Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Rabu, 11 Oktober 2023

Perkataan Sia-sia Dan Pertanggungjawabannya

λέγω δὲ ὑμῖν ὅτι πᾶν ῥῆμα ἀργὸν ὃ λαλήσουσιν οἱ ἄνθρωποι, ἀποδώσουσιν περὶ αὐτοῦ λόγον ἐν ἡμέρᾳ κρίσεως
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. // Matius 12:36 -TB

Teks di atas mengatakan bahwa setiap kata sia-sia diminta pertanggungjawabannya di hari penghakiman. Sia-sia berasal dari kata dasar ἀργός yang memiliki arti: "menganggur, malas, tidak berpikir, tidak menguntungkan, merugikan" Hal ini berarti ucapan sia-sia adalah ucapan yang diucapkan tanpa dipikirkan atau sembarang dan juga tidak berfaedah menimbulkan kerugian.

Sejumlah terjemahan lain tertulis antara lain:
  • Jadi, ingatlah: pada Hari Kiamat, setiap orang harus bertanggung jawab atas tiap ucapannya yang tidak berguna. - BIS
  • Tetapi Aku berkata kepadamu bahwa pada Hari Pengadilan, setiap orang akan bertanggung jawab atas setiap perkataan yang pernah diucapkannya, bahkan yang dia ucapkan dengan sembarangan. - TSI
  • Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, setiap orang harus mempertanggungjawabkan setiap katanya yang tidak sewajarnya dituturkan. - AVB
  • Percayalah, pada Hari Kiamat setiap orang harus menghadap Allah dan bertanggung jawab atas setiap kata yang tidak baik, yang pernah diucapkannya. - BSD
  • Inilah yang hendak Kukatakan kepadamu: pada hari penghakiman setiap orang harus memberikan pertanggungan jawab atas setiap kata yang salah, yang telah diucapkannya. - KSKK
  • Jadi perkataan yang sia-sia yang dimaksud memiliki pengertian dari terjemahan lain adalah perkataan yang tidak berguna, perkataan sembarangan, perkataan tidak wajar atau tidak perlu, perkataan tidak baik dan juga perkataan yang salah.
Secara umum semua orang harus mempertanggungjawabkan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan karena komunikasi memiliki dampak yang sangat besar dalam kehidupan sosial dan hubungan antar individu. Berikut beberapa alasan mengapa mempertanggungjawabkan kata-kata penting:
  • Pengaruh pada Orang Lain: Kata-kata kita dapat memengaruhi perasaan, emosi, dan pandangan orang lain. Kata-kata yang tidak pantas atau menyakitkan dapat menyebabkan luka emosional, konflik, atau ketidaknyamanan pada orang lain.
  • Membangun atau Merusak Hubungan: Kualitas hubungan antara individu seringkali ditentukan oleh cara mereka berkomunikasi. Kata-kata yang tidak pantas atau kasar dapat merusak hubungan yang sudah dibangun dengan susah payah.
  • Kredibilitas dan Kepercayaan: Ketika seseorang seringkali mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya, orang lain mungkin akan meragukan kredibilitas dan kepercayaan dirinya. Ini dapat mempengaruhi reputasi dan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
  • Norma Sosial: Dalam masyarakat, terdapat norma-norma sosial yang mengatur cara berkomunikasi yang dianggap pantas. Melanggar norma-norma ini dapat menyebabkan penilaian negatif dan isolasi sosial.
  • Tanggung Jawab Pribadi: Setiap individu bertanggung jawab atas kata-kata dan tindakan mereka. Mengakui dan memperbaiki kesalahan komunikasi adalah bagian dari tanggung jawab pribadi untuk menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.
  • Keharmonisan Masyarakat: Untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, penting untuk menghormati perbedaan pendapat dan merawat lingkungan komunikasi yang positif. Ini memerlukan kebijaksanaan dalam pemilihan kata-kata.
  • Pencegahan Konflik: Kata-kata yang tidak pantas dapat memicu konflik yang sebenarnya dapat dihindari. Dengan berpikir sebelum berbicara dan memilih kata-kata dengan bijaksana, kita dapat mencegah eskalasi konflik yang tidak perlu.
Manusia diminta pertanggungjawabannya terhadap segala ucapannya. Agar dapat semaksimal mungkin dapat mempertanggungjawabkan ucapannya maka disarankan dalam berkata-kata untuk memperhatikan prinsip-prinsip berdasarkan Alkitab, antara lain:
  • Kejujuran: Alkitab menekankan pentingnya berbicara dengan jujur. Kitab Amsal 12:22 mengatakan, "Bibir yang dusta adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi mereka yang berbuat seturut kehendak-Nya berkenan pada-Nya."
  • Kehati-hatian: Alkitab juga mengingatkan kita untuk berbicara dengan hati-hati dan berpikir sebelum berbicara. Kitab Amsal 13:3 mengatakan, "Barangsiapa menjaga mulutnya, ia menjaga nyawanya; barangsiapa terlalu banyak membual, malapetaka menimpanya."
  • Menghindari Kata-kata Kasar atau Merendahkan: Alkitab menekankan pentingnya menghindari kata-kata kasar atau merendahkan orang lain. Efesus 4:29 mengatakan, "Tidak ada perkataan kotor yang keluar dari mulutmu, tetapi apa yang baik, yang mendatangkan pengajaran, dan yang beroleh kasih karunia."
