-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Iman Memindahkan Gunung

Rabu, 23 Maret 2022 | Maret 23, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-17T12:09:56Z
Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. Matius 17:20

Teks di atas adalah perkataan Yesus kepada para murid-Nya saat mengetahui bahwa murid-murid Yesus tidak dapat menyembuhkan seorang anak muda yang menderita penyakit ayan / epilepsi. Secara medis epilepsi / ayan adalah gangguan pada sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak. Hal ini menyebabkan penderitanya mengalami kejang secara berulang pada sebagian atau seluruh tubuh dimana hingga saat ini tidak dapat disembuhkan, dokter hanya dapat meringankan gejala gangguan dari epilepsi. sedangkan menurut Matius 17:18 menyatakan penyakit ini disebabkan oleh setan. Ada pendapat bahwa setan yang jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa dan berpuasa. (Matius 17:21)

Hal yang biasa terjadi dalam diri orang Kristen adalah tidak percaya yaitu iman yang rendah dan ketidakpercayaan sangat besar. Gill's Exposition of the Entire Bible menegaskan bahwa Kristus berkata, bukan karena ketidakpercayaan orang tua dari anak itu, dan orang-orang yang bersamanya, meskipun itu juga merupakan suatu alasan; tetapi karena ketidakpercayaan mereka, karena bersedia untuk meyakinkan mereka tentang ketidakpercayaan mereka, seperti yang telah dilakukan ayah dari anak itu, yang telah mengakuinya, dan menginginkan agar hal itu disingkirkan darinya: tetapi jangan sampai mereka berpikir bahwa mereka telah kehilangan kekuatan melakukan mujizat. Yesus menambahkan jika memiliki iman sebesar biji sesawi maka penyakit ayan / epilepsi dapat menjadi sembuh.

Iman kepada Yesus mendatangkan kesembuhan terhadap sakit ayan diumpamakan dengan memerintahkan gunung untuk pindah maka gunung itu akan pindah. Karunia iman sebesar biji sesawi mendatangkan mujizat menyelesaikan permasalahan yang tidak dapat diatasi dengan kekuatan dan kemampuan manusia sebab iman membuat Allah bertindak menyatakan kebesaran dan kekuatan-Nya. Iman sebesar biji sesawi menjadikan suatu yang mustahil menjadi mungkin karena Allah menyertai. Para rasul dan orang percaya diperhadapkan masalah yang sama sulitnya dengan memindahkan gunung karena itu diperlukan karunia iman dalam melakukan tugas yang menanti disepanjang jalan hidup mereka. Gunung dan atau bukit dalam kasus di atas adalah melambangkan jalan hidup yang sukar (Yeremia 13:16), hambatan-hambatan (Matius 21:21), dan kesukaran-kesukaran lain (Zakharia 4:7), dan semuanya itu dapat diatasi oleh orang-orang yg imannya meski sebesar biji sesawi.

