Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Jumat, 31 Januari 2025

Bekerja Untuk Mendiami Hunian Layak

Selesaikanlah pekerjaanmu di luar, siapkanlah itu di ladang; baru kemudian dirikanlah rumahmu. Amsal 24:27

Teks dalam Amsal di atas adalah suatu nasihat bagaimana dapat memiliki dan membangun suatu keluarga agar keluarga terhindar dari permasalahan yang tidak perlu karena tidak memiliki rumah untuk tempat tinggal. Nasihat yang terkandung dalam Amsal di atas antara lain adalah:
  1. Prioritas dan Tanggung Jawab:
    - Kerja Keras dan Persiapan: Amsal ini menekankan pentingnya bekerja keras dan mempersiapkan segala sesuatu dengan matang sebelum membangun atau mencapai tujuan yang lebih besar. "Sediakanlah di ladang pekerjaanmu" mengandung arti bahwa kita harus menyelesaikan dan menata dengan baik segala urusan di 'ladang' kita, yaitu bidang pekerjaan atau usaha yang sedang kita geluti.
    - Tanggung Jawab: Ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipercayakan kepada kita. 'Ladang' dan 'kebun anggur' adalah simbol dari tanggung jawab yang harus kita kelola dengan baik.
  2. Keseimbangan Hidup:
    - Kerja dan Keluarga: Amsal ini tidak hanya berbicara tentang bekerja, tetapi juga tentang membangun rumah tangga. Artinya, setelah kita bekerja keras dan memiliki penghasilan yang cukup, barulah kita memikirkan untuk membangun keluarga atau rumah tangga yang harmonis.
    - Keseimbangan: Ayat ini mengajarkan kita untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jangan sampai kita terlalu fokus pada pekerjaan hingga melupakan keluarga atau hal-hal penting lainnya dalam hidup.
  3. Perencanaan dan Manajemen Keuangan:
    - Investasi: 'Bereskanlah di kebun anggurmu' dapat diartikan sebagai investasi. Setelah kita mendapatkan hasil dari pekerjaan kita, kita harus berinvestasi atau mengelola keuangan dengan bijak agar dapat membangun 'rumah' kita, yaitu mencapai tujuan-tujuan kita yang lebih besar.
    - Prioritas Keuangan: Amsal ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan kebutuhan yang lebih penting daripada sekadar keinginan sesaat. Kita harus bijak dalam mengelola keuangan agar dapat mencapai tujuan jangka panjang kita.
  4. Etos Kerja:
    - Kerja Keras: Amsal ini jelas menekankan pentingnya kerja keras. Tidak ada kesuksesan yang datang dengan mudah. Kita harus bekerja keras dan tekun untuk mencapai tujuan kita.
    - Tanggung Jawab: Selain kerja keras, Amsal ini juga mengajarkan tentang pentingnya tanggung jawab. Kita harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan kita dan segala yang telah dipercayakan kepada kita.

Amsal di atas adalah sebuah nasihat bagi semua orang yang memiliki keinginan mendirikan suatu rumah sebab memiliki suatu rumah dapat dikatakan menjadi kebutuhan normal bagi manusia sebagaimana memiliki sarang bagi hewan liar. Sekalipun rumah adalah hal normal yang ingin dimiliki oleh manusia namun ada kelompok masyarakat tidak terlalu memikirkan soal rumah yaitu orang-orang yang dikelompokkan sebagai asketik. Asketik cukup puas bila dapat menikmati bila sesaat saja hidup seperti orang yang memiliki hunian yang layak. Orang Asketik pun memiliki sikap yang berbeda diantara mereka yang disebabkan antara lain:
- Motivasi: Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda untuk menjalani gaya hidup asketik. Ada yang melakukannya karena panggilan spiritual, ada juga yang melakukannya sebagai bentuk protes terhadap materialisme.
- Tingkat keparahan: Praktik asketisme bisa sangat bervariasi, mulai dari yang ringan seperti puasa sehari dalam seminggu hingga yang ekstrem seperti hidup di hutan tanpa pakaian.
- Adanya Kritik: Gaya hidup asketik seringkali mendapat kritik karena dianggap terlalu ekstrem atau tidak realistis yang dapat mempengaruhi dalam menjalankan kehidupan asketik

