Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. Amsal 14:1
Kebijaksanaan dari perempuan yang bijak karena dalam dirinya melekat sejumlah hikmat yang tidak hanya mencakup pengetahuan intelektual tetapi juga keterampilan praktis, wawasan moral, dan kemampuan untuk membuat penilaian yang baik. Dalam budaya Israel kuno, hikmat sangat dihargai dan dianggap sebagai anugerah ilahi. Hikmat dikaitkan dengan kemampuan untuk menjalani kehidupan yang benar dan sukses. Literatur hikmat, seperti kitab Amsal, Pengkhotbah, dan Ayub, mencerminkan pentingnya hikmat dalam membimbing perilaku etis dan memahami dunia. Hikmat dipersonifikasikan sebagai seorang wanita dalam Amsal, yang memanggil orang untuk mengikuti jalannya demi kehidupan yang penuh berkat dan kebenaran.
Ayat di atas memberikan petunjuk bahwa memiliki sekumpulan hikmat berdampak rumah dapat didirikan. Rumah dalam pengertian di atas bukan saja berbicara soal kehidupan yang baik dalam membangun suatu rumah tangga yang baik atau kehidupan yang kekal di surga dimana kita tinggal di rumah Bapa Surgawi melainkan juga bagaimana kita dapat menghuni sebuah hunian yang layak di bumi. Sejumlah hikmat yang membuat bijaksana adalah hal penting bagaimana dapat menghuni sebuah hunian yang layak di bumi dan di surga kelak.
Memiliki hikmat dan memiliki tempat hunian yang layak memiliki hubungan yang erat. Tempat hunian yang layak adalah kebutuhan dasar yang penting untuk kesejahteraan, dan hikmat membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhan dengan baik untuk memahami dan menerapkan pengetahuan dengan benar. Hubungan antara hikmat dan tempat hunian yang layak nyata dalam hal seperti:
- Hikmat Membantu Merencanakan Keuangan: Orang yang bijaksana akan mampu merencanakan keuangannya dengan baik, termasuk menabung untuk membeli atau menyewa tempat hunian yang layak. Mereka akan menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan membuat anggaran yang realistis.
- Hikmat Membantu Memilih Lokasi yang Tepat: Orang yang bijaksana akan mempertimbangkan dengan matang lokasi tempat hunian yang akan mereka pilih. Mereka akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti keamanan, akses ke fasilitas publik, dan lingkungan yang nyaman.
- Hikmat Membantu Memelihara Tempat Hunian: Orang yang bijaksana akan merawat dan memelihara tempat hunian mereka dengan baik. Mereka akan melakukan perbaikan yang diperlukan dan menjaga kebersihan lingkungan.
- Hikmat Membantu Menciptakan Suasana yang Nyaman: Orang yang bijaksana akan berusaha menciptakan suasana yang nyaman dan harmonis di tempat hunian mereka. Mereka akan menjaga hubungan baik dengan tetangga dan menciptakan lingkungan yang positif.
- Hikmat Membantu Menghindari Masalah Hukum: Orang yang bijaksana akan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai pemilik atau penyewa tempat hunian. Mereka akan menghindari tindakan yang dapat menimbulkan masalah hukum.
Kebijaksanaan akibat memiliki sejumlah hikmat dalam menjalani hidup terkadang tidak membuat secara instan / waktu relatif singkat dapat menghuni tempat yang layak karena terkadang membutuhkan proses dari kebiasaan hidup. Hikmat dan kebiasaan hidup memiliki hubungan yang sangat erat. Hikmat adalah kemampuan untuk memahami dan menerapkan pengetahuan dengan benar, sementara kebiasaan hidup adalah tindakan yang kita lakukan secara berulang-ulang. Hal yang menjelaskan hubungan antara hikmat dan kebiasaan hidup:
- Hikmat Membentuk Kebiasaan Hidup: Hikmat membantu kita untuk membuat pilihan yang tepat dan membangun kebiasaan hidup yang baik. Misalnya, orang yang bijaksana akan memilih untuk makan makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan tidur yang cukup. Kebiasaan-kebiasaan ini akan membantu mereka untuk hidup lebih sehat dan bahagia.