Teks memindahkan gunung dalam sejarah Kristen pernah diperhadapkan oleh Kalifah Muiz lidinillah, seorang penguasa dinasti Fathimiyyah pendiri kota Kairo Mesir kepada Pemimpin tertinggi Gereja Ortodoks Koptik saat itu, yaitu Patriarkh Abram Ibnu Zahra al-Suryani. Hal itu disebabkan Sang Kalifah memanggil Ya’qub bin Kilis dan Patriarkh Abram untuk mengadakan perdebatan agama.
Ya’qub bin Kilis memanggil rekannya, Rabbi Musa, sedangkan Patriarkh Abram menghadirkan Anba Saweris Ibn Al-Muqaffa’, Uskup Asmunain, Mesir utara. Saat berdebat Rabbi Musa sangat marah ketika Anba Saweris menyebutnya الجهل “al-Jahlu” (bodoh, ignorence), karena sang rabbi sulit memahami kebenaran iman dalam Kristus. “Jangan marah, hai Rabbi Musa, karena memang seorang nabi telah menyebut kaum Yahudi demikian”, kata Anba Saweris. من يكون هذا النبي؟ “Man yakûnu hadzā al-nabi?” (Siapakah nabi yang telah berkata begitu?), kejar Rabbi Musa. انه إِشَعْيَاءَ النبي الذي قال عنكم “Innahu Ish’aya al-nabī alladzī qāla ‘ankum” (Dialah Nabi Yesaya yang berkata demikian tentang kalian). “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Bani Israel tidak”, Anba Saweris mengutip Yesaya 1:3: “Keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya”.
Pemuka agama Yahudi tidak dapat melupakan "penghinaan" dari Anba Saweris sehingga ia belajar Perjanjian Baru dan berjumpa dengan teks di Matius 17:20. Ya’qub bin Kilis menyampaikan ayat ini kepada Kalifah: “Kami menemukan ayat ini tertulis dalam Injil, bahwa kalau seorang mempunyai iman sebesar biji sesawi ia akan mampu memindahkan gunung”. “Karena itu” , hasut Ya’qub bin Kilis, “Perintahkanlah mereka untuk membuktikan kebenaran ayat dalam kitab suci mereka, wahai Baginda Raja, apabila mereka tidak bisa melakukannya, mereka harus dihukum karena kepalsuan dan kebohongan agama mereka”.
Kalifah memanggil Patriarkh Abram bin Zahra, supaya orang-orang Kristen membuktikan kebenaran yang ditulis dalam Kitab Injil. Mereka disuruh meminta Allah untuk memindahkan bukit yang berdiri mengelilingi Birket el-Fil, dekat Al-Azhar sekarang. Tentu saja ini tantangan yang mustahil secara manusia. Tetapi harus dilakukannya demi mempertaruhkan eksistensi hidup umat Kristen di Mesir pada zaman itu.
Kalifah sudah setuju dengan empat opsi yang ditawarkan oleh kedua orang Yahudi itu:
  1. Memenuhi dan mewujudkan perintah Injil untuk secara harfiah memindahkan gunung;
  2. Seluruh umat Kristen harus masuk Islam, apabila imannya tidak terbukti;
  3. Jika tidak mau masuk Islam, umat Kristen harus meninggalkan Mesir dan berpindah ke negara lain;
  4. Jika mereka tidak mau meninggalkan Mesir, sementara mereka tidak mau masuk Islam, mereka harus dibunuh (Anba Matheus, 2003:51).
Patriarkh menyerukan agar seluruh umat Kristen berdoa dan berpuasa selama tiga hari tiga malam. Dan selama hari-hari puasa tersebut banyak fenomena surgawi terjadi untuk meneguhkan agar Patriarkh tetap berpegang teguh kepada imannya. Pertolongan Allah terjadi tepat pada waktunya, ketika akhirnya datang seorang bernama سمعان الخراز‎ “Sam’ān al-Kharrāz” (Simon penyamak kulit), yang mendapat pesan surgawi melalui Sayidatina Maryam al-Adra’ (Bunda Perawan Maryam) agar disampaikan kepada imam tertinggi Gereja Ortodoks Koptik itu. Pesannya adalah:
“Wahai Patriarkh yang mulia, naiklah ke bukit itu bersama-sama dengan semua pemimpin gereja, imam-imam, diaken dan kepala-kepala diaken, bawalah Alkitab, salib Kristus, dan lilin-lilin sebagai penerang di bukit itu. Setelah melakukan sakramen suci, tegakkanlah mukamu ke surga, dan serukanlah dengan suara nyaring: كبريا ليسون ، “Kyrie eleison!” ، كبريا ليسون “Kyrie eleison!” ، يا رب ارحم “Ya Rabbu irham!”, يا رب ارحم “Ya Rabbu irham!” .... Bersujudlah kepada Allah yang Maha tinggi, setiap berdiri buatlah tanda salib ke arah bukit itu, nanti engkau akan menyaksikan kemuliaan Allah tepat pada waktunya!”.
Kalifah dan seluruh warga kerajaan berjumpa Patriarkh Abraham, untuk menyaksikan apa yang akan terjadi. Sang Patriarkh melakukan apa yang disampaikan oleh Sam’an al-Kharaj. Setelah melakukan sakramen dan doa-doa (sejumlah sumber menyatakan mereka sungguh-sungguh berdoa sekitar 3 jama), Patriarkh, imam-iman, para rahib dan para diaken berseru dengan suara nyaring: كبريا ليسون “Kyrie eleison! - Tuhan, kasihanilah kami” كبريا ليسون “Kyrie eleison! - Tuhan, kasihanilah kami”, berulang-ulang sampai 400 kali ke arah timur, barat, utara dan selatan, tiba-tiba bukit itu perlahan mulai bergerak, kemudian benar-benar berpindah oleh kuasa Allah dalam nama Kristus.
Keajaiban terjadi di depan mata semua orang, Kalifah Mu’iz li dinillah berseru: عظيم هو الله تعلي ‘Adzimu Huwallah ta’ala!”, عظيم هو الله تعلي ‘Adzimu Huwallah ta’ala!” ، تبارك اسمك “Tabaraka ismuka!” (Allah Maha Agung dan Maha Tinggi, Allah Maha Agung dan Maha Tinggi, Terpujilah nama-Mu). “Cukup. Cukup, ya Patriarkh!”, seru Sang Kalifah. لقد اثبتم ان أيمانكم هو ايمان حقيفي “Laqad athbatam anna imanukum huwa imanun haqiqi!” (Telah kalian buktikan bahwa iman kalian adalah iman yang benar!).
Bukit yang awalnya berada di Birket El-phil berpindah sekitar 3 kilometer dari tempatnya semula. Karena itu bukit tersebut sampai kini dikenal مقطم “Muqatam”, yang berasal dari kata مقطع “maqtha’un” (terbelah). Sampai hari ini, Gereja Ortodoks Koptik memperingati mukjizat berpindahnya bukit Muqatam ini dengan puasa 3 hari sebelum 40 hari صوم الصغير “Shaum al-Shaghir” (Puasa kecil), yaitu menjelang perayaan Natal
Perpindahan bukit adalah peristiwa yang menakutkan sebab di duga alami getaran atau guncangan tanah (ground shaking) dan likuifaksi ( liquifaction) yang lebih besar dari peristiwa gempa di Sulawesi Tengah tahun 2018 dimana bukit di Kabupaten Sigi terbelah jadi dua dan desa Petobo telah pindah kira-kira 1 km. Hal ini menyebabkan Kalifah menjadi Kristen dan kerajaan diserahkan kepada anaknya Abu Manshur Nizar Al-Aziz Billah. Mukjizat ini dicatat oleh seorang saksi mata dan pelaku peristiwa itu, yaitu Anba Saweris Al-Muqaffa’ dalam bukunya تاريخ بطاركة كنيسة الإسكندرية القبطية “Tarikh Al-Bathrikiyyah al-Kanisah al-Iskandariya al-Qibhtiya” (Sejarah Kepatriarkhan Gereja Koptik Alexandria).