  • Kepedulian terhadap Orang Lain: Alkitab mengajarkan kita untuk memperhatikan perasaan dan kebutuhan orang lain dalam berbicara. Filipi 2:3-4 mengatakan, "Janganlah ada seorangpun yang melakukan sesuatu dengan maksud untuk kepentingannya sendiri, tetapi masing-masing dengan rendah hati menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. Setiap orang memperhatikan bukan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain."
  • Menjaga Lidah: Kitab Yakobus menyatakan pentingnya menjaga lidah kita. Yakobus 1:26 mengingatkan, "Jika ada di antara kamu yang mengira bahwa ia adalah beragama, tetapi tidak mengendalikan lidahnya, ia menipu hatinya sendiri, maka agama itu sia-sia."
  • Kasih dan Pengampunan: Alkitab mengajarkan kita untuk mengasihi sesama dan memaafkan kesalahan mereka dalam berbicara. Kolose 3:13 mengatakan, "Sabarlah seorang akan seorang yang lain dan ampunilah seorang akan seorang yang lain jika seorang yang lain mempunyai suatu keluhan terhadap seorang yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, demikian juga hendaklah kamu."
  • Berbicara dengan Kebijaksanaan: Alkitab menekankan pentingnya berbicara dengan bijaksana. Amsal 15:2 mengatakan, "Mulut orang bijaksana menyampaikan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh menumpahkan kebodohan."
  • Menghormati Allah: Terakhir, berbicara yang bertanggungjawab juga melibatkan penghormatan kepada Allah dan menghindari penghujatan atau ucapan yang melawan-Nya.
Perkataan sia-sia harus dipertanggungjawabkan saat hari penghakiman setelah selesainya kehidupan di dunia. Sebelum tiba hari penghakiman, manusia dapat melakukan beberapa tindakan selama hidup di dunia agar pertanggungjawaban terhadap perkataan yang sia-sia dapat dibereskan secepat mungkin. Tindakan itu diantaranya adalah:
  • Meminta Maaf atau memohon ampunan. Jika Anda menyadari bahwa Anda telah berbicara dengan lalai atau bersalah, langkah pertama adalah meminta maaf kepada orang yang mungkin terluka atau tersinggung oleh kata-kata Anda. Pernyataan permintaan maaf seharusnya tulus dan jujur, dan Anda harus mengakui kesalahan Anda dengan mengatakan bahwa Anda menyesal atas perkataan tersebut.
  • Klarifikasi atau Penjelasan. Jika diperlukan, berikan penjelasan atau klarifikasi tentang maksud Anda yang sebenarnya. Terkadang, kata-kata dapat disalahpahami, dan memberikan konteks yang tepat bisa membantu memahami niat Anda.
  • Kesadaran Diri: Melakukan evaluasi dan refleksikan tindakan Anda serta kata-kata yang digunakan. Pertimbangkan mengapa Anda berbicara dengan cara tertentu dan apakah Anda dapat menghindari kesalahan serupa di masa depan.
  • Permintaan Restitusi: Jika kata-kata Anda menyebabkan kerusakan nyata, Anda mungkin ingin menawarkan bantuan atau upaya untuk memperbaiki situasi yang telah diciptakan oleh perkataan Anda. Ini bisa termasuk memperbaiki kesalahan atau meredakan konflik.
  • Perubahan Perilaku: Berjanjilah untuk memperbaiki perilaku berbicara Anda ke depannya. Ini dapat mencakup berkomitmen untuk lebih berhati-hati dalam berbicara, menghindari kata-kata kasar atau merendahkan, dan berbicara dengan lebih peduli dan empati.
  • Berdoa: Meminta bantuan dan bimbingan dari Tuhan adalah langkah penting dalam pertanggungjawaban rohani. Berdoa untuk mendapatkan kebijaksanaan dan kekuatan untuk berbicara dengan lebih bertanggungjawab.
  • Belajar dari Kesalahan: Jadikan kesalahan berbicara Anda sebagai pelajaran untuk pertumbuhan pribadi. Terus belajar tentang bagaimana berbicara dengan lebih bijaksana dan bertanggungjawab.
  • Terima Konsekuensi: Terkadang, kata-kata Anda bisa menghasilkan konsekuensi yang perlu Anda terima. Ini bisa berarti menerima reaksi orang lain terhadap kata-kata Anda, termasuk kemungkinan perubahan dalam hubungan atau reputasi Anda.
Dalam kisah Alkitab banyak contoh dimana orang yang harus bertanggungjawab terhadap ucapan mereka terutama jika diutus TUHAN untuk berbicara kepada para penguasa atau raja-raja. Tuhan yang akan menilai sikap utusan-Nya dan juga raja yang dikunjungi oleh utusan-Nya. Kasus populer adalah peristiwa Nabi Natan ketika ia menghadap raja Daud yang tertulis dalam 2 Samuel 12:1-14. Nabi Natan datang kepada raja Daud untuk mengingatkannya terhadap dosa besar yang telah dilakukan Daud, yaitu berzinah dengan istri orang lain, Batsyeba, dan menyebabkan kematian suaminya, Uria. Natan menggambarkan dosa Daud dalam sebuah perumpamaan yang kuat. Setelah mendengar perumpamaan tersebut, Daud marah dan bersedia untuk menghukum orang yang disebutkan dalam perumpamaan itu. Namun, Natan kemudian mengungkapkan bahwa perumpamaan tersebut adalah tentang Daud sendiri. Dia mengungkapkan kebenaran dengan tegas dan jujur, meskipun tindakan ini sangat berisiko. Natan bertanggungjawab atas ucapan perkataannya dan mengingatkan Daud akan dosa-dosanya, memungkinkan raja untuk bertobat dan memperbaiki hubungannya dengan Allah.

