Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Jumat, 26 Juli 2024

Berpolitik Tanpa Kehilangan Sahabat

Berpolitik dapat menyebabkan kehilangan sahabat sebab kegiatan politik dapat menimbulkan konflik sebagai harga yang harus dibayar. Pendapat itu misalnya diungkapkan oleh:
  • Realist Politik, seperti Hans Morgenthau dan Henry Kissinger, memandang politik internasional sebagai pertarungan abadi untuk kekuasaan. Dalam pandangan mereka, konflik adalah alat yang tak terhindarkan dalam persaingan antar negara.
  • Machiavelli: Filsuf politik Italia, Niccolò Machiavelli, dalam bukunya "The Prince", menggambarkan politik sebagai permainan kekuasaan yang penuh intrik dan manipulasi. Ia berpendapat bahwa seorang pemimpin harus siap menggunakan segala cara, termasuk kekerasan, untuk mempertahankan kekuasaannya.
  • Para Ahli Sejarah: Banyak sejarawan yang telah mendokumentasikan bagaimana konflik telah digunakan sebagai alat politik sepanjang sejarah. Contohnya, perang, revolusi, dan kudeta seringkali dipicu oleh perebutan kekuasaan.
Ciri-ciri Umum Konflik yang Didorong oleh Ambisi Politik sehingga lenyapnya persahabatan dianggap harga wajar adalah:
  • Perebutan kekuasaan: Konflik seringkali dipicu oleh perebutan kekuasaan antara kelompok-kelompok yang berbeda.
  • Pengendalian sumber daya: Sumber daya alam, seperti minyak, gas, dan mineral, sering menjadi sasaran perebutan dalam konflik.
  • Identitas nasional: Identitas nasional dan etnis seringkali dimanfaatkan untuk memobilisasi dukungan dan membenarkan tindakan kekerasan.
  • Intervensi asing: Negara-negara asing sering kali terlibat dalam konflik di negara lain untuk melindungi kepentingan mereka atau untuk mendapatkan keuntungan strategis.
Konflik yang mengakibatkan kehilangan pertemanan seringkali Dianggap sebagai Biaya Politik. Hal lenyapnya persahabatan karena kegiatan politik misalnya terjadi dalam perang saudara di Suriah dimulai sebagai protes damai terhadap rezim Bashar al-Assad, namun kemudian meluas menjadi konflik yang kompleks melibatkan berbagai kelompok pemberontak, kelompok ekstremis, dan negara-negara asing. Hal ini disebabkan:
  • Mobilisasi Massa: Konflik, baik yang bersifat fisik maupun verbal, seringkali digunakan untuk memobilisasi massa dan mendapatkan dukungan. Dengan menciptakan "musuh bersama", para pemimpin politik dapat menyatukan pendukung mereka dan mengalihkan perhatian dari masalah internal.
  • Legitimasi: Konflik dapat memberikan legitimasi kepada seorang pemimpin atau kelompok politik tertentu. Dengan menunjukkan kemampuan untuk mengatasi ancaman atau tantangan, seorang pemimpin dapat memperkuat posisinya dan mendapatkan kepercayaan publik.
  • Pengalihan Isu: Konflik dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah-masalah yang lebih mendasar atau kontroversial. Dengan menciptakan krisis, seorang pemimpin dapat mengubah narasi publik dan mengarahkan perhatian pada isu-isu yang lebih menguntungkan bagi dirinya.
  • Konsolidasi Kekuasaan: Konflik dapat digunakan untuk menyingkirkan lawan politik dan mengkonsolidasikan kekuasaan. Dengan menciptakan ketidakstabilan atau ketakutan, seorang pemimpin dapat membenarkan tindakan-tindakan represif dan memperkuat kendalinya atas negara.
Dalam Alkitab pun ada contoh historis dimana kegiatan politik menimbulkan konflik dan merusak persahabatan, seperti:
  • Kisah tentang Korah, Datan, dan Abiram: Mereka memberontak melawan Musa dan Harun, mempertanyakan kepemimpinan mereka dan menuntut kedudukan yang lebih tinggi. Pemberontakan ini berujung pada kematian mereka dan menunjukkan bagaimana ambisi politik dapat merusak persaudaraan dan hubungan.
  • Kisah Saul yang hendak membunuh Daud karena berpikir bahwa Daud akan merebut kekuasaan karena berambisi ingin menjadi raja
  • Kisah terpecahnya kerajaan Israel setelah meninggalnya Raja Salomo menjadi kerajaan utara dan kerajaan selatan
  • Kisah perang antar suku di Bangsa Israel saat pemerintahan hakim-hakim
Sejumlah kalangan menentang praktik berpolitik yang meruntuhkan persahabatan karena menimbulkan konflik. Misalnya:
  • Kaum liberal percaya bahwa kerja sama dan institusi internasional dapat mengurangi konflik dan menciptakan tatanan dunia yang lebih damai. Mereka menekankan pentingnya dialog, negosiasi, dan pembangunan kepercayaan untuk menyelesaikan perselisihan.
  • Para konstruktivis berpendapat bahwa identitas, norma, dan ideologi memainkan peran penting dalam membentuk perilaku politik. Mereka percaya bahwa konflik dapat dikurangi dengan mengubah cara kita memandang dunia dan membangun identitas bersama.
  • Para aktivis perdamaian berpendapat bahwa kekerasan bukanlah satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik. Mereka menganjurkan penggunaan metode non-kekerasan, seperti demonstrasi, boikot, dan mediasi.
  • Kegiatan berpoitik tanpa kehilangan teman menjadi hal menarik karena pernah dicetuskan oleh Denise Grace Gitsham, mantan kandidat Partai Republik untuk Kongres yang bertugas di pemerintahan George W. Bush. Gitsham, adalah penulis buku Politics for People Who Hate Politics: How to Engage Without Losing Your Friends or Selling Your Soul. Prinsip dari Gitsham dalam berpolitik menurut nilai Kristiani adalah aktivitas politik yang gembira dan sukacita sebagai ciri pekerjaan khas dari Roh Kudus dan Alkitab mengatakan haruslah berkata kebenaran dalam kasih. Jika cinta sama dengan kebenaran, maka itu adalah pernyataan yang mubazir. Dalam menyampaikan kebenaran dengan kasih, katanya, tanpa bersikap “lunak terhadap kebenaran.”

