Amos berasal dari Tekoa dipilih TUHAN menyampaikan firman-Nya kepada pemimpin Kerajaan Utara dan warganya. Amos keluar dari tanah Tekoa yang subur karena memiliki banyak sumber air. Tekoa adalah kota di perbukitan Yudea, sekitar enam belas kilometer dari Yerusalem. Sesudah perpecahan Kerajaan Israel, Tekoa daerah yang diperkuat ( 2 Tawarikh 11:6) menjadi tempat pengintaian dalam pertahanan wilayah Yehuda. Di Tekoa Amos bekerja sebagai peternak domba dan pemungut buah ara hutan sebelum diutus ke Kerajaan Utara.
Alkitab menyatakan bahwa Amos gembala domba dengan sebutan בַנֹּקְדִ֖ים / ḇan·nō·qə·ḏîm yang memiliki pengertian: pemeliharaan domba, pedagang domba, tender domba. Kata ini juga dipakai untuk Mesa, raja Moab yang kaya (2 Raja-raja 3:4) sehingga ditafsirkan sebagai peternak domba yang kaya, pemilik domba-domba itu sendiri. Di duga domba yang digembalakan domba yang khusus yang sangat bernilai oleh karena bulunya (naqqad). Sekalipun Amos orang kaya sebagai pemilik domba sekaligus pedagang / tender domba ia juga pemungut ara hutan (sycamore) yang dianggap makanan orang miskin yang memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk memungut ara. Amos orang kaya yang memiliki sisi menghargai dan mau melakukan profesi kaum marjinal.
Dari daerah pengembalaan domba yang sunyi, Amos di utus ke kerajaan utara, dimana terdapat sepuluh suku yang menyembah berhala dan melakukan ketidakadilan sosial terhadap orang tidak berdaya. Amos melayani di Israel pada pemerintahan Raja Yerobeam II sekitar tahun 760 SM. Upacara-upacara keagamaan terus dipelihara, tetapi hal ini dilakukan beriringan dengan kefasikan. Pada waktu itu Kerajaan Utara sedang mengalami masa keemasan, tetapi terdapat jurang yang lebar antara orang kaya dengan yang miskin. Amos melakukan kritik sosial terhadap tidak adanya keadilan sosial yang merajalela di Israel, serta penindasan terhadap orang lemah.
Amos menerima panggilan Tuhan dengan taat dan memberitakan firman-Nya di Kerajaan Utara tanpa "mengetes" panggilan Tuhan seperti yang dilakukan Gideon. Amos berangkat memenuhi panggilan Tuhan. Ketaatan menunjukkan kualitas iman Amos kepada Tuhan. Hanya dengan iman, seseorang dapat mengerti jalan-jalan-Nya yang tidak dapat diselami dan pikiran-Nya yang tidak terukur. Amos taat kepada TUHAN untuk keluar dari kehidupan yang nyaman sebagai peternak dan pemungut buah ara hutan menjadi nabi TUHAN yang penuh tantangan dan bahaya. Ia percaya pekerjaan Tuhan dilakukan oleh Tuhan sendiri, bukan oleh dirinya yang semata-mata adalah alat Tuhan saja.
Amos bukan seperti Yunus yang lari dari panggilan TUHAN. Ia rela meninggalkan kenyamanan di pegunungan Tekoa untuk pergi ke utara, di mana mungkin nyawanya menjadi taruhan. Ia memiliki hati yang terbeban sehingga setuju untuk pergi. Dalam tulisannya, terlihat Amos meratap bagi Israel dan berharap agar Israel berbalik kembali kepada Tuhan. "Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api,....Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik, dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang, mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihi sisa-sisa keturunan Yusuf."
