Jika berbicara bahwa TUHAN ALLAH akan menghakimi manusia maka sebagian orang berpikir bahwa TUHAN adalah sosok yang penuh cinta kasih dan rahmat maka hanya dalam beberapa ajaran agama terentu saja yang meyakini setelah kematian maka akan diuji dan dihakimi berdasarkan perbuatannya selama diberi kesempatan hidup di bumi sehingga pengajaran bahwa manusia akan dihakimi tidak bersifat universal di sejumlah agama dunia.
Teks Alkitab di atas dengan jelas mengajarkan bahwa TUHAN akan menghakimi seluruh umat manusia. Penghakiman-Nya tidak harus selalu menunggu kematian baru dihakimi oleh-Nya tetapi saat masih hidup pun dapat menjatuhkan penghakiman kepada manusia. Bukankah terhadap umat pilihan sekalipun TUHAN dapat mendatangkan kutuk bila berdasarkan keadilan-Nya layak dikutuk? Misalnya dalam Ulangan 28:15, "Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau. Rincian hukuman TUHAN berupa sejumlah kutuk tertulis dalam Ulangan 28:20-68 yang menyiratkan bahwa dalam kondisi tertentu penghakiman yang dilakukan TUHAN tidak perlu menunggu kematian terlebih dahulu. Penghakiman setelah kematian hanya dibagi dua kelompok besar yaitu mendapatkan upah tinggal di surga atau neraka.
Penghakiman tidak dapat dilepaskan dari sikap manusia yang melakukan dosa dan sifat TUHAN yang Mahakudus dan Adil serta benar. Manusia yang berdosa menyebabkan menanggung kutuk dosa. Manusia tidak ada yang sanggup menghindari kutuk dosa yang menyebabkan kebinasaan. Bapa yang mengasihi manusia mengutus Anak-Nya Yang Tunggal hingga Firman menjadi manusia agar setiap orang percaya tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal. Firman yang mengenakan daging serupa dengan manusia adalah Yesus. Yesus telah memikul kutuk dosa yang menyelesaikan permasalah ketentuan setiap manusia yang berdosa mendatangi neraka dengan ketentuan harus percaya lalu tinggal dalam kasih karunia Yesus Kristus sampai akhir hidupnya. Sekalipun manusia yang percaya dan melekat kepada Yesus terhindar dari hukuman kekal di api yang bernyala-nyala tetapi tetap berlaku hukum tabur tuai selama hidup di bumi.
Teks di atas juga menjelaskan bahwa Allah Yang Esa berhak menghakimi sebab DIA adalah Pencipta segala sesuatu dan telah menunjukkan keagungan-Nya kepada manusia sehingga layak dimuliakan dengan penuh hormat melalui melakukan segala ketetapan-Nya dengan sungguh-sungguh yang disertai rasa takut kepada-Nya.
Berdasarkan teks di atas tanda terjadinya penghakiman terhadap manusia dapat dilihat dari situasi di langit, bumi, laut dan mata air. Contoh:
- Langit - Matius 24:29 "Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang." Misal peristiwa Chebarkul
- Bumi - Lukas 21:11 "dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit." Misal peristiwa: Catatan gempa Alkitab, Kelaparan besar.
- Laut - Lukas 21:25 "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Misal: Catatan deru gelora laut.
- Mata air - Wahyu 16:4 "Dan malaikat yang ketiga menumpahkan cawannya atas sungai-sungai dan mata-mata air, dan semuanya menjadi darah." Misal: menyusul.
Kebaikan TUHAN tetap dinyatakan kepada umat-Nya sekalipun keadaan langit, bumi, laut dan mata air telah alami kemerosotan signifikan guna mendukung kehidupan manusia dan atau makhluk lainnya yang berada di bumi selama belum selesainya pelaksanaan pemeteraian hamba-hamba TUHAN ALLAH - Elohim. Hal ini ditegaskan dalam Wahyu 7:2-3 yang tertulis; "Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
Gempa bumi saat ini diduga diizinkan TUHAN sampai kekuatan sekitar 9 SR atau maksimal X MMI. Kita tidak tahu jika masa penghakiman manusia saat diperintah iblis "dalam batas maksimal dalam sejarah dunia". Mungkin gempa bumi dapat mencapai kekuatan sampai XIII MMI belum aspek lainnya mengenai deru gelora laut. Bukankan saat ini deru dan gelombang laut - maksimal sudah menyentuh lebih dari 20 meter? Bagaimana saat penghakiman dilakukan terhadap penduduk dibumi? Jika kondisi demikian mungkin hanya kapal induk yang besar saja yang dapat berlayar. Belum lagi dengan risiko jatuhnya benda-benda angkasa atau setidak-tidaknya satelit buatan manusia alami kekacauan di ruang hampa karena terjadinya perubahan atmosfer.
Betapa dahsyat dan mengerikannya saat penghakiman dilakukan di akhir zaman terhadap manusia yang menjadikan sia-sia kasih karunia Yesus Kristus dan yang tidak takut dan memuliakan TUHAN. Untuk dapat perlindungan dari peristiwa tersbut Alkitab - Firman TUHAN hanya memberikan satu jalan yaitu menjadi manusia yang dimeteraikan oleh TUHAN - menjadi milik TUHAN yang tersegel sekalipun mungkin alami penderitaan saat masa kesengsaraan besar tiba karena diduga tidak ikut alami pengangkatan gereja.
Fokus utama murid Yesus adalah bagaimana mendapatkan kasih karunia dari TUHAN agar masuk kelompok yang termeteraikan menjadi milik dan kesayangan TUHAN menjelang hari penghakiman besar terhadap umat manusia di bumi. Persiapan jelang penghakiman yang tercantum dalam Firman TUHAN adalah menjadi mempelai Kristus. Perhatikan Kidung Agung 4:12 "Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai" Dengan jadi mempelai Kristus maka menjadikan jaminan keselamatan dari TUHAN Sang Mempelai Pria yang sejati.
Kiranya dalam kasih karunia yang besar menjadikan kita layak sebagai mempelai Kristus yang termeterai hingga ada keluputan menjelang penghakiman tiba. Maranatha