Lisa Haven , dari "Before It's News," mencatat lebih dari 1.000 pemimpin agama dari empat belas agama di dunia bertemu. Mereka menandatangani Perjanjian Persatuan Agama, sebuah janji agama-agama untuk bersatu tanpa syarat dan tanpa diskriminasi untuk mencapai “perdamaian dunia.” Tujuan mereka? Sebuah Agama Satu Dunia di bawah Kepausan. (Tahun 2016)
Terbentuknya "New World Order" tidak dapat dilepaskan dari "One World Religion". Agar dapat membuat agama baru dibutuhkan "Nabi palsu" untuk menipu bahkan orang-orang pilihan dan bahwa "nabi" ini akan membuat semua orang menyembah patung yang mirip dengan Antikristus: "Dan dia memiliki hak untuk menghidupkan kembali patung binatang yaitu patung Binatang dapat berbicara dan membunuh sebanyak mungkin orang yang tidak menyembah patung binatang Wahyu 13:15. Bila melakukan searching di internet misal memasukan kalimat "konferensi kecerdasan buatan vatikan" maka diketahui bahwa Vatikan seringkali mengumpulkan para pakar kecerdasan buatan dan perusahaan yang terkait dari seluruh dunia mengenai kecerdasan buatan. Dengan keseriusan mengikuti perkembangan teknologi kecerdasan buatan terkini maka Vatikan adalah lembaga keagamaan terdepan dalam berurusan kecerdasan buatan. Tidaklah heran bila suatu saat nanti di Vatikan diduga akan dapat hadir patung yang dapat berpikir dan berbicara lebih cerdas dari manusia. Kecerdasan buatan sangat berhubungan dan dibutuhkan dengan pembentukan agama baru di dunia. Sebagai orang percaya kepada Yesus, mendoakan Paus agar rendah hati dan memuliakan TUHAN Yesus sangat penting sehingga kemunculan patung yang dapat berbicara sesuai dengan waktu yang ditetapkan TUHAN dan tidak mengejutkan orang percaya sebab telah dibekali menghadapi masa itu.
Untuk membentuk satu agama dunia baru maka diperlukan langkah langkah yang terstruktur dan terencana dengan baik. Untuk itu diperlukan penyatuan organisasi dalam sebuah agama sehingga Kristen yang banyak alirannya bersatu dalam sebuah wadah, demikian juga dengan agama lainnya didunia. Setelah setiap agama yang banyak alirannya dapat disatukan maka haruslah dibina toleransi antar umat beragama.
Vatikan menjadi pelopor dan contoh toleransi dengan rencana berdiri / hadirnya "Rumah Keluarga Abrahamik" sehingga hubungan antar umat Yahudi, Kristen dan Islam dapat terealisasi di Pulau Saadiyat - Abu Dhabi. Rumah keluarga Abrahamik adalah tempat yang dengan toleransi bukan untuk mempersatukan agama. Menyatukan agama diperlukan teknologi kecerdasan buatan yang masih dikembangkan.
Langkah strategis mengali persamaan yaitu mengenai perdamaian, toleransi, keadilan dan cinta dengan menjunjung ciri khas dan keunikan setiap agama yang didalamnya sarat tradisi dan ritual. Setiap hari pemeluk agama dianjurkan berdoa berdasarkan kepercayaan masing-masing yang melingkupi ritual, teks suci dalam bahasa masing-masing sehingga mencerminkan persaudaraan antar agama dengan patokan pencampuran agama menjadi satu adalah pelanggaran kebebasan berkeyakinan.
Meski Paus saat ini pemimpin dalam gerakan toleransi beragama dan giat dalam kecerdasan buatan, tetapi sosok nabi palsu yang akan memiliki patung yang dapat berbicara dan memiliki kecerdasan buatan dan berambisi pemimpin global serta dipilih oleh antiKristus jadi jurubicaranya belumlah muncul dan tidak diketahui sampai hari tiba untuk membuat pernyataan tersebut. Semuanya masih berjalan menuju pengenapan kitab Wahyu. Selagi masih siang masih ada waktu untuk mengunakan kesempatan untuk memberitakan keselamatan hanya melalui anugerah karya salib Yesus.
Toleransi adalah hal yang baik dalam masyarakat yang sehat, tetapi dapat digunakan untuk tujuan jahat. Toleransi atau penyalahgunaannya sekarang dianggap sebagai kewajiban pertama kewarganegaraan dalam agama. Kami diminta untuk toleran terhadap semua agama lain dan memperlakukan mereka seolah-olah mereka memiliki kebenaran yang sama.