- Kebiasaan Hidup Mencerminkan Hikmat: Kebiasaan hidup seseorang dapat mencerminkan tingkat hikmat yang dimilikinya. Orang yang memiliki kebiasaan hidup yang baik cenderung lebih bijaksana dalam membuat keputusan dan menjalani hidup.
- Hikmat Meningkatkan Kualitas Hidup: Hikmat dapat membantu kita untuk meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan. Dengan memiliki hikmat, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keuangan, hubungan, dan karir.
- Hikmat Dapat Dipelajari: Hikmat bukanlah sesuatu yang bawaan sejak lahir. Kita dapat mempelajari hikmat melalui pengalaman, pendidikan, dan interaksi dengan orang lain. Semakin banyak kita belajar dan mengembangkan diri, semakin bijaksana kita akan menjadi.
- Kebiasaan Hidup Dapat Diubah: Kebiasaan hidup bukanlah sesuatu yang permanen. Kita dapat mengubah kebiasaan hidup kita menjadi lebih baik dengan tekad dan usaha. Dengan bantuan hikmat, kita dapat membuat perubahan positif dalam hidup kita.
Dengan mengembangkan sejumlah hikmat dan membangun kebiasaan hidup yang baik, kita dapat meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan termasuk peluang kesempatan untuk dapat menghuni hunian yang layak di bumi dan di surga.
Dalam situasi normal seperti tidak hidup di zona konflik bersenjata atau situasi perang, terjadinya bencana alam yang mengerikan maka jika kita tidak hidup sebagai penghuni di tempat hunian yang layak biasanya disebabkan alami hidup dalam kemiskinan. Ada beberapa kebiasaan buruk yang dapat berkontribusi pada kemiskinan. Diantaranya adalah:
- Kurangnya perencanaan keuangan: Tidak mengatur anggaran dengan baik, menghabiskan lebih dari yang dihasilkan, dan tidak menabung atau berinvestasi dapat menyebabkan masalah keuangan jangka panjang.
- Pengelolaan waktu yang buruk: Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk aktivitas yang tidak produktif, seperti menonton televisi atau bermain game, dapat menghalangi seseorang dari mengejar peluang pendidikan atau pekerjaan yang lebih baik.
- Kurang disiplin dan motivasi: Tidak memiliki tujuan yang jelas, serta kurangnya dorongan untuk meningkatkan keterampilan atau mencari pekerjaan yang lebih baik, dapat menghambat kemajuan finansial.
- Pengambilan keputusan yang buruk: Membuat keputusan yang buruk terkait dengan keuangan, seperti mengambil pinjaman dengan bunga tinggi atau terlibat dalam aktivitas yang merugikan, dapat memperburuk situasi keuangan.
- Kebiasaan konsumsi yang boros: Menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak penting, seperti makan di luar terlalu sering atau membeli barang-barang mewah, dapat menguras tabungan dan menyebabkan utang.
- Kurangnya pendidikan dan keterampilan: Tidak mengejar pendidikan atau pelatihan tambahan dapat membatasi peluang pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik.
Kontribusi yang menyebabkan seorang alami kemiskinan adalah perencanaan keuangan yang tidak baik tetapi jika telah menjadi orang miskin maka urusan membuat perencanaan keuangan sesuatu yang tidak mudah sehingga membuat sulit keluar dari siklus kemiskinan. Kendala orang miskin membuat perencanaan keuangan sehingga untuk menghuni di tempat hunian yang layak suatu anugerah yang patut bersyukur antara lain:
- Pendapatan Tidak Menentu, yaitu:
- Jumlah Pendapatan Bervariasi: Orang miskin seringkali bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang tidak tetap setiap bulannya. Hal ini membuat sulit untuk membuat anggaran yang konsisten.
- Prioritas Mendesak: Kebutuhan mendesak seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan seringkali lebih diutamakan daripada menabung atau merencanakan keuangan jangka panjang. - Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan, yaitu:
- Literasi Keuangan Rendah: Banyak orang miskin tidak memiliki akses atau kesempatan untuk belajar tentang keuangan, investasi, atau pengelolaan utang.
- Kurangnya Kepercayaan pada Lembaga Keuangan: Beberapa orang mungkin tidak percaya pada bank atau lembaga keuangan lainnya karena pengalaman negatif atau kurangnya informasi. - Akses Terbatas ke Layanan Keuangan, yaitu:
- Tidak Memiliki Rekening Bank: Banyak orang miskin tidak memiliki rekening bank, sehingga sulit untuk menabung atau berinvestasi secara formal.