Bukan tugas mudah bagi Amos untuk memberitakan kebenaran di tengah-tengah umat-Nya. Kerajaan utara sedang menikmati kedamaian, keamanan dan kemakmuran secara materi. Mereka memiliki rumah dari batu pahat yang mahal. Ada yang memiliki perabot mewah berhiaskan gading, dan minuman anggur dari kebun kebun anggur (Amos 3:15; 5:11) Mereka kaya tetapi mengumpulkan dengan cara yang tidak jujur. Orang kaya berbuat curang kepada orang-orang miskin, mereka memeras dan menindas orang-orang miskin (Amos 4:1). Pedagang mengecilkan efa, membesarkan syikal, dan berbuat curang dengan neraca palsu. Mencurangi pembeli dalam hal jumlah barang yang mereka jual, harganya kelewat tinggi, tetapi mutunya jelek. Habis-habisan memeras kaum miskin, akhirnya orang-orang malang itu terpaksa menjual diri sebagai budak. Selanjutnya, para pedagang itu membeli mereka seharga sepasang kasut. Para penegak hukum adalah teman sekongkol mereka dalam melakukan kejahatan.Di gerbang kota, tempat kasus kasus pengadilan ditangani, para hakim mengambil uang tutup mulut dan mengesampingkan orang-orang miskin. Bukannya melindungi kaum miskin, para hakim malah mengkhianati mereka demi suap (Amos 5:10,12). Para imam tidak menjadi wakil TUHAN di tengah umat-Nya. Khotbah-khotbah yang disampaikan mereka bukan untuk menyenangkan hati TUHAN melainkan menyenangkan hati raja, para pembesar dan orang-orang kaya. Firman TUHAN sudah dimanipulasi sedemikian rupa , mereka tidak melayani TUHAN melainkan perut mereka sendiri, seperti yang dilakukan Imam Amazia. Bukannya menyatakan kebenaran kepada umat TUHAN, Amazia justru 'meninabobokan' umat Israel dan raja untuk berbuat dosa. Tetapi Amos, ia menyampaikan pesan dari TUHAN dengan tegas tanpa pandang bulu kepada semua umat, imam dan raja bahwa mereka akan segera menerima penghukuman jika tidak bertobat dan berpaling kepada TUHAN. Amos hamba Tuhan yang tegas dan jelas menyingkapkan ketidakadilan sosial dan kemerosotan moral kaum penguasa. Ia tidak peduli dengan siapa ia berhadapan , yang ia tahu adalah melakukan panggilan Tuhan dan menyenagkan hati-Nya.
Kaum tiran yang berkuasa benci kepada yang memberi teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada yang berkata dengan tulus ikhlas. (Amos 5:10) Sampai sampai orang berakal budi berdiam diri pada waktu itu (13) Setiap kali orang bijaksana berbicara, arogansi dari kaum tiran akan sangat besar. Mereka dipaksa untuk diam. Mungkin saja seperti Amos dihukum dan dimasukkan kedalam penjara seperti hendak dilakukan Amazia terhadap Amos, karena ia melaporkan kepada raja bahwa Amos telah mengadakan kesepakatan melawan raja.
Amos yang terancam oleh Imam Amazia, tidaklah mundur. Dengan berani mengusik kenyamanan hidup orang-orang itu. Amos mengorek borok dari setiap penguasa dan mengotori bait suci kerajaan dengan kabar-kabar celaka dan penghukuman bila mereka tidak bertobat (Amos 7:13). Amos menghadapi bangsa yang besar berikut penguasanya yang berpengaruh. Amos tidak takut dan TUHAN menyertainya.
Saat berhadapan dengan Imam Amazia, Amos mengaku bahwa ia bukan berasal dari kalangan nabi, bukan pula salah satu keturunan para nabi, melainkan seorang peternak domba dan pemungut buah ara. Ia percaya sekalipun seorang peternak TUHAN sendiri yang memilihnya. Hal sama seperti Daud seorang peternak beberapa domba berhadapan dengan Goliat, Amos tidak memerlukan baju lenan halus, pengetahuan tinggi tentang ketetapan-ketetapan TUHAN di tengah-tengah Israel. Dengan kesederhanaan pengertian Amos tentang TUHAN, mampu membungkam Imam Amazia yang seharusnya menjadi penyambung lidah TUHAN yang baik bagi bangsanya.
Amos menyadari bahwa TUHAN yang memakai dia dan ia melakukan pekerjaan TUHAN dengan menjadi alat di tangan Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan bukan kemuliaan diri sendiri. Apa pun profesi dan status kita, punya bakat atau tidak, tidak akan menjadi masalah jika TUHAN berkehendak memakai kita. Dia mampu memberikan hikmat dan kuasa yang tidak terbatas kepada siapa saja. Amos dengan pertolongan TUHAN dapat memalukan orang yang berhikmat seperti imam Amazia. ( 1 Korintus 1:27-29 ➤ Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.)
Amos meskipun bukan dari kalangan bawah tetapi ia adalah orang sederhana yang dipakai TUHAN. Dia bukan dari kalangan elite sehingga layak untuk menegur penguasa. Ia bukan dari kalangan cendekiawan yang layak mengkhothabi para hakim dan para nabi. Tuhan tidak pernah memilih seseorang berdasarkan fisik, jabatan, kekayaan dll sebab "bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati (1 Samuel 16:7)
Kisah Nabi Amos seorang peternak domba dan pemungut buah ara hutan dari Tekoa, mungkin tidak pernah berpikir akan dipakai dan diutus TUHAN untuk menghadap para penguasa bangsa yang besar, Pekerjaan TUHAN adalah misteri termasuk panggilan-Nya bagi umat-Nya. Kita bukan produk keisengan TUHAN. Seperti Amos ada maksud TUHAN dalam hidupnya demikian juga dengan kita.
Karya apokrifa The Lives of the Prophets mencatat bahwa Amos dibunuh oleh putra Amazia, imam Betel. Lebih lanjut menyatakan bahwa sebelum dia meninggal, Amos kembali ke tanah kelahirannya dan dimakamkan di sana.