Menurut ajaran Yesus Kristus, tugas pertama kita bukanlah untuk bersikap toleran, tetapi untuk mengasihi sesama kita. Seorang Farisi, mencoba untuk terlihat licik dan tergoda, bertanya, "Guru, apakah perintah agung hukum Taurat?" (Matius 22:36-40). Jawaban Yesus menyentuh hati cinta sejati dan keadilan. Keadilan dan cinta adalah dua kewajiban pertama yang kita miliki terhadap sesama kita, kepada semua orang. Toleransi tidak disebutkan dimanapun dalam ajaran Kristus. Mungkin karena toleransi saja tidak cukup.
Orang Kristen tidak hanya harus menoleransi yang terhilang, tetapi orang Kristen harus mengasihi mereka dengan kasih ilahi, membagikan Injil kepada mereka dan, jika perlu, memberikan hidup mereka untuk mencari yang terbaik. Ini jauh melampaui apa yang dapat diberikan oleh dunia modern.
J. Davila-Ashcraft menyatakan bahwa orang Kristen harus memiliki toleransi terhadap agama lain, tetapi untuk kesalahan mereka tidak ada toleransi. Kita tidak bisa berkompromi dengan kepalsuan dan kebohongan spiritual. Apa yang jahat tidak bisa kita paksa untuk disebut baik, apalagi kita bisa menegaskan bahwa api itu dingin.
Diduga penyatuan agama tidak dapat dilepaskan dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) Posisi Vatikan saat ini sebagai lembaga yang giat mengusahakan pengembangan kecerdasan buatan yang sejalan dengan Hak Asasi Manusia dan Kesejahteraan umat manusia dengan diwujudkan adanya dokumen Rome Call for AI Ethics dimana Uskup Vincenzo Paglia sebagai perwakilan Paus untuk masalah tersebut dengan enam butir prinsip persyaratan implementasi kecerdasan buatan yang etis. Mungkinkah Vatikan pembuat rambu dan peraturan soal kecerdasan buatan suatu hari kelak menjadi pelanggar dari aturan yang dibuatnya saat ini atau ada tokoh lain yang tiba-tiba merebut pengaruh Vatikan, misal gerakan zaman baru, neo-Marxis, Yudaisme atau Islam?
Stephen Hawking dalam wawancara dengan BBC tahun 2014 menyatakan manusia tidak dapat bersaing dan dikalahkan oleh kecerdasan buatan sebab manusia alami evolusi biologis yang lambat sedangkan kecerdasan buatan sesuatu yang mandiri dapat merancang ulang dirinya secara progresif. Kemandirian kecerdasan buatan dapat menjadikan nilai keadilan, keamanan dan ruang privasi diabaikan guna mencapai tujuan yang ditanamkan dalam kecerdasan buatan.
Hadirnya satu-satunya agama dunia, dengan segala penekanannya pada toleransi dan inklusi, tidak akan menoleransi Kekristenan yang mengajarkan keselamatan hanya melalui anugerah. Setidaknya bukan kekristenan yang alkitabiah atau historis. Akibatnya, dia akan mencari cara kehancuran total kita (Wahyu 17:6). Kemartiran orang Kristen yang menolak untuk menyembah patung Binatang sebagai karya besar manusia dalam teknologi kecerdasan buatan itu akan dilihat sebagai hal yang baik bagi umat manusia bila agama dunia menjadi satu.
Gereja adalah penjaga kehendak dan kebenaran Allah yang diwahyukan, dan karena itu tidak dapat berkompromi dengan kesalahan; dan gereja mana pun - tidak peduli seberapa cintanya di permukaan, tidak peduli bagaimana itu di bidang kesejahteraan sosial atau keadilan sosial - gereja mana pun yang melakukan filantropi palsu demi vandalisme. Dengan agama-agama palsu - dengan demikian membuktikan bahwa dia bukan seorang Kristen dalam pengertian ortodoks dan pada kenyataannya, adalah pelopor dunia baru, dunia satu agama. Waspada, sadar dan bijaksana.
Gereja suatu saat diperhadapkan ada satu agama di dunia, itu adalah kesesakan bagi Kekristenan sebagai tanda TUHAN YESUS segera datang kembali sangat singkat. Maranatha!
- Tulisan lainnya:
- Apakah Semua Agama Sama?
- Pemikiran Terhadap Free Thinker
- Life Engineering Sebuah Tantangan
- Pengendalian Sosial Dalam Praktik Globalisasi
- Pengenapan Pembunuhan Orang Beriman
- Manusia, Kecerdasan Buatan dan Robot