Teks di atas memberi gambaran bahwa Paulus mendengar ada perpecahan dalam jemaat, dan Paulus percaya terhadap berita tersebut. Lalu dilanjutkan bahwa perpecahan harus terjadi agar nyata siapa tahan uji. Apakah untuk menentukan siapa yang tahan uji harus ada perpecahan? Apakah jemaat Korintus telah masuk masa pengujian sehingga harus terjadi perpecahan? Bukankah Yesus telah berkata bahwa setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan? Bukankah perpecahan di jemaat Korintus justru melemahkan kondisi jemaat, lalu dihubungankan dengan tahan uji?
Perpecahan dalam 1 Korintus 11:18 berbeda dengan 1 Korintus 11:19, hal itu dapat terlihat jika kita membaca teks Yunani yang dipakai. Dalam 1 Korintus 11:18 dipakai kata σχίσματα / schismata yang bermakna "perpecahan, pembagian, perbedaan pendapat, keretakan" yang dipengaruhi adanya konflik faktor sosio-ekonomi yang menunjukkan dalam jemaat Korintus terdapat kelas sosial yang berbeda didalamnya dan pemimpin jemaat tidak dapat menangani permasalahan sosial yang terjadi. Sedangkan 1 Korintus 11:19 kata yang dipakai adalah αἱρέσεις / haireseis yang berarti pilihan, pendapat, sekte agama atau filosofis, perselisihan atau pertengkaran. NASB Translation menterjemahkan faksi, ajaran sesat, sekte. Utley menyatakan hairesis menunjuk kepada bidah atau untuk menjelaskan:
- Seseorang yang percaya ajaran palsu (lih. Titus 3:10)
- Ajaran sesat itu sendiri (lih. 2 Petrus 2:1).
Perpecahan yang sangat sulit dihadapi adalah adanya perbedaan pandangan teologi yang muncul yang melahirkan perbedaan doktrin. Hal ini dapat dianggap bidah / sesat dan atau dapat juga pembaharuan pengajaran sehingga melahirkan gerakan revitalisasi ( jemaat gereja terlalu adem ayem terlalu mampan lupa misi lalu ada yang mendorong untuk kembali ke ajaran alkitab tapi malah diusir ) yang berakhir dengan pengakuan satu iman tapi beda pandangan / denominasi. Perpecahan akibat doktrin yang berbeda menyebabkan pergeseran dari percaya adanya kebenaran mutlak menjadi membangun kebenaran kelompok dan pluralisme. Perlu peran Roh Kudus dalam kasus ini dan TUHAN sendiri yang menentukan derajat kekeliruan pengajaran dogma, apakah sampai kepada kesesatan yang menguburkan anugerah keselamatan. Jika masih berada dalam anugerah keselamatan, maka perpecahan tidak sampai melahirkan penyebutan bidah sesat. Dalam perkembangannya perpecahan gereja sering dikatakan sebagai schismata dan pemakaian kata haireseis tidak dipakai sekalipun penyebab perpecahan disebabkan pengajaran baru yang berbeda. TUHAN itu sempurna sedangkan manusia tidak... tetapi jika sudah sempurna yakni tinggal dalam surga maka yang tidak sempurna akan lenyap.
Perpecahan dalam jemaat di Korintus juga disebabkan terkotak-kotaknya jemaat dengan membentuk kelompok sendiri-sendiri dengan membangun kubu-kubu dalam jemaat. Jemaat beranggapan bahwa "Aku dari golongan Paulus atau aku dari golongan Apolos atau aku dari golongan Kefas atau aku dari golongan Kristus. Terbaginya jemaat Korintus menjadi bermacam-macam golongan adalah peringatan bagi gereja di zaman Post modern mengenai bahayanya sektarianisme. Masalah-masalah personal mudah sekali menyulut terjadinya perpecahan.
Saat berhadapan dengan perpecahan di jemaat Korintus yang terbagi-bagi menjadi golongan-golongan tertentu maka Paulus menasihatkan supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. 1 Korintus 1:10. Agar bersatu maka diperlukan saling memperhatikan antar anggota-anggota yang berbeda dengan karunia yang berbeda agar dapat saling melengkapi. (1 Korintus 12:25 supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan)
Kesatuan hati dalam memperhatikan tubuh Kristus yang lemah sesuatu yang penting. Waktu Yesus datang ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Persatuan memudahkan orang mendengar kabar baik dari Yesus Kristus sedangkan perpecahan dapat mengaburkan kesaksian.
Perpecahan dalam pekerjaan misi dikisahkan juga dalam Kisah Para Rasul saat Paulus dan Barnabas berpisah karena perselisihan yang tajam mengenai Markus yang pernah meninggalkan pelayanan di Pamfilia dan kembali ke Yerusalem. Barnabas dan Markus kemudian pergi ke Siprus sedangkan Paulus mengajak Silas keliling Siria. Perpecahan pelayanan Paulus dan Barnabas tidak mengaburkan kesaksian sebab mereka tetap fokus melanjutkan misi melayani Yesus Kristus tidak rebutan "asset dan tempat pelayanan". Barnabas kemudian menjadi Martir di daerah Siprus tahun 61 M sedangkan Paulus menjadi martir di Roma tahun 67 M. Markus melanjutkan misi dimana Gereja Koptik adalah buah pelayanan Markus. Markus kemudian diterima oleh Paulus setelah menyadari bahwa pelayanan Markus dianggap penting. Paulus berselisih dengan Markus tetapi kemudian berdamai kembali.
Perpecahan dalam gereja dapat terjadi disebabkan campur tangan pihak di luar gereja misal politik negara. Contoh terkenal adalah perpecahan Avignon Papacy. Kepausan Avignon, periode dari tahun 1309 hingga 1376 di mana tujuh paus berturut-turut tinggal di Avignon (saat itu di Kerajaan Arles, bagian dari Kekaisaran Romawi Suci, sekarang di Prancis) daripada di Roma. Situasi muncul dari konflik antara kepausan dan mahkota Prancis, yang berpuncak pada kematian Paus Bonifasius VIII setelah penangkapan dan penganiayaannya oleh Philip IV dari Prancis. Selain konflik Kepausan Roma dengan Perancis... yang cukup fenomenal adalah ketika Raja Henry VIII dari Inggris memisahkan seluruh gereja-gereja di kerajaannya dari persekutuan dengan Paus yang melahirkan gereja Anglikan.
Potensi perpecahan dalam gereja sangat besar, baik secara dogma gereja yang berkembang, konflik sosial dalam gereja, perselisihan pemimpin gereja hingga campur tangan luar gereja seperti pengaruh politik / kebijaksanaan pemerintah serta berkembangnya paham postmodern dalam gereja. Situasi dalam mengatasi perpecahan cenderung tertuju permasalahan jemaat. Misal; Lukas kusuma membatasi mencegah perpecahan gereja dalam koridor jemaat harus didewasakan sehingga:
- Buang semua kebencian
- Buang tipu muslihat Iblis
- Buang sifat egois
- Buang sifat kanak-kanak
- Tulisan lainnya:
- Manusia Dan Konflik
- Pembawa Damai Saat Konflik
- Saat Kena Fitnah
- Pembimbing Sejarah Gereja
- Management Gereja