Roma 15:28 Apabila aku sudah menunaikan tugas itu dan sudah menyerahkan hasil usaha bangsa-bangsa lain itu kepada mereka, aku akan berangkat ke Spanyol melalui kota kamu.// τοῦτο οὖν ἐπιτελέσας, καὶ σφραγισάμενος αὐτοῖς τὸν καρπὸν τοῦτον, ἀπελεύσομαι δι’ ὑμῶν εἰς Σπανίαν·
Teks di atas adalah buah pelayanan Paulus dari bangsa bukan Yahudi sehingga mereka mengenal Kristus TUHAN dan menjadikan mereka hidup dalam kasih Allah sehingga wujud kasih Allah yang murah hati telah memeteraikan mereka dalam kasih Allah, mereka memberikan kekayaan / uang yang dimiliki untuk disalurkan kepada bangsa Israel yang sedang alami masalah dan memerlukan bantuan keuangan dalam kehidupannya. Dalam memberikan bantuan mereka memberikan dengan sukarela dan tulus sehingga disisihkan sebagian kekayaannya untuk disalurkan menjadi bantuan yang berharga saat alami masalah dan hal tersebut sekarang sering dinamakan Filantropi.
Filantropi (bahasa Yunani: philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia) adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia, sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Biasanya, filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk kaum miskin. Seorang filantropis seringkali tidak mendapatkan dukungan menyeluruh terhadap tindakannya. Tuduhan yang sering diterima adalah mengenai masalah tujuan amal (seperti mendanai seni bukannya memerangi kelaparan dunia), atau memiliki tujuan terselubung seperti penghindaran pajak dengan efek samping popularitas.
Bantuan juga bukan saja dilakukan oleh perorangan, saat ini bantuan kemanusiaan dapat dilakukan oleh perusahaan yang dikenal sebagai Corporate social responsibility (CSR) atau dinamakan sebagai Tanggung jawab sosial perusahaan / hati nurani perusahaan, perusahaan kewarganegaraan, kinerja sosial, atau berkelanjutan bisnis yang bertanggung jawab / bertanggung jawab bisnis) Melalui kegiatan CSR, perusahaan yang telah diterima kehadirannya di tengah masyarakat memberikan respon terhadap kebutuhan masyarakat sekitarnya dengan menyisihkan laba yang diperoleh sebagai wujud kebersamaan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan di tengah masyarakat yang membutuhkan bantuan dan menjadi populer saat media massa memuat artikel "Jokowi, saat pertama kali diberi mandat untuk memimpin Jakarta adalah bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dapat menyumbang pada pembangunan di Ibu Kota". yang diikuti dengan pemberitaan di media massa yang memuat perusahaan perusahaan yang melakukan kegiatan CSR.
CSR yang mulai populer tahun 1960-an adalah proses dengan tujuan untuk menerima tanggung jawab atas tindakan perusahaan dan mendorong dampak positif melalui kegiatan-kegiatannya pada lingkungan, konsumen, karyawan, masyarakat, stakeholder dan seluruh anggota lain dari ruang publik yang mungkin juga dianggap stakeholder.
Dirk Matten menyatakan bahwa ada empat alasan utama perusahaan melakukan pratik pratik CRS, yaitu :
- 1. Ekonomi CSR meningkatkan citra perusahaan yang merupakan asset meski tidak terlihat karena melakukan tanggung jawab sosial yang turut membentuk kepuasan pelanggan dan mencegah aksi boikot atau tindakan yang tidak menyenangkan lainnya serta membangun kesetiaan sebagai investasi jangka panjang.
- 2. Manajerial CSR membantu mengelola stakeholder dalam menjawab masalah-masalah manajemen sehari-hari dengan mengurangi resiko ketegangan/konflik antara pemegang saham dengan karyawan, internal perusahaan dengan masyarakat dan perusahaan dengan pelanggannya.
- 3. Etis Memastikan nilai-nilai moral dijunjung tinggi, misal prinsip meja bundar CAUX bagi bisnis yaitu "Tripple Bottom Line (profit, people,planet)" dengan menganggap kelestarian alam sejajar dengan kepentingan manusia dan keuntungan bisnis. Persoalan etis erat kaitannya dengan ISO 26000
- 4. Politis Untuk memastikan dan meneguhkan bahwa perusahaan diterima dan diakui sebagai anggota dalam sistem masyarakat yang bertanggungjawab. Sementara McWilliams dan Siegel menunjukkan bahwa ketika model benar ditentukan; itu adalah, ketika Anda kontrol untuk investasi dalam penelitian dan pengembangan, determinan penting dalam menentukan kinerja keuangan, CSR memiliki dampak yang netral pada hasil keuangan.
Di buku berjudul Misguided Virtue: False Notions of Corporate Social Responsibility (2001) David Henderson berargumen kuat terhadap cara di mana CSR pecah dari perusahaan nilai tradisional-pengaturan. Dia mempertanyakan "tinggi" dan kadang-kadang "harapan yang tidak realistis" pada CSR CSR yang populer tahun 1960-an adalah proses dengan tujuan untuk menerima tanggung jawab atas tindakan perusahaan dan mendorong dampak positif melalui kegiatan-kegiatannya pada lingkungan, konsumen, karyawan, masyarakat, stakeholder dan seluruh anggota lain dari ruang publik yang mungkin juga dianggap stakeholder.