Kisah Amos dalam bentuk animasi untuk anak-anak
Alkitab menyatakan bahwa Amos gembala domba dengan sebutan בַנֹּקְדִ֖ים / ḇan·nō·qə·ḏîm yang memiliki pengertian: pemeliharaan domba, pedagang domba, tender domba. Kata ini juga dipakai untuk Mesa, raja Moab yang kaya (2 Raja-raja 3:4) sehingga ditafsirkan sebagai peternak domba yang kaya, pemilik domba-domba itu sendiri. Di duga domba yang digembalakan domba yang khusus yang sangat bernilai oleh karena bulunya (naqqad). Sekalipun Amos orang kaya sebagai pemilik domba sekaligus pedagang / tender domba ia juga pemungut ara hutan (sycamore) yang dianggap makanan orang miskin yang memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk memungut ara. Amos orang kaya yang memiliki sisi menghargai dan mau melakukan profesi kaum marjinal.
Dari daerah pengembalaan domba yang sunyi, Amos di utus ke kerajaan utara, dimana terdapat sepuluh suku yang menyembah berhala dan melakukan ketidakadilan sosial terhadap orang tidak berdaya. Amos melayani di Israel pada pemerintahan Raja Yerobeam II sekitar tahun 760 SM. Upacara-upacara keagamaan terus dipelihara, tetapi hal ini dilakukan beriringan dengan kefasikan. Pada waktu itu Kerajaan Utara sedang mengalami masa keemasan, tetapi terdapat jurang yang lebar antara orang kaya dengan yang miskin. Amos melakukan kritik sosial terhadap tidak adanya keadilan sosial yang merajalela di Israel, serta penindasan terhadap orang lemah.
Amos menerima panggilan Tuhan dengan taat dan memberitakan firman-Nya di Kerajaan Utara tanpa "mengetes" panggilan Tuhan seperti yang dilakukan Gideon. Amos berangkat memenuhi panggilan Tuhan. Ketaatan menunjukkan kualitas iman Amos kepada Tuhan. Hanya dengan iman, seseorang dapat mengerti jalan-jalan-Nya yang tidak dapat diselami dan pikiran-Nya yang tidak terukur. Amos taat kepada TUHAN untuk keluar dari kehidupan yang nyaman sebagai peternak dan pemungut buah ara hutan menjadi nabi TUHAN yang penuh tantangan dan bahaya. Ia percaya pekerjaan Tuhan dilakukan oleh Tuhan sendiri, bukan oleh dirinya yang semata-mata adalah alat Tuhan saja.
Amos bukan seperti Yunus yang lari dari panggilan TUHAN. Ia rela meninggalkan kenyamanan di pegunungan Tekoa untuk pergi ke utara, di mana mungkin nyawanya menjadi taruhan. Ia memiliki hati yang terbeban sehingga setuju untuk pergi. Dalam tulisannya, terlihat Amos meratap bagi Israel dan berharap agar Israel berbalik kembali kepada Tuhan. "Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api,....Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik, dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang, mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihi sisa-sisa keturunan Yusuf."
Bukan tugas mudah bagi Amos untuk memberitakan kebenaran di tengah-tengah umat-Nya. Kerajaan utara sedang menikmati kedamaian, keamanan dan kemakmuran secara materi. Mereka memiliki rumah dari batu pahat yang mahal. Ada yang memiliki perabot mewah berhiaskan gading, dan minuman anggur dari kebun kebun anggur (Amos 3:15; 5:11) Mereka kaya tetapi mengumpulkan dengan cara yang tidak jujur. Orang kaya berbuat curang kepada orang-orang miskin, mereka memeras dan menindas orang-orang miskin (Amos 4:1). Pedagang mengecilkan efa, membesarkan syikal, dan berbuat curang dengan neraca palsu. Mencurangi pembeli dalam hal jumlah barang yang mereka jual, harganya kelewat tinggi, tetapi mutunya jelek. Habis-habisan memeras kaum miskin, akhirnya orang-orang malang itu terpaksa menjual diri sebagai budak. Selanjutnya, para pedagang itu membeli mereka seharga sepasang kasut. Para penegak hukum adalah teman sekongkol mereka dalam melakukan kejahatan.Di gerbang kota, tempat kasus kasus pengadilan ditangani, para hakim mengambil uang tutup mulut dan mengesampingkan orang-orang miskin. Bukannya melindungi kaum miskin, para hakim malah mengkhianati mereka demi suap (Amos 5:10,12). Para imam tidak menjadi wakil TUHAN di tengah umat-Nya. Khotbah-khotbah yang disampaikan mereka bukan untuk menyenangkan hati TUHAN melainkan menyenangkan hati raja, para pembesar dan orang-orang kaya. Firman TUHAN sudah dimanipulasi sedemikian rupa , mereka tidak melayani TUHAN melainkan perut mereka sendiri, seperti yang dilakukan Imam Amazia. Bukannya menyatakan kebenaran kepada umat TUHAN, Amazia justru 'meninabobokan' umat Israel dan raja untuk berbuat dosa. Tetapi Amos, ia menyampaikan pesan dari TUHAN dengan tegas tanpa pandang bulu kepada semua umat, imam dan raja bahwa mereka akan segera menerima penghukuman jika tidak bertobat dan berpaling kepada TUHAN. Amos hamba Tuhan yang tegas dan jelas menyingkapkan ketidakadilan sosial dan kemerosotan moral kaum penguasa. Ia tidak peduli dengan siapa ia berhadapan , yang ia tahu adalah melakukan panggilan Tuhan dan menyenagkan hati-Nya.