Seperti seorang anak kecil yang percaya terhadap orang tuanya yang bersedia memberi yang terbaik menurut pandangan dan kemampuan yang dimilikinya maka iman sebesar biji sesawi adalah iman yang cuma percaya sepenuhnya kepada TUHAN yang Maha Kuasa dan Maha Kreatif yang mampu melakukan apa saja yang dianggap baik oleh TUHAN melampaui apa yang dipikirkan dan diharapkan manusia.

Iman yang memindahkan gunung adalah iman yang menyebabkan TUHAN menyatakan kedahsyatan-Nya sebab "Dialah yang memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya;" (Ayub 9:55) Tuhan mau melakukan hal yang ajaib sebab DIA Mulia dan layak ditinggikan dan untuk itu meminta agar umat-Nya memiliki kualitas iman yang memindahkan gunung, dalam konteks Injil Matius menyembuhkan penyakit Epilepsi / ayan.

Yesus dan para murid dalam catatan sejarah mencatat bahwa iman yang memindahkan gunung bukan sesuatu yang mustahil menjadi bagian hidup orang percaya. Hidup bertumbuh dari iman kepada iman sebab orang benar hidup karena percaya. Perjalanan beriman diharapkan mencapai suatu titik dapat memindahkan gunung dengan kuasa TUHAN yang menyertai. Iman memindahkan gunung terjadi saat hidup kita bertemu dengan "gunung-gunung" kemustahilan dalam hidup kita saat mengiring TUHAN di perjalanan kehidupan beriman kepada-Nya. Tuhan dapat menyelesaikan permasalahan kita yang mustahil tetapi IA minta agar umat-Nya memiliki iman yang memindahkan gunung.

Semoga kita tidak berfokus melihat masalah dan persoalan yang mustahil dapat diatasi karena memang hal itu tidak mungkin atau mengandalkan imajinasi yang ada dalam diri kita dan meminta TUHAN lakukan sesuai dengan imajinasi itu. Iman memindahkan gunung adalah menyerahkan segala kemustahilan kepada TUHAN dan percaya dengan sungguh-sungguh bahwa TUHAN sanggup lakukan yang lebih baik dari apa yang kita pikirkan dengan terkadang diiringi berpuasa.


Premium WordPress Apps

Tulisan lainnya:
Iman Kepada Kekuatan Allah
Kekhawatiran Dan Jalan Keluarnya
Mujizat Menurut Alkitab
Manfaat Berdoa
Berpuasa
Gempa Bumi Besar Dalam Alkitab


×
Berita Terbaru Update