Beberapa berpendapat lain menyatakan bahwa CSR hanyalah barang pajangan, atau upaya untuk mengacaukan peran pemerintah sebagai pengawas atas yang kuat perusahaan multinasional. Sosiolog politik menjadi tertarik pada CSR dalam konteks teori-teori globalisasi, neo-liberalisme dan kapitalisme akhir. Mengadopsi pendekatan kritis, sosiolog menekankan CSR sebagai bentuk legitimasi kapitalis dan khususnya menunjukkan bahwa apa telah dimulai sebagai sebuah gerakan sosial terhadap kekuasaan korporasi tanpa hambatan telah dikooptasi oleh dan berubah oleh perusahaan-perusahaan menjadi 'model bisnis' dan 'manajemen risiko' perangkat, sering dengan hasil yang dipertanyakan.
Wayne Visser menyatakan bahwa sekalipun CSR berasal dari konsep "Barat" tetapi Asia sudah sejak lama menerapkan tanggung jawab sosial terutama di negara India ( Indonesia sangat tertinggal dan CSR sesuatu yang baru) dengan titik berat kepada persoalan pendidikan, lingkungan, olahraga dan kesejahteraan pekerja dengan bersumber kepada nilai keagamaan sehingga CSR di Asia dapat lebih ditekankan soal filantropis dibandingkan dengan pendekatan tanggungjawab etis.
Dogma gereja sebagai sumber pengajaran pratik filantropis seharusnya memiliki dasar yang kuat mengerakan organisasi gerejawi dan perusahaan milik umat TUHAN untuk masuk masuk kegiatan CSR dengan penekanan sisi filantropis dan etika sebab Alkitab memiliki dasar pedoman yang kuat melakukan hal tersebut....... teks di atas juga adalah praktik Filantropis yang dilakukan jemaat mula-mula dimana Paulus mengerakan gereja Tuhan melakukan tugas dan fungsiya yang mengasihi sesama manusia yang memiliki filsafat yang berbeda dengan pola pendekatan tanggung jawab sosial dalam sistem manajemen sebab memperhitungkan aspek citra perusahaan sebagai modal perusahaan di masa depan, sedangkan ajaran yang bersumber Alkitab segala sesuatu berikan dengan tulus tanpa harus dipublikasi sebab Bapa di sorga meihat dan tahu serta ada berkat dari Bapa atau sudah ada berkat yang didapat sebagaimana layaknya pola CSR yang dikembangkan konsep Manajemen "Barat" seperti yang diungkap dalam "keunggulan kompetitif dan Corporate Social Responsibility oleh Michael E. Porter"
Di sisi lain Filantropis mendapatkan tantangan sebab ada sejumlah ahli yang tidak menyukai pendekatan berbasis filantropi dengan alasan tidak membantu membangun keterampilan populasi lokal, sedangkan pembangunan berbasis komunitas biasanya mengarah pada pembangunan yang lebih berkelanjutan. Sebuah tantang diperhadapkan bagi filantropi menjawab pembangunan yang berkelanjutan sebab hal itu tidak harus selalu dimulai dan hanya diisi dengan aksi penyelamatan lingkungan hidup.
Tanggung jawab sosial dengan memberi sumbangan sosial bukanlah bentuk kemurahan hati melainkan dalam perspektif teologis dan etika adalah sebagai ungkapan syukur atas kemurahan TUHAN sebab setiap keuntungan dan kekayaan yang dimiliki adalah berkat TUHAN dan manusia bukanlah bersifat mutlak buah karya perjuangan berusaha semata-mata bahkan ada tanggungjawab yang dituntut karena diberikan karunia yang lebih banyak sebab orang yang memiliki "talenta" yang banyak diharapkan hasil laba "talenta yang lebih besar" dalam wujud etika sosial dan spiritual, hal itu terlihat dalam kisah Ananias dan Safira adalah sebuah contoh bahwa ada etika dan nilai spiritual yang terkadung saat melakukan tindakan filantropis dan bersifat sukarela.
Seluruh kegiatan diakonia di gereja adalah bentuk dari CSR meskipun ruang lingkup CSR lebih komplek namun dalam sudut pandang teologis-etis Alkitab harus dibedakan dengan kegiatan promosi atau ramuan marketing lainnya dalam menjalankan roda bisnis perusahaan yang sarat dengan kepentingan internal perusahaan atau pelaku filantopis atau CSR sekalipun dampaknya dapat saja tetap sama, yaitu citra membaik/meningkat yang akan menjadi nilai tambah perusahaan - nilai perusahaan dapat naik.
CSR adalah konsep manajemen yang sarat dengan pertimbangan bisnis sehingga berkembang misalnya : Akutansi sosial, Indeks FTSE4Good, sosial lisensi, manajemen resiko dll sehingga CSR memiliki prinsip prinsip utama yang melibatkan tanggung jawab sosial dengan memperhatikan aspek ekonomi, hukum, etika dan "discretionary" . Perusahaan perlu menghasilkan keuntungan, sementara beroperasi dalam undang-undang negara. Perusahaan juga perlu etika, tetapi memiliki hak untuk menjadi "discretional" tentang keputusan itu membuat. Tingkat respon sosial perusahaan untuk masalah termasuk menjadi reaktif, defensif, responsif dan interaktif yang sarat isu-isu manajemen. Bila aspek manajemen CSR sulit dipahami, Alkitab menyatakan kepada kita pengajaran soal filantropis meski harus dilakukan dengan bijaksana, antara lain :
- Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. ( Amsal 11:24)
- Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. (Amsal 25:21)
- Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." ( Lukas 6:38)
- Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! ( Roma 12:13)
- Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki. ( Amsal 28:27)
Kitab Pengkhotbah: 12:13 Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. 12:14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.
- Tulisan lainnya:
- Ajaran Memberi Sumbangan Berdasarkan Alkitab
- Ajaran Perpuluhan
- Hamba Uang
- Nama Baik Perusahaan Era Informasi
- Membangun I Branding
- Pola Bisnis Allah Dan Sistem Manajemen