-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Imam Zakharia Bisu

Senin, 20 Desember 2021 | Desember 20, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-17T21:08:29Z
Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu. Lukas 1:22

Imam Zakharia hidup pada zaman raja Herodes menjadi wakil Kaisar Romawi di provinsi Yudea. Imam Zakharia keturunan Harun dari golongan Abia. Pada zaman Daud, keluarga Harun bertambah banyak jumlahnya, karena itu Daud membagi mereka menjadi dua puluh empat rombongan, dengan tujuan mengatur pelaksanaan tugas-tugas mereka, agar tugas-tugas tersebut tidak diabaikan karena kurangnya orang yang melaksanakan atau dimonopoli hanya oleh beberapa orang tertentu. Rombongan kedelapan adalah rombongan Abia (1 Tawarikh 24:10), yang adalah keturunan Eleazar, anak sulung Harun.

Istri Zakharia juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet. Para imam ini (menurut Josephus, seorang sejarawan) sangat berhati-hati dalam hal pernikahan. Mereka hanya menikah dengan orang di dalam lingkungan keluarga mereka sendiri, sehingga mereka bisa tetap memelihara martabat jabatan imamat dan menjaganya tidak ternoda pernikahan campur.

Zakharia dan Elisabet adalah pasangan yang benar di hadapan Tuhan dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Mereka saleh dan tulus. Mereka seperti Nuh di antara orang-orang pada zamannya. Mereka menyenangkan hati-Nya. Mereka yang terikat dengan pernikahan juga mengikatkan diri kepada TUHAN. Status mereka sebagai imam yang melayani Tuhan dibuktikan dengan kehidupan mereka yang menjadi teladan bagi jemaat dan disukai oleh orang banyak.

Matthew Henry menerangkan Zakharia dan Elisabet sebagai pasangan yang tidak bercacat dihadapan Tuhan dengan penjelasan:
  1. Keadaan mereka yang benar di hadapan Allah dibuktikan melalui rangkaian dan arah perilaku mereka. Mereka menunjukkannya bukan dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan, dengan cara hidup yang mereka jalani dan dengan hukum yang mereka patuhi.
  2. Mereka mempunyai kualitas hati dan hidup yang sama, karena ibadah mereka sejalan dengan perilaku mereka. Mereka tidak hanya hidup sesuai dengan perintah Tuhan yang berhubungan dengan peraturan-peraturan ibadah saja, tetapi juga sesuai dengan ketetapan Tuhan yang berhubungan dengan segenap perilaku dan harus ditaati.
  3. Kepatuhan mereka bersifat menyeluruh. Bukan berarti mereka tidak pernah gagal dalam melaksanakan tugas-tugas mereka, tetapi mereka tetap berusaha sebaik mungkin.
  4. Dalam hal ini, meskipun mereka bukan tanpa dosa, namun mereka tidak bercacat. Tidak seorang pun bisa menuduh mereka dengan dosa memalukan yang diketahui umum. Mereka hidup dengan jujur dan damai, yaitu cara hidup yang sudah seharusnya dijalani para pelayan Tuhan dan keluarga mereka, supaya pelayanan mereka tidak dihina karena kesalahan mereka.
Dalam pernikahan Zakharia dan Elisabet diperhadapkan dengan kenyataan bahwa mereka tidak memiliki anak sebab Elisabet mandul dan keduanya telah lanjut umurnya. Anak-anak sebagai berkat dari Tuhan yang dirindukan mereka tidak kunjung hadir. Sebagai seorang imam tentu mereka mengetahui ada ibu-ibu yang tidak mempunyai anak dalam waktu yang lama sebelum mereka melahirkan anak, seperti: Ishak, Yusuf, Simson, Samuel. Kelahiran mereka jadi istimewa dan berharga. Terkadang Allah membiarkan umatnya lama menunggu rahmat-Nya, adakalanya Ia berkenan membalas kesabaran mereka dengan menggandakan rahmat-Nya pada waktunya.

Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan sebab dia yang kena undi untuk masuk ke Bait Suci dan membakar ukupan. ia melaksanakan tugas pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan sekalipun belum memiliki keturunan. Ini bukanlah upacara pembakaran ukupan oleh imam besar pada hari pendamaian. Pembakaran ukupan bukanlah di ruang Mahakudus yang hanya bisa dimasuki oleh imam besar. Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa seorang imam yang sama hanya membakar ukupan satu kali saja selama hidupnya (karena ada banyak imam yang bertugas dalam rombongan yang sama), setidaknya tidak lebih dari satu minggu.