Para Asketik lazimnya menjalani gaya hidup sederhana, menjauhi kenikmatan duniawi, dan mengutamakan spiritualitas. Mereka sering melakukan praktik-praktik seperti puasa, meditasi, dan menyendiri untuk mencapai pencerahan atau kesempurnaan rohani. Ciri-ciri umum orang asketik:
- Hidup sederhana: Mereka sering hidup dengan sedikit barang material, memilih tempat tinggal yang sederhana, dan menghindari kemewahan.
- Puasa dan pantang: Banyak asketik melakukan puasa atau pantang dari makanan tertentu sebagai bentuk disiplin diri dan pengendalian nafsu.
- Meditasi dan kontemplasi: Mereka sering melakukan meditasi atau kontemplasi untuk memperdalam hubungan dengan diri sendiri dan Tuhan.
- Menyendiri: Asketik sering mencari kesendirian untuk menghindari gangguan duniawi dan fokus pada pengembangan spiritual.
- Pengabdian diri: Mereka sering mengabdikan diri pada pelayanan kepada orang lain atau kegiatan keagamaan.
- Pekerjaan yang diminati adalah pekerjaan yang sangat berhubungan dengan kepentingan orang banyak memiliki banyak manfaat, antara lain: Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, Membuat dunia menjadi tempat yang lebih adil dan setara, Menciptakan perubahan positif yang berkelanjutan, Memberikan inspirasi dan motivasi kepada orang lain untuk melakukan hal yang sama. Misalnya seperti: Dokter yang bekerja di daerah terpencil untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu, Guru yang mendedikasikan waktunya untuk mengajar anak-anak di sekolah pelosok, Aktivis yang memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan keadilan sosial.

Matius 19:21 tertulis, Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Kehidupan yang bersedia mempraktikkan apa yang disarankan Yesus dalam Matius 19:21 harus bersedia menjalankan hidup seperti orang asketik sekalipun setiap orang yang menjalani kehidupan asketik memiliki standar yang berbeda dalam tingkat keparahan namun motivasi haruslah dalam rangka mengikut Yesus. Alkitab menjadikan Yesus sebagai panutan utama dalam menjalani hidup asketik. Ciri hidup Yesus dalam menjalani kehidupannya antara lain:
- Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Matius 8:20.
- Ajaran Yesus dalam Lukas 12:23-33 yang menyarankan agar mempertimbangkan menjual segala milik kita lalu bersedekah kemudian hidup mengerjakan apa menjadi panggilan hidup dari TUHAN dengan sikap yang cukup dan puas bila dikaruniakan menikmati atau memiliki makanan yang cukup untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai.
- Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yohanes 4:34

Selain Yesus Kristus, ada sejumlah orang yang tercatat dalam Alkitab melakukan kehidupan asketik yang tergolong "lumayan parah" seperti:
- Elia yang selalu berkelana namun dalam tuntunan TUHAN sehingga keinginan TUHAN kalau mungkin sepenuhnya dapat terwujud melalui hidupnya. Hal ini membuat Elisa saat memutuskan ikut dalam pelayanan Elia maka Elisa hal yang cukup menarik untuk diperhatikan berdasarkan teks di Kitab 1 Raja-raja 19:20-21.
- Yohanes Pembaptis yang hidupnya di padang gurun menyerukan bertobat dengan makanannya belalang dan madu hutan. (Markus 1:2-7)
- Para murid Yesus yang menjadi rasul Yesus. Perhatikan Matius 19:27, Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?"
- Barnabas yang menjual hartanya dan menyerahkan uang hasil penjualan kepada para rasul di Yerusalem lalu sepenuh waktu melayani hingga dipilih TUHAN bersama Paulus melakukan perjalanan misi dengan nyaris sepenuhnya ditanggung oleh mereka tanpa dukungan dari suatu lembaga misi atau mitra gereja. Dengan melihat Paulus alami yang tertulis di 2 Korintus 11:22-27 maka dipastikan Barnabas dan Paulus pun harus menjalani hidup sebagai "Asketik". - Salah satu tokoh Kristen abad 20 yang menjalani hidup asketik adalah Sadhu Sundar Singh dari India sehingga wafatnya pun sesuatu yang misterius sehingga diduga menyerupai kasus yang terjadi saat Musa meninggal dunia. (Ulangan 34:5-8)

Yesus sekalipun menjalani hidup sebagai asketik namun tetap bergaul dengan semua lapisan masyarakat termasuk menunjukkan kepeduliannya terhadap mereka yang terpaksa seperti orang asketik seperti kelompok tunawisma, gelandangan, pengemis, orang kusta. Contoh:
- Berinteraksi dengan orang-orang marginal: Yesus sering menghabiskan waktu bersama para nelayan, pemungut cukai, dan orang-orang berdosa lainnya yang dianggap hina oleh masyarakat pada zaman itu. Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak membedakan orang berdasarkan status sosial atau latar belakang mