-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Pembinaan Warga Jemaat Dewasa

Minggu, 12 Desember 2021 | Desember 12, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-17T21:10:32Z
Pembinaan warga jemaat sebuah gereja lokal bukan hanya ditujukan kepada anak-anak, remaja dan pemuda tetapi keseluruh jemaat termasuk orang dewasa. Gereja sedang dituntut oleh Tuhan Yesus untuk belajar dan berbuat untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain juga bagi kemuliaan Allah. Hal inilah yang menjelaskan hakikat dan arti gereja yang melebihi dari tugas persekolahan sebagai lembaga pendidikan formal. Meskipun gereja adalah tubuh Kristus, umat Allah, dan pesekutuan orang percaya, namun ia juga merupakan institusi (lembaga) yang membawa umat untuk bertumbuh dalam iman kepada Allah melalui Yesus Kristus, oleh firman-Nya.

Colson dan Rigdon mengemukakan empat alasan mengapa gereja harus memerlukan pendidikan dan pembinaan, yaitu:
  1. Karena diamanatkan oleh Tuhan Yesus Kristus, yakni memperlengkapi mereka yang percaya menjadi murid Tuhan. (Matius 28:19-20)
  2. Injil menghendaki adanya pembelajaran, supaya mereka yang telah mendengar dan percaya Yesus Kristus, bertumbuh dalam iman, juga semakin memahami Injil itu sendiri.
  3. Sejarah gereja menunjukkan bahwa dengan adanya pendidikan bagi warga, jemaat bertumbuh dan berkembang. Kisah Rasul saja menunjukkan bahwa jemaat mula-mula aktif dalam kegiatan belajar. (Kisah Para Rasul 2:24) Rasul Paulus sendiri aktif mendidik dan mengajari jemaat supaya bertumbuh dalam relasi yang dinamis bersama Yesus Kristus. Mereka juga dimampukan untuk memaknai kehidupan dengan berbagai pergumulannya.
  4. Situasi zaman di mana gereja hidup menuntut pembinaan dan pendidikan. Nilai zaman yang berubah mengharuskan gereja melakukan tugas pendidikan dan pengajaran supaya mereka mampu membaca tanda-tanda zaman itu sendiri. Kalau Amanat Agung Yesus hendak diwujudkan gereja, maka ia harus berpikir dan bertindak secara strategis. Dalam rangka menjadikan semua orang menjadi murid Yesus, pemberita Injil, pembaptisan dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus, serta pengajaran supaya orang percaya menjadi pelaku ajaran Kristus, maka kurikulum dibutuhkan
Secara umum pembelajaran orang dewasa menurut Lunandi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknis, dan jiwa profesionalisme para pesertanya. Proses pendidikan orang dewasa harus mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang bersifat (dapat dikategorikan) sebagai perkembangan pribadi, dan peningkatan partisipasi sosial dari individu yang bersangkutan. Menurut Setiana tujuan dari pendidikan orang dewasa pada hakekatnya adalah terjadinya proses perubahan perilaku menuju ke arah yang lebih baik dan menguntungkan hanya dapat terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang cukup mendasar dalam bentuk atau peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sekaligus sikap. Pendidikan atau pembinaan warga jemaat dewasa sebagai kegiatan gereja diharapkan dapat membantu kelompok usia itu untuk meraih dan mewujudkan makna kehidupan mereka berdasarkan firman Tuhan atau menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan dan membawa individu kedalam hubungan yang benar dengan Allah dan sesamanya dalam perspektif kebenaran Kristen yang mendasar tentang semua kehidupan termasuk bertanggung jawab dalam dunia kerjanya