Natan seorang nabi yang memiliki keberanian untuk berbicara dengan tegas terhadap raja, meskipun tindakannya bisa berakibat fatal. Natan bertindak dengan integritas dan bertanggung jawab atas perkataannya dengan tujuan mengembalikan Daud ke jalan yang benar di hadapan Allah. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh Yohanes Pembaptis ketika menegur Herodes tetapi sejarah hidup Yohanes Pembaptis berbeda dengan Nabi Natan tetapi Yohanes Pembaptis sekalipun dihukum pancung, perkataannya tidaklah sia-sia.

Perkataan sia-sia dan pertanggungjawabannya adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak sempurna dalam berkata-kata. Firman-Nya berkata barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya (Yakobus 3:2) Jika tidak sempurna dalam perkataan termasuk diantaranya mengucapkan perkataan sia-sia, maka jalan keluar yang ditawarkan berdasarkan Firman-Nya adalah meminta pengampunan terhadap kesalahan yang diucapkan lidah. Berikut adalah cara-cara yang dapat membantu Anda mendapatkan pengampunan:
  1. Meminta Maaf atau pengampunan kepada TUHAN: >> Kitab 1 Yohanes 1:9 mengatakan, "Jika kita mengaku dosa kita, Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Meminta pengampunan kepada Tuhan Allah adalah langkah pertama yang penting.
  2. Membawa Dosa-dosa Kepada TUHAN dalam Doa: >> Kitab Mazmur 32:5 mengatakan, "Akulah yang mengaku kepada-Mu dosaku, dan bukan aku menyembunyikannya; akulah yang mengaku kepada-Mu kesalahanku, dan Engkau mengampuni dosa-dosa yang ada pada hatiku." Bicarakan kesalahan-kesalahan Anda dalam doa kepada TUHAN dengan tulus dan rendah hati.
  3. Bertobat dengan Tulus: >> Kitab Amsal 28:13 mengajarkan, "Siapa menutupi pelanggaran-pelanggarannya, tidak akan berhasil, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya, ia akan diberi rahmat." Bertobat dengan tulus berarti mengaku salah atas kesalahan-kesalahan Anda, berusaha untuk tidak mengulangi mereka, dan mencari perubahan dalam hidup Anda. Berbalik dari dosa.
  4. Minta bimbingan Roh Kudus: >> Doa kepada Roh Kudus untuk membantu Anda berbicara dengan lebih bijaksana dan bertanggung jawab dalam masa depan. Roh Kudus dapat memberikan panduan dan kekuatan dalam usaha Anda untuk berbicara dengan benar.
  5. Bertobat kepada Orang yang Tersakiti: >> Jika kata-kata Anda telah menyakiti seseorang, minta maaf kepada mereka secara langsung. Kitab Matius 5:23-24 mengingatkan kita tentang pentingnya memperbaiki hubungan dengan sesama sebelum mendekatkan diri kepada TUHAN.
  6. Belajar dari Kesalahan Anda: >> Pelajari dari kesalahan Anda dan komitmen untuk tidak mengulangi mereka. Kitab Amsal 19:20 mengingatkan kita untuk mendengarkan nasehat dan mengambil pelajaran dari pengalaman.
Ingatlah bahwa Allah adalah Allah pengampun yang penuh kasih. Kitab Mazmur 103:12 (TB) mengatakan, "Sejauh timur dari barat, demikianlah Ia menghapuskan pelanggaran kita." Percayailah bahwa Allah siap memberikan pengampunan kepada Anda jika Anda datang kepada-Nya dengan hati yang tulus. Ingat juga bahwa TUHAN Yesus telah datang dan telah menebus segala pelanggaran dan dosa. Terimalah Dia sebagai Mesias dan TUHAN sebelum tiba hari penghakiman.



Tulisan lainnya:
Manusia Wajib Tanggungjawab
Tanggungjawab Sosial Organisasi Dan Alkitab
Kuasa Ucapan Perkataan Manusia
Diampuni Menurut Perjanjian Lama Dan Injil Lukas
Kesempatan Kedua Dari TUHAN
Persiapan Jelang Penghakiman



Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)