Kaum tiran yang berkuasa benci kepada yang memberi teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada yang berkata dengan tulus ikhlas. (Amos 5:10) Sampai sampai orang berakal budi berdiam diri pada waktu itu (13) Setiap kali orang bijaksana berbicara, arogansi dari kaum tiran akan sangat besar. Mereka dipaksa untuk diam. Mungkin saja seperti Amos dihukum dan dimasukkan kedalam penjara seperti hendak dilakukan Amazia terhadap Amos, karena ia melaporkan kepada raja bahwa Amos telah mengadakan kesepakatan melawan raja.
Amos yang terancam oleh Imam Amazia, tidaklah mundur. Dengan berani mengusik kenyamanan hidup orang-orang itu. Amos mengorek borok dari setiap penguasa dan mengotori bait suci kerajaan dengan kabar-kabar celaka dan penghukuman bila mereka tidak bertobat (Amos 7:13). Amos menghadapi bangsa yang besar berikut penguasanya yang berpengaruh. Amos tidak takut dan TUHAN menyertainya.
Saat berhadapan dengan Imam Amazia, Amos mengaku bahwa ia bukan berasal dari kalangan nabi, bukan pula salah satu keturunan para nabi, melainkan seorang peternak domba dan pemungut buah ara. Ia percaya sekalipun seorang peternak TUHAN sendiri yang memilihnya. Hal sama seperti Daud seorang peternak beberapa domba berhadapan dengan Goliat, Amos tidak memerlukan baju lenan halus, pengetahuan tinggi tentang ketetapan-ketetapan TUHAN di tengah-tengah Israel. Dengan kesederhanaan pengertian Amos tentang TUHAN, mampu membungkam Imam Amazia yang seharusnya menjadi penyambung lidah TUHAN yang baik bagi bangsanya.
Amos menyadari bahwa TUHAN yang memakai dia dan ia melakukan pekerjaan TUHAN dengan menjadi alat di tangan Tuhan untuk menyatakan kemuliaan Tuhan bukan kemuliaan diri sendiri. Apa pun profesi dan status kita, punya bakat atau tidak, tidak akan menjadi masalah jika TUHAN berkehendak memakai kita. Dia mampu memberikan hikmat dan kuasa yang tidak terbatas kepada siapa saja. Amos dengan pertolongan TUHAN dapat memalukan orang yang berhikmat seperti imam Amazia. ( 1 Korintus 1:27-29 ➤ Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.)
Amos meskipun bukan dari kalangan bawah tetapi ia adalah orang sederhana yang dipakai TUHAN. Dia bukan dari kalangan elite sehingga layak untuk menegur penguasa. Ia bukan dari kalangan cendekiawan yang layak mengkhothabi para hakim dan para nabi. Tuhan tidak pernah memilih seseorang berdasarkan fisik, jabatan, kekayaan dll sebab "bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati (1 Samuel 16:7)
Kisah Nabi Amos seorang peternak domba dan pemungut buah ara hutan dari Tekoa, mungkin tidak pernah berpikir akan dipakai dan diutus TUHAN untuk menghadap para penguasa bangsa yang besar, Pekerjaan TUHAN adalah misteri termasuk panggilan-Nya bagi umat-Nya. Kita bukan produk keisengan TUHAN. Seperti Amos ada maksud TUHAN dalam hidupnya demikian juga dengan kita.
Karya apokrifa The Lives of the Prophets mencatat bahwa Amos dibunuh oleh putra Amazia, imam Betel. Lebih lanjut menyatakan bahwa sebelum dia meninggal, Amos kembali ke tanah kelahirannya dan dimakamkan di sana.
- Tulisan lainnya:
- Keadilan Sosial Dalam Kehidupan Beriman
- Sikap Mencari TUHAN
- Hukum Membalas Dendam
- Catatan Singkat Kejahatan Suap
- Mengenal Tuhan
- Bersiap di Hari Pembalasan Tuhan