    Kegiatan politik terkait dengan adanya percakapan dan agar berpolitik tidak kehilangan teman maka haruslah menetapkan sejak awal untuk mengasihi dan menjaga hubungan dengan sesama dengan mengingat berpolitik bukan pertarungan hidup atau mati dan untuk jadi benar tidak ditentukan oleh manusia melainkan TUHAN jadi bukan orang lain yang menjadikan hidup merasa baik-baik saja.

    Dalam percakapan politik memerlukan “kerendahan hati dan rasa ingin tahu.” Harus disadari perspektif mengenai kebenaran yang tidak pernah merupakan perspektif penuh. Kita tidak akan pernah melihat perspektif penuh sampai kita tiba di surga” . Meskipun hanya ada satu kebenaran, katanya, ada “perspektif berbeda” mengenai kebenaran “berdasarkan latar belakang kita dan bagaimana kita dibesarkan, apa yang kita alami dalam hidup.” Gitsham menyatakan; “Ketika seseorang mengatakan sesuatu yang menurut Anda salah atau tidak tepat, pertanyaan terbaik untuk ditanyakan adalah: 'Ceritakan lebih banyak. Mengapa Anda percaya hal itu?" Hal ini mengungkapkan kepedulian dan kasih terhadap orang tersebut meskipun mungkin akan melemahkan pembicaraan kedua belah pihak.

    Dalam percakapan harus membuat “asumsi yang baik” tentang orang tersebut daripada berasumsi “skenario terburuk.” Berusaha melihat orang-orang lain sebagaimana Tuhan melihat mereka. Apakah Anda berakhir bersama mereka, atau berada di pihak yang berbeda, Anda akan memiliki pemahaman yang benar-benar baru tentang situasinya. Dan mungkin hal ini bahkan membuat Anda lebih efektif dalam melakukan advokasi. Hal ini bertujuan melihat musuh politik mereka sebagai “seseorang yang untuknya Yesus mati di kayu salib.”