Secara teknis, ada beberapa perilaku yang dapat menghambat proses belajar orang dewasa antara lain sebagai berikut:
  • Harapan seseorang untuk mendapatkan hal-hal baru, namun yang didapatkan ternyata tidak sesuai dengan harapan sehingga yang bersangkutan menjadi tidak respons atau tidak tertarik lagi terhadap apa yang diberikan dalam proses belajar yang sedang berlangsung.
  • Teori yang muluk-muluk sehingga meragukan kemungkinan penerapannya dalam praktik.
  • Harapan mendapatkan petunjuk baru, namun harus mencari pemecahan.
  • Pesan bersifat umum, tidak spesifik, sehingga tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi peserta.
  • Sulit menerima perubahan
Selain sejumlah perilaku yang menghambat, ada kendala-kendala belajar yang dialami okeh orang dewasa, antara lain :
  1. Hambatan secara fisiologis.
    • Panca Indera. Untuk mereka yang berusia di atas empat puluh tahun, hambatan dalam indera penglihatan, dan pendengaran sering terjadi.
    • Penurunan daya fisiologis manusia terjadi sejak di usia 35 tahun. Hal ini dapat menjadi faktor penghalang dalam kegiatan belajar.
    • Ganguan pernafasan seperti yang disebabkan bronkhitis kronis, yang tentu saja dapat menganggu konsentrasi belajar. Kalau seseorang terus menerus batuk ketika kegiatan belajar berlangsung, maka hal itu dapat menganggu konsentrasi yang lainnya.
    • Ganguan pencernaan, dapat menganggu proses berpikir mengalami masalah.
    • Ganguan kesehatan lainnya, termasuk penyakit diabetes yang membuat orang sering harus ke tiolet ketika acara pembinaan tengah berlangsung.
    • Pengaturan ruang belajar perlu kita pikirkan dengan baik agar peserta didik dapat lebih konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar. Kalau kita mengadakan acara retreat ataupun camping beberapa hari misalnya, masalah gizi dan jadwal acara pun harus dipertimbangkan agar tidak terlalu padat dan menekan.
  2. Hambatan secara psikologis.
    • Lemahnya motivasi. Ada dua jenis motivasi. Pertama, motivasi yang datang dari luar (eksternal) seperti pujian orang, suasana belajar yang menyenangkan, kawan-kawan yang mendukung dan menerima; atau adanya sanksi atau hukuman yang menentang kalau tidak mengikuti kegiatan dengan baik. Kedua, motivasi yang tumbuh dari dalam diri sendiri seperti rasa ingin tahu, perasaan puas dan bahagia. Peserta didik dewasa perlu mendapat bantuan dalam hal pembangkitan motivasi ini.
    • Ketidakstabilan emosi, sulit menguasai diri, khusus dalam relasi dengan orang lain di dalam atau di luar rumah. Tidak jarang kita menemukan peserta pembinaan yang mudah tersinggung ketika pandangannya kurang berkenan bagi rekan-rekan.
    • Pengalaman masa lalu - kekecewaan atau frustasi; pengalaman buruk dalam segi belajar disekolah atau diluar sekolah. Orang menjadi enggan berusaha untuk memahami hal-hal yang baru karena tidak merasa tidak berdaya atau kurang kompeten.
    • Mekanisme pertahanan diri, yakni strategi yang dilakukan individu dalam menghadapi masalah seperti konflik --- rasionalisasi, represi, penyangkalan diri, substitusi, agresi, bersikap pasif, dll. Bila berhadapan dengan masalah, juga konflik, orang dewasa akan menunjukkan satu atau lebih mekanisme pertahanan diri di dalam menghadapi dan mengatasinya.
    • Cara berpikir atau cara belajr -- tipe lamban atau cepat; tipe teliti atau tergesa-gesa; tipe analisis atau sintesis; ada pula tipe perasa dan pemikir. Perbedaan ini harus dipahami oleh pembina orang dewasa, supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kelebihan seorang peserta pembina dapat melengkapi kekurangan peserta lainnya.
  3. Hambatan secara sosiologis.
    • Kebimbangan peran. Hal ini terutama dialami oleh peserta didik dewasa awal yang belum tuntas pencarian jati dirinya. Mereka ingin mencoba peran ini atau itu dan sebab itu menyibukkan diri dalam upaya itu.
