasisme | Yahudi dan bukan Yahudi (bangsa Kafir) | Efesus 2:11-22 |
Ketidaksepakatan | Euodia dan Sintikhe | Filipi 4:2-3 |
Elitisme | Filemon dan Onesimus | Filemon 8-22 |
Manusia yang masih hidup dalam kedagingan, pekerjaan setan yang hendak mencuri, membunuh dan membinasakan dengan menjadikan pikiraan menjadi medan pertempuran yang kemudian menghasilkan konflik kiranya itu diizinkan TUHAN sehingga penderitaan konflik sebagai bagian rencana TUHAN sekalipun si jahat mereka-reka yang buruk tetapi TUHAN mengubahnya untuk kebaikan kita.
Melalui konflik, setan ingin menghancurkan kita tetapi Tuhan ingin membangun hidup kita. Apakah konflik itu menghancurkan atau menbangun? Neil T.A. memberikan tabel konfik, yaitu:
Menghancurkan | Membangun |
Orang tidakmengerti nilai konflik yang secara alamiah muncul saat pendapat-pendapat dan sudut-sudut pandang lain dinyatakan | Orang mengerti kebutuhan untuk mendengarkan pihak lain sehingga keputusan-keputusan yang bertanggung jawab di susun |
Pilihan Menang atau kalah | cari solusi menang-menang |
Melakukan dengar cara saya paling cocok | Melakukan dengan cara TUHAN |
Dengan sadar melakukan mekanisme pertahan seperti: penyangkalan, penuduhan, penekanan, menarik diri, penyerangan | Adanya kepedulian terhadap orang lain tentang kebenaran |
Terkunci atau mengunci dengan sudut pandangan sendiri dan menolak pertimbangan sudut pandang dan pemikiran lainnya | memandang kesepakatan yang lebih baik dari pada saran individu mana pun |
Mengambil jalan dengan menyerang pribadi, bukan memusatkan perhatian kepada masalah-masalahnya | Ketidak sepakat terbatas kepadamasalah-masalah,bukannya pada pribadi-pribadi |
Pemikiran-pemikiram dan pendapat-pendapat lebih dihargai dibanding hubungan-hubungan | Hubungan-hubungan penting bukan sekedar menang atau benar |
Setiap masalah dan konflik menuntun kepada suatu keputusan sebab masa sukar dalam konflik memaksa mengambil suatu sikap / pilihan dalam hidup dan menyingkapkan karakter kita.
Bagaimanakah tanggapan kita saat sedang konflik?
Bunuh diri | Melarikan diri | Meyangkal | Abaikan | Diskusi | Negoisasi | Meditasi | perantara | Pemuridan Kristen | Proses Pengadilan | Serang | Bunuh | |
Tanggapan Melarikan diri
|
Tanggapan Perdamaian
|
Tanggapan Penyerangan
|
Konflik habiskan energi sehingga timbul usaha meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama.
5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah
1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
Alkitab memuat banyak peristiwa pertikaian dan Alkitab mengisahkan bahwa perdamaian dimulai dari diri Allah sendiri yang memiliki inisiatif mendamaikan manusia yang berdosa dengan diri-Nya melalui Yesus Firman yang menjadi manusia. Adapun langkah berdamai menurut Neil Anderson adalah:
- Perhatikan gambaran Allah.
- Ingat kenanga-kenangan indah.
- Rasa sakit diungkapkan
- Mencari pengampunan dan atau mengampuni.
- Nyatakan kesetiaan
- Buat perjanjian kesepakatan
- Berkati.
Yesus adalah teladan sempurna dan abadi sepanjang sejarah umat manusia saat hadapi konflik paling dashyat dan melalui karya penebus Yesus kita dapat berharap pengampunan yang memberikan kemenangan dan membangun kehidupan yang lebih baik sebab pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak melampaui kekuatan kita, pada waktu kita dicobai, TUHAN ALLAH menberikan jalan keluar sehingga kita cakap menanggungnya ----- Konflik itu menyakitkan dan bagian penderitaan jika hal itu bukan karena bersalah tetapi dibenci, difitnah, dianiaya atau ........tetapi .... penderitaan Ayub menjadikan Ayub akan timbul seperti emas.
Di dalam Tuhan ada pengampunan dan pembebasan terhadap konflik dan konflik yang terbesar yang perlu diselesaikan adalah masalah dosa antara manusia yang berdosa dengan Allah Mahakudus sehingga kita dapat masuk ke rumah BAPA Yang Mahakudus melalui Yesus Kristus Tuhan.
- Tulisan lainnya:
- Pembawa Damai Saat Konflik
- Biaya Konflik Dan Gaya Manajemen Perusahaan
- Perpecahan Dalam Gereja
- Yesus Dan Integrasi Sosial
- Meminimalkan Risiko Selingkuh
- Kedamaian Tetapi Pedang