Hukum Taurat mengenal orang menderita kusta dan rumah terkena kusta. Rumah terkena kusta merupakan topik yang tidak populer dibicarakan jika dibandingkan seseorang menderita kusta. Rumah yang terkena kusta alami perlakuan yang menyerupai dengan orang yang menderita kusta berdasarkan hukum Taurat sekalipun penyakit kusta pada rumah tidak menular kepada manusia. Orang yang tinggal di rumah yang terkena penyakit kusta tidak dapat dipastikan terkena penyakit kusta.
Berdasarkan hukum Taurat, rumah dikatakan terkena penyakit kusta jika menunjukkan beberapa tanda berikut:
- Timbulnya bercak-bercak pada dinding atau langit-langit.
- Bercak-bercak tersebut berwarna hijau kekuningan atau merah
- Bercak-bercak tersebut tampak lebih dalam dari permukaan tembok
- Bercak-bercak tersebut terasa lembab dan berjamur
- Jika seorang imam melihat tanda-tanda tersebut pada sebuah rumah, ia akan mengkarantina rumah tersebut selama tujuh hari. Setelah tujuh hari, ia akan kembali untuk memeriksa rumah tersebut. Jika bercak-bercak tersebut telah hilang, maka rumah tersebut dinyatakan bersih. Namun, jika bercak-bercak tersebut masih ada, maka imam akan memerintahkan agar bagian tembok yang terkena bercak tersebut dibongkar dan dibuang ke tempat yang tidak dilewati orang.
- Jamur: Ada kemungkinan bahwa bercak-bercak pada rumah tersebut disebabkan oleh jamur. Jamur dapat tumbuh di tempat yang lembab dan berjamur, dan dapat menyebabkan kerusakan pada tembok.
- Bakteri: Ada kemungkinan bahwa bercak-bercak pada rumah tersebut disebabkan oleh bakteri. Bakteri dapat menyebabkan kerusakan pada tembok dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
- Faktor lingkungan: Ada kemungkinan bahwa bercak-bercak pada rumah tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti kelembaban yang tinggi atau suhu yang ekstrim.
- Sebagai simbol: Kusta adalah penyakit yang sangat menular dan dianggap sebagai najis. Rumah yang terkena kusta dilihat sebagai simbol dosa dan kenajisan. Hal ini mengingatkan orang Israel bahwa dosa dapat mencemari bahkan tempat tinggal mereka.
- Untuk melindungi kesehatan: Kusta adalah penyakit yang menular. Dengan mengisolasi rumah yang terkena kusta, orang Israel dapat mencegah penyebaran penyakit.
- Untuk menjaga kesucian: Orang Israel diharuskan untuk hidup kudus. Rumah yang terkena kusta dianggap najis dan tidak boleh dihuni. Hal ini membantu untuk menjaga kesucian bangsa Israel.
- Sebagai hukuman: Dalam beberapa kasus, rumah menjadi kusta sebagai hukuman atas dosa. Hal ini mengingatkan orang Israel bahwa dosa memiliki konsekuensi.
- Dampak Fisik:
* Kesehatan: Risiko tertular penyakit kusta meningkat, terutama bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
* Lingkungan: Rumah yang terkena kusta dapat menjadi tempat berkembangnya jamur dan bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. - Dampak Sosial:
* Stigma: Orang yang tinggal di rumah yang terkena kusta dapat mengalami stigma dan diskriminasi dari masyarakat.
* Kesejahteraan mental: Rasa malu, terisolasi, dan dikucilkan dapat memengaruhi kesehatan mental penghuni.
- Menjaga kebersihan: Bersihkan rumah secara rutin dengan desinfektan.
- Periksa kesehatan: Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
- Berkomunikasi dengan masyarakat dengan menjelaskan bahwa kusta yang dikenal saat ini dapat disembuhkan dan tidak perlu ditakuti.
- Persamaan:
* Najis: Baik rumah kusta maupun orang kusta dianggap najis menurut hukum Taurat.
* Terpisah: Baik rumah kusta maupun orang kusta harus dipisahkan dari komunitas.
* Pemurnian: Baik rumah kusta maupun orang kusta harus menjalani proses pemurnian sebelum dapat kembali ke komunitas. - Ciri khas rumah kusta:
* Tempat: Rumah yang terkena penyakit kusta.
* Simbol: Simbol dosa dan kenajisan.
* Penularan: Dapat menular ke orang lain.
* Hukuman: Dalam beberapa kasus, menjadi hukuman atas dosa. - Ciri khas orang kusta:
* Orang: Orang yang terkena penyakit kusta.
* Penyakit: Penyakit menular yang menyerang kulit.
* Penularan: Menular melalui kontak langsung.
* Stigma: Seringkali distigmatisasi dan dikucilkan.
- Pemeriksaan oleh Imam: Imam akan memeriksa rumah yang terkena kusta.
- Pengikisan Tembok: Jika imam menemukan bercak kusta pada tembok, ia akan memerintahkan agar bagian tembok yang terkena bercak tersebut dibongkar dan dibuang ke tempat yang tidak dilewati orang.
- Prosesi penyucian rumah bila dinyatakan sudah tahir: Imam mengambil dua ekor burung, kayu aras, kain kirmizi dan hisop. Burung yang seekor haruslah disembelihnya di atas belanga tanah berisi air mengalir. Lalu ia harus mengambil kayu aras dan hisop, kain kirmizi dan burung yang masih hidup itu, dan mencelupkan semuanya ke dalam darah burung yang sudah disembelih dan ke dalam air mengalir itu, kemudian ia harus memercik kepada rumah itu tujuh kali. Dengan demikian ia harus menyucikan rumah itu dengan darah burung, air mengalir, burung yang hidup, kayu aras, hisop, dan kain kirmizi. Dan burung yang hidup itu harus dilepaskannya ke luar kota ke padang. Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi rumah itu, maka rumah itu menjadi tahir.
- Pembersihan dari Dosa: Rumah kena kusta melambangkan tercemar oleh dosa dan kenajisan. Upacara penyucian melambangkan pembersihan dari dosa dan pemulihan hubungan dengan Tuhan.
- Pembaruan Rohani: Upacara penyucian melambangkan pembaruan rohani dan kelahiran kembali. Orang yang disucikan dibebaskan dari dosa dan memulai hidup baru dengan Tuhan.
- Keselamatan: Upacara penyucian melambangkan keselamatan yang disediakan oleh Tuhan. Orang yang disucikan diselamatkan dari hukuman dosa dan menerima kehidupan kekal.
- Pengharapan: Upacara penyucian melambangkan pengharapan akan pemulihan dan pembaruan. Orang yang disucikan diyakinkan bahwa Tuhan akan memulihkan semua yang telah dirusak oleh dosa.
- Kasih dan Penerimaan: Upacara penyucian melambangkan kasih dan penerimaan Tuhan. Orang yang disucikan diterima kembali ke dalam komunitas dan diterima oleh Tuhan.
Kajian teologis disebabkan adanya kemiripan potensial dan perbedaan antara upacara penyucian rumah kusta dengan Yesus Kristus, misalnya:
- Kemiripannya:
* Kematian dan Pembaharuan: Upacara rumah kusta melibatkan pembongkaran dan disingkirkan bagian yang terinfeksi, melambangkan kematian dan pembuangan yang lama. Kebangkitan Yesus dilihat sebagai kemenangan atas kematian dan awal yang baru. Terlebih jika memperhatikan ada burung yang mati disembelih dan ada burung yang dilepaskan hidup sehingga terbebas dari kematian.
* Pembersihan dan Keselamatan: Upacara ini bertujuan membersihkan rumah dari kenajisan, paralel dengan pengorbanan Yesus yang membersihkan manusia dari dosa dan membawa keselamatan.
* Rekonsiliasi: Rumah yang disucikan diterima kembali, sama seperti umat percaya yang berekonsiliasi dengan Tuhan melalui Yesus. - Perbedaan mendasar:
* Fokus: Upacara rumah kusta fokus pada pembersihan fisik, sedangkan kematian dan kebangkitan Yesus berkaitan dengan keselamatan rohani.
* Kesementaraan versus Kekekalan: Upacara pembersihan bersifat sementara, sedangkan pengorbanan Yesus dianggap permanen dan menyelamatkan.
- Tulisan lainnya:
- Antara Ritual Pentahiran Kusta Dan Pesach
- TUHAN Itu Penyembuh
- Hamba TUHAN Yang Menderita
- Gereja Dan Transformasi Masyarakat
- Pandangan Tentang Kutuk
- Kuasa Kegelapan Dan Pelepasannya