- Pinjaman dengan Bunga Tinggi: Mereka mungkin terpaksa meminjam uang dari rentenir atau lembaga keuangan informal dengan bunga yang sangat tinggi. - Tekanan Sosial dan Budaya, yaitu:
- Tuntutan Keluarga Besar: Orang miskin seringkali memiliki keluarga besar yang bergantung pada mereka secara finansial.
- Tradisi dan Kebiasaan: Beberapa tradisi atau kebiasaan mungkin menghambat upaya mereka untuk menabung atau mengelola keuangan dengan lebih baik. - Lingkungan yang Tidak Mendukung, yaitu:
- Infrastruktur Buruk: Akses ke transportasi dan komunikasi yang buruk dapat mempersulit orang miskin untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau mengakses layanan keuangan.
- Kurangnya Lapangan Kerja: Tingkat pengangguran yang tinggi dan kurangnya lapangan kerja juga menjadi kendala besar.
Orang miskin termasuk kalangan tunawisma memiliki kecenderungan melakukan kebiasaan buruk yang menjadi pola hidup dan menyebabkan seseorang terjebak dalam siklus kemiskinan melalui beberapa mekanisme. Pola kebiasaan buruk dapat berkontribusi terjadikan siklus kemiskinan antara lain:
- Pembentukan Kebiasaan: Kebiasaan buruk yang dilakukan secara berulang-ulang dapat membentuk pola perilaku yang sulit diubah. Misalnya, kebiasaan menghabiskan uang secara impulsif tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang dapat menyebabkan masalah keuangan yang berkelanjutan.
- Kurangnya Pendidikan dan Keterampilan: Kebiasaan mengabaikan pendidikan atau pelatihan dapat membatasi peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Tanpa keterampilan yang memadai, seseorang mungkin terjebak dalam pekerjaan dengan gaji rendah dan kesempatan karir yang terbatas.
- Pengambilan Keputusan yang Buruk: Kebiasaan mengambil keputusan yang buruk, seperti berhutang dengan bunga tinggi atau tidak menabung untuk masa depan, dapat mengakibatkan masalah keuangan yang semakin memburuk dari waktu ke waktu.
- Pengaruh Lingkungan: Seseorang yang tumbuh dalam lingkungan dengan kebiasaan buruk yang umum, seperti penyalahgunaan narkoba atau miras termasuk rokok, mungkin lebih cenderung mengadopsi kebiasaan serupa. Lingkungan yang tidak mendukung perkembangan positif dapat memperkuat pola hidup yang merugikan.
- Kurangnya Disiplin dan Motivasi: Tanpa disiplin dan motivasi untuk mengubah kebiasaan buruk, seseorang mungkin merasa sulit untuk membuat perubahan positif dalam hidup mereka. Hal ini dapat menghambat usaha untuk keluar dari kemiskinan dan memperbaiki kondisi hidup.
- Efek Psikologis: Kebiasaan buruk seperti menunda-nunda atau menghindari tanggung jawab dapat menyebabkan perasaan frustrasi dan rendah diri. Ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kondisi keuangan mereka.
- Ketergantungan pada Bantuan Sosial: Terlalu bergantung pada bantuan sosial tanpa berusaha meningkatkan kemampuan diri sendiri dapat membuat seseorang terjebak dalam kemiskinan.
- Perpecahan Keluarga: Perceraian atau perpecahan dalam keluarga dapat menyebabkan beban finansial yang lebih besar pada salah satu pihak.
- Perjudian : Bermain judi biasanya hanya menambah miskin sebab hampir tidak pernah yang namanya bandar judi alami kerugian hingga bangkrut.
Sejumlah kebiasaan yang menghambat menghuni suatu hunian yang layak sebagian telah diungkapan dalam penjelasan di atas. Penulis Amsal menharap pembacanya menjadi orang bijak sehingga dapat berdiam di tempat yang layak. Hal terutama untuk dapat mendiami tempat yang layak adalah bagaimana membuat perencanaan keuangan yang bijaksana. Alkitab memberikan beberapa prinsip yang dapat kita pelajari, yaitu:
- Mengakui bahwa Tuhan adalah Sumber Segala Berkat
- Ulangan 8:18: "Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, supaya perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu itu diteguhkan-Nya seperti sekarang ini."
- Prinsip ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi juga mengakui bahwa Tuhan adalah sumber berkat dan rezeki. - Bekerja Keras dan Bertanggung Jawab
- Amsal 10:4: "Tangan yang malas membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya."
- Alkitab mendorong kita untuk bekerja keras, produktif, dan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan. Kemalasan dan ketidakpedulian dapat berujung pada kemiskinan. - Menabung dan Menyimpan
- Amsal 21:20: "Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya."
- Alkitab mengajarkan pentingnya menabung dan menyimpan sebagian dari pendapatan kita. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang tidak pasti, keadaan darurat, atau peluang investasi. - Hidup Sederhana dan Tidak Materialistis
- Matius 6:19-21: "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi, di mana ngengat dan karat merusakkannya dan di mana pencuri membongkar serta mencurinya, melainkan kumpulkanlah bagimu harta di sorga, di mana ngengat dan karat tidak merusakkannya dan di mana pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."
- Alkitab mengingatkan kita untuk tidak terikat pada kekayaan materi. Harta duniawi bersifat sementara dan bisa hilang sewaktu-waktu. - Memberi dengan Sukacita.
- 2 Korintus 9:7: "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."
- Memberi kepada sesama yang membutuhkan adalah bagian penting dari ajaran Alkitab. Memberi dengan sukacita menunjukkan bahwa kita tidak hanya fokus pada diri sendiri, tetapi juga peduli pada orang lain. - Mengelola Utang dengan Bijak
- Roma 13:8: "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun, selain daripada saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat."
- Alkitab tidak melarang berutang, tetapi kita harus mengelolanya dengan bijak. Hindari utang yang konsumtif dan berusahalah untuk melunasi utang secepat mungkin. - Menginvestasi dengan Bijak
- Amsal 27:18: "Siapa memelihara pohon ara, ia akan memakan buahnya, dan siapa menjaga tuannya, ia akan dihormati."
- Prinsip ini dapat diterapkan dalam hal investasi. Kita perlu berinvestasi dengan bijak, memilih instrumen yang tepat, dan tidak tergiur dengan keuntungan yang terlalu besar.
TUHAN telah mengungkapkan pesan kepada umat-Nya agar hidup kita terpelihara karena hal-hal yang bersifat kebiasaan kurang baik akibat kurang bijaksana dapat dihindari. Umat TUHAN harus memperhatikan pesan yang telah disampaikan dan jangan berontak terhadap kebenaran dari hikmat yang telah didapatkan. TUHAN telah berfirman sebagai landasan agar kita dapat menghuni tempat yang layak di bumi dan di surga meski tidak seperti yang dimiliki oleh orang yang dikelompokan sebagai orang kaya namun bagi kita hal itu sudah seharusnya bersyukur. Mazmur 68:7 tertulis, "Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia, tetapi pemberontak-pemberontak tinggal di tanah yang gundul." Kita harus dengar nasihat dari Firman TUHAN yang tertulis dalam Alkitab agar sekalipun tempat tinggal kita tidak mewah namun tetap suatu tempat yang layak dan hidup kita bahagia.
Belajar dan minta hikmat kepada TUHAN sehingga hidup kita bijaksana dengan hidup takut akan TUHAN. Bila hidup kita takut akan TUHAN maka walaupun mungkin hidup sebatang kara TUHAN tidak lepas tangan. TUHAN akan berusaha hidup kita bahagia dan cukup sekalipun mungkin tidak tergolong "orang kaya". TUHAN ingin kita berbahagia bukan hanya di bumi ini saja melainkan bila merenungkan Firman-Nya, percaya pada-Nya dan melakukan dengan segenap hati maka rumah di surga pun DIA sediakan bagi kita saat keabadian menjemput kita.
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Pendidikan Dalam Rumah Tangga
- Bekerja Untuk Mendiami Hunian Layak
- Keluar Dari Kotak Yang Benar
- Pengeluaran Rumah Tangga
- Pesan Hidup Sederhana
- Kebahagiaan Yang Sehat, Berkelanjutan Dan Kekal
- Dampak Hikmat Terhadap Kehidupan
- Bijaksana Berhutang
- Tinjauan Alkitab Tentang Menabung
- Pengaruh Mata Terhadap Tindakan