    Berpolitik tanpa kehilangan teman hanya mungkin terjadi bila politik tidak menjadi ajang permusuhan. Prinsip yang umumnya dilakukan agar tidak kehilangan teman sekalipun berbeda pandangan, antara lain:
    • Fokus pada persamaan, bukan perbedaan melalui mencari titik temu, hindari generalisasi dan nyatakan empati.
    • Komunikasi yang efektif dengan bertindak jujur dan terbuka, menjadi pendengar yang baik dan ajukan pertanyaan terbuka untuk mengali pemikiran lawan bicara
    • Bangun hubungan yang kuat dengan perlakukan semua orang dengan baik, jalin keakraban dan bekerja sama dengan lawan politik untuk isu-isu tertentu.
    • Prioritaskan persatuan dengan menghindari perpecahan, fokus pada solusi dan bangun konsensus.
    • Jaga etika politik dengan menghindari fitnah dan berita bohong, hormati privasi dan patuhi aturan permainan yang berlaku di dunia politik
    • Belajar dari perbedaan dengan cara terbuka terhadap kritik, jangan takut berubah pikiran bila ada bukti baru dan hargai pluralisme.
    Berpolitik tanpa kehilangan sahabat dalam sudut pandang Alkitab haruslah diletakkan kepada:
    • Kasih: Alkitab mengajarkan kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri (Matius 22:39). Kasih ini bukan sekadar perasaan, tetapi tindakan nyata yang tercermin dalam sikap hormat, empati, dan keinginan untuk berbuat baik kepada orang lain, termasuk lawan politik.
    • Keadilan: Keadilan adalah nilai inti dalam ajaran Alkitab. Kita dipanggil untuk memperjuangkan keadilan bagi semua orang tanpa memandang status sosial, suku, atau agama. Dalam berpolitik, keadilan berarti memperlakukan semua pihak secara adil dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain.
    • Kebenaran: Alkitab menekankan pentingnya hidup dalam kebenaran. Dalam berpolitik, kebenaran berarti menyampaikan fakta yang akurat, menghindari fitnah, dan tidak memanipulasi informasi.
    • Damai: Alkitab mengajarkan kita untuk hidup damai dengan semua orang (Roma 12:18). Dalam konteks politik, ini berarti berusaha untuk menyelesaikan konflik secara damai dan menghindari tindakan kekerasan.
    Berpolitik tidak harus selalu diwarnai oleh permusuhan dan kebencian tetapi menjaga martabat dan membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama. Ingatlah bahwa tujuan utama politik adalah untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, bukan untuk meraih kekuasaan semata dan TUHAN sebagai Raja dari segala raja akan membawa semua perbuatan dalam pengadilan terakhir dimana DIA menjadi Hakim untuk hidup dalam keabadian.




    "Serve With Love"
    Verse 1: In the realm of politics, where power is sought. Let love be our guide, our guiding thought. For justice and truth, we must always strive. And seek peace on earth, where all can thrive.
    Chorus: Serve with love, in all that we do. For the kingdom of God is within you. Let righteousness reign, in every decree. And may our actions, reflect the Father's plea.
    Verse 2: Though opinions may differ, and paths may diverge. Let compassion unite, and our spirits converge. For we are all children, beneath the same sky. Let's build bridges of hope, so that love can fly.
    Chorus: Serve with love, in all that we do. For the kingdom of God is within you. Let righteousness reign, in every decree. And may our actions, reflect the Father's plea.
    Bridge: Remember, one day we'll all stand before His throne. Our deeds and our words, will be fully known. Let us govern with wisdom, and hearts that are pure. For the Lord is our Judge, and our hope is secure.
    Chorus: Serve with love, in all that we do. For the kingdom of God is within you. Let righteousness reign, in every decree. And may our actions, reflect the Father's plea.



    Tulisan lainnya:
    Komunikasi Politik Dan Kekuasaan Di Alkitab
    Lenyapnya Kedamaian Dunia
    Apakah Menganggap Orang Lain Penting
    Relasi Kebenaran Di Parlemen Terhadap Bangsa
    Ajaran Membenci Dalam Alkitab
    Menjalin Persahabatan Atasi Pertikaian
    Menjadi Saudaranya Yesus





Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (94) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)