Ketika dalam melaksanakan pelayanannya, Zakharia dikunjungi oleh seorang malaikat Tuhan dari surga. Hal ini sesuatu yang tidak lazim dimana malaikat menampakkan diri di Bait Suci membawa pesan dari Allah. Biasanya di Bait Suci melalui Urim dan Tumim dan melalui suara lembut dari antara para kerub. Malaikat berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Malaikat berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan harus engkau menamai dia Yohanes. Malaikat lalu menceritakan kehidupan Yohanes Pembaptis di masa depan.

Yosephus dalam tulisan War 6.4.1,5 dan dokumen Meggilot Ta'anit 29a 11-12 mencatat perkataan Rabbi Yose ben Halafta bahwa penghancuran Bait Suci Yerusalem terjadi pada tanggal 9 - 16 Av saat rombongan Yayarib (rombongan pertama - 1 Tawarikh 24:7) maka tugas rombongan ke-8 yaitu Abia jatuh pada tanggal 15-21 Tishri 3831. (Bandingkan dengan Ezra 7:8-10) Enam bulan kemudian Maria mengandung Yesus (Lukas 1:36) yaitu pada bulan ke enam (Adar) sehingga Yesus lahir bulan Kislew yang diduga berdekatan atau bersamaan dengan Hanukkah

Zakharia yang mendapatkan pesan Tuhan melalui malaikat, mengambil sikap untuk tidak mempercayai akan memiliki anak perjanjian ini, "Sebab aku sudah tua dan istriku bukan saja mandul, malahan sudah lanjut umurnya sehingga tidak akan mungkin bisa memiliki anak." Oleh karena itu, ia meminta tanda, atau ia akan tetap tidak percaya. Penampakan malaikat, yang sudah lama tidak pernah terjadi lagi di dalam jemaat, sebenarnya sudah cukup menjadi tanda jelas baginya. Apalagi pemberitahuan ini disampaikan di dalam Bait Allah, tempat Mahakudus Allah, sehingga ia memiliki alasan untuk berpikir bahwa tidak akan ada malaikat jahat yang diizinkan masuk. Tambahan pula pesan itu disampaikan ketika ia sedang berdoa dan membakar ukupan. Kondisi Zakharia berbeda dengan Abraham ketika mendapatkan janji memiliki keturunan melalui Sara.

Akibat imam Zakharia tidak percaya kepada pesan yang disampaikan malaikat maka ia dihukum menjadi bisu. Umat yang beribadah heran bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka bahwa ia (Zakharia) telah melihat suatu penglihatan di Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat sebab ia tetap bisu.

Santapan Harian berkomentar bahwa alasan jadi bisu adalah sangat jelas. Zakharia sebagai imam, dipakai oleh Tuhan untuk membawakan doa-doa umat kepada-Nya. Mulut yang biasa dipakai untuk melantunkan doa, kali ini dibungkamkan oleh ketidakpercayaannya kepada pernyataan hamba Tuhan, malaikat Gabriel. Bisu adalah hukuman atas ketidakpercayaan Zakharia. Bisu juga adalah alat untuk mencegah Zakharia bertindak munafik, dengan tetap melantunkan doa permohonan ampun umat kepada Allah, mencegahnya kepada dosa yang lebih berat! Akan tetapi, respons Zakharia berbeda dengan respons Elisabet. Ketika mengetahui dirinya mengandung, ia memuji Tuhan. Ia langsung mengenali perbuatan tangan Tuhan yang baik telah berlaku atasnya. Perhatikan ucapan Elisabet, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” Ucapan ini mengandung kesaksian atas apa yang Tuhan sudah lakukan pada dirinya. Tuhan dipermuliakan melalui kesaksian atas apa yang terjadi dalam hidupnya.

Zakharia dicegah dari kemungkinan “memalukan” Tuhan, sementara Elisabet diberi kebebasan untuk “memuliakan” Tuhan. Zakharia mungkin tidak perlu “ditutup” mulutnya oleh malaikat, andaikata dalam keraguan ia bersikap seperti Maria (bandingkan Lukas 1:38), “Jadilah kehendak-Mu atasku.”

Hal-hal yang mustahil juga dapat TUHAN berikan kepada kita sebagai umat pilihan-Nya. Jika keajaiban mujizat-Nya diberikan kepada kita... marilah kita ingat bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan agar kita tidak mengalami peristiwa seperti yang dialami Zakharia. Zakharia atas kemurahan Tuhan dapat berbicara kembali saat anaknya lahir dan diberi nama Yohanes lalu memuji Allah.


Tulisan lainnya:
Terbesar Dan Terkecil Penilaian Yesus
Penglihatan Dari Tuhan
Perempuan Mandul Menurut Alkitab
Pandangan Alkitab tentang Orang Cacat
Dosa Tidak Percaya


×
Berita Terbaru Update