    • Suasana tidak akrab atau tidak bersahabat. Suasana diantara anggota kelompok yang kurang akrab atau kurang bersahabat dapat menganggu kegiatan belajar. Dalam situasi semacam itu perasaan sebagai "orang asing" (terisolasi) bertumbuh, menyebabkan rasa tidak aman dan tidak nyaman. Karena hambatan itu harus diatasi dengan baik dan berhati-hati. Upaya untuk mengakrabkan para peserta didik diperlukan sekali, seperti melalui ice-breaking lewat permainan.
    • Beratnya tanggungjawab pemeliharaan atau rasa jenuh (stagnasi) Hal ini umumnya dialami oleh mereka pada tingkat usia dewasa paruh baya. Kegiatan belajar mengajar bersama orang dewasa harus sedemikian rupa menyenangkan, dan tidak dipenuhi dengan tugas-tugas yang berat. Apa yang dipelajari harus dirasakan bermanfaat di masa kini.
    • Kecewa atas masa lalu. Perasaan kecewa atas perjalanan hidup dimasa lalu dapat terbawa dalam kegiatan belajar mengajar yang diikuti orang dewasa. Mereka dapat mengungkapkan sikap pesimis atas apa yang sedang dipelajari. Muncul perasaan bahwa kegiatan yang ditempuhnya tidak membawa manfaat.
  4. Hambatan spritual.
    • Belum menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (1 Korintus 2:14; 2 Korintus 5:17) Hal ini membuat peserta didik kurang berminat atau tidak memahami hal-hal rohani yang kita ajarkan. Kita tahu bahwa dalam diri orang yang sudah dilahirkan kembali atau yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus, pekerjaan Roh Allah menjadi lebih nyata. Roh itulah yang membangkitkan berbagai potensi baru.
    • Terlambat dalam pertumbuhan (lamban) (Ibrani 5:11-6:11) Jemaat penerima surat Ibrani dahulu memiliki sikap mental seperti ini. Ini berkaitan dengan sikap yang kurang memberi diri untuk segera maju di dalam iman. Dewasa ini pun banyak orang merasa kurang perlu bertumbuh dalam hal kerohanian. Mereka tidak melihat nilai dari iman itu sendiri dan dalam kehidupan nyata. Masalah iman dianggap hanya urusan masa depan di balik kematian.
    • Adanya dosa yan menghambat. (Efesus 4:30-32) Adanya dosa yang belum diakui dapat menganggu pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita. Akar pahit, kemarahan, pikiran cabul, keterlibatan dengan kuasa gelap, antara lain merupakan perkara serius yang menghambat proses dan keefektifan belajar. Karena itu orang dewasa perlu mendapatkan bimbingan rohani agar senantiasa memeriksa diri dan membereskan di hadapan Tuhan
A.M.Wijipurnomo berpendapat Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang mampu berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa, yaitu:
  • Pembelajaran orang dewasa sangat berbeda dengan pembelajaran anak-anak. Kaidah pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran orang dewasa adalah perbincangan kumpulan, penyelesaian masalah dan bertukar pengalaman.
  • Orang dewasa belajar dengan lebih baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam proses merancang, menilai dan melaksanakan proses pembelajaran yang mereka ikuti.
  • Orang dewasa belajar dengan lebih berkesan apabila topik itu bernilai, serta mampu membantu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan dan pekerjaan mereka sehari-hari.
  • Orang dewasa belajar dengan baik apabila mereka mempunyai motivasi untuk berubah, self-discovered atau mempunyai keterampilan dan strategi spesifik
  • Salah satu kendala dalam pembelajaran orang dewasa adalah bahwasanya orang dewasa pada umumnya telah memiliki pengetahuan dan sikap sehingga sulit menerima perubahan.
Pembinaan warga jemaat dewasa memerlukan bimbingan Firman Allah dan Roh Kudus agar gereja Tuhan diperlengkapi aneka hikmat Allah sebagai saksi dan utusan Kristus di bumi sehingga segala bangsa menjadi murid Yesus dan pesan Injil dapat disampaikan dunia kerja dan keluarga. Para pemimpin gereja patutlah mengelola program-program pelatihan untuk orang dewasa. Kiranya TUHAN Sang Penasihat memberikan bimbingan-Nya.


Tulisan lainnya:
Pembinaan Gereja Abad 21
Hidup Berjemaat itu penting
Gereja Dan Rumah Tangga
Menuju Kedewasaan Rohani
Pemuridan Oleh Paulus


×
Berita Terbaru Update