Teks di atas adalah sikap manusia yang mencari hikmat dan arahan dari TUHAN setelah memiliki keyakinan dan pengertian akan kekuatan dan kekuasaan TUHAN sebagai pengatur segala sesuatu sepanjang masa yang mendorong untuk bersandar pada kekuatan Allah yang melampaui pengertian manusia. Percaya kepada TUHAN dengan segenap hati adalah kehidupan yang bertolak dari iman memimpin kepada iman. Iman dan kepercayaan kepada TUHAN menjadi dasar dalam melakukan segala sesuatu sebab memiliki keyakinan yang teguh bahwa TUHAN Pencipta dan pemelihara segala sesuatu adalah yang Mahakuasa, Mahamengetahui dan Mahakasih.
Dalam perjalanan hidup beriman terkadang orang beriman meragukan kasih, kuasa dan rencana Allah dalam hidupnya. Contoh:
- Ayub, seorang pria saleh yang mengalami penderitaan yang luar biasa. Ia kehilangan harta benda, anak-anaknya, dan kesehatan. Dalam pergumulannya, Ayub mempertanyakan keadilan dan kebaikan Allah. Namun, pada akhirnya, Ayub tetap setia kepada Allah dan mengakui kedaulatan-Nya.
- Musa ditugaskan oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Namun, Musa meragukan kemampuannya dan mempertanyakan mengapa Allah memilih dia (Keluaran 3-4). Sepanjang perjalanan, Musa beberapa kali mengeluh dan meragukan kuasa Allah. Namun, Allah tetap setia dan menggunakan Musa untuk membawa bangsa Israel ke tanah Kanaan.
- Nabi Elia adalah seorang nabi yang berani dan penuh kuasa. Namun, setelah menghadapi ancaman dari Ratu Izebel, Elia melarikan diri dan mengeluh kepada Allah, merasa dirinya sendirian dan tidak sanggup lagi melayani (1 Raja-Raja 19). Allah menghibur Elia dan memberinya kekuatan untuk melanjutkan pelayanannya.
- Rasul Petrus salah satu murid terdekat Yesus. Namun, dia pernah menyangkal Yesus tiga kali ketika Yesus ditangkap (Markus 14:66-72). Peristiwa ini menunjukkan bahwa bahkan orang yang dekat dengan Yesus pun bisa mengalami keraguan dan kelemahan iman.
- Nabi Habakuk hidup pada masa di mana bangsa Israel mengalami banyak kesulitan dan ketidakadilan. Ia melihat kejahatan merajalela dan bertanya kepada Allah mengapa Dia tidak bertindak (Habakuk 1-3). Habakuk mempertanyakan keadilan dan kebaikan Allah, namun Allah memberikan jawaban yang menunjukkan bahwa Dia memiliki rencana yang lebih besar dan Dia selalu bekerja untuk kebaikan umat-Nya.
- Raja Daud adalah seorang pria yang dikasihi Allah. Namun, dia pernah melakukan dosa besar dengan Batsyeba dan mengalami konsekuensi yang berat (2 Samuel 11-12). Daud merasa ditinggalkan oleh Allah dan mempertanyakan pengampunan-Nya. Namun, nabi Natan mengingatkan Daud tentang kasih dan kesetiaan Allah (2 Samuel 12).
- Nabi Yeremia ditugaskan untuk menyampaikan pesan penghakiman kepada bangsa Israel yang telah meninggalkan Allah. Dia sering mengalami penolakan dan penganiayaan (Yeremia 1-38). Yeremia mempertanyakan mengapa dia harus menderita karena tugasnya dan meragukan pertolongan Allah. Namun, Allah memberikan kekuatan dan penghiburan kepada Yeremia dan mengingatkannya bahwa Dia selalu bersamanya.
- Marta dalam Lukas 10:38-42 sibuk melayani Yesus dan para muridnya, sementara Maria duduk dan mendengarkan perkataan Yesus. Ketika Marta mengeluh kepada Yesus tentang Maria yang tidak membantunya, Yesus menegur Marta dengan berkata, "Marta, Marta, engkau terlalu sibuk dan menyusahkan diri dengan banyak perkara" (Lukas 10:41). Seperti Marta, kita bisa terjebak dalam kesibukan dan masalah sehari-hari sehingga melupakan pentingnya keintiman dengan Allah dan bersyukur atas kebaikan-Nya.
- Orang Israel di padang gurun (Bilangan 11,14) dimana berulang kali mengeluh dan bersungut-sungut tentang manna (makanan dari langit) yang diberikan Allah. Mereka merindukan makanan Mesir dan melupakan bagaimana Allah telah menyelamatkan mereka dari perbudakan. Kita pun bisa terfokus pada kekurangan dan kesulitan, sehingga lupa untuk bersyukur atas berkat dan penyertaan Allah dalam hidup kita.
Tanpa membangun diri belajar mempercayai Tuhan maka kecenderungan yang bertentangan untuk hidup bersandar pada kekuatan Allah sangat besar. Misal:
- Terlalu mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri sendiri. Perhatikan:
* Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Yeremia 17:5 * Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Filipi 4:13 - Terikat pada kesenangan dan harta duniawi. Perhatikan:
* Pengkhotbah 1:2-4: Kitab Pengkhotbah mengingatkan bahwa segala sesuatu di bawah matahari adalah sia-sia dan hampa. Mengejar kesenangan dan harta duniawi tidak akan memberikan kepuasan sejati. * 1 Timotius 6:9-10: Ayat ini menyatakan bahwa keinginan untuk kaya raya justru menjerumuskan kita ke dalam pencobaan dan jerat. Hal tersebut dapat menjauhkan kita dari iman dan mengakibatkan berbagai penderitaan. - Sulit untuk melepaskan kekhawatiran dan ketakutan. Perhatikan:
* Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Mazmur 34:4
* Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Filipi 4:6-7
Kekhawatiran dan ketakutan disebabkan:
* Dosa: Dosa memisahkan manusia dari Allah, sumber kekuatan dan kedamaian.
* Ketidakpercayaan: Ketidakpercayaan kepada Allah dan janji-janji-Nya dapat menimbulkan keraguan dan ketakutan.
* Fokus pada Duniawi: Mengutamakan kesenangan dan harta duniawi daripada Allah dapat membawa kekhawatiran dan kecemasan.
* Kurangnya Iman: Iman yang lemah dapat membuat seseorang mudah goyah dan terpengaruh oleh rasa takut.
Masalah yang timbul bila kurang pemahaman terhadap Firman Tuhan dan kehendak-Nya yang menyebabkan kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan sehari-hari dapat juga terjadi karena tidak memiliki mentor atau pembimbing rohani yang bijaksana maka diperlukan persekutuan dengan orang kudus yang bijaksana agar dapat menuntun untuk bersandar pada kekuatan Allah
Bersandar pada kekuatan Allah juga berarti mengubah kebiasaan dan pola pikir yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Hal ini membutuhkan ketekunan, disiplin, dan komitmen untuk hidup sesuai firman Allah (Roma 12:2, Efesus 4:22-24). Pembiasaan diri untuk belajar mengandalkan dan bersandar pada kekuatan TUHAN perlu dilakukan berkelanjutan selama masih diberikan nafas untuk hidup sehingga menghasilkan buah dari pola hidup yang bersandar kepada kekuatan TUHAN.
Ketekunan bersandar pada kekuatan TUHAN akan menuntun dan melengkapi kehidupan kehidupan orang disekitar kita melihat kebesaran, keagungan dan kemuliaan TUHAN karena TUHAN meluruskan jalan hidup kita. Bila diluruskan jalan hidup kita maka:
- Luka dan trauma masa lalu dapat disembuhkan
- Pengalaman pahit yang membuat meragukan kebaikan dan kasih TUHAN juga sembuh
- Perasaan tidak layak dan tidak berharga di hadapan Allah alami kesembuhan
- Tulisan lainnya:
- Iman Kepada Kekuatan Allah
- Langkah Manusia Bergantung Pada Allah
- Hati Sumber Kehidupan
- Menghampiri Tahta Kasih Karunia
- Life Engineering Sebuah Tantangan
- Kesetiaan Allah Dalam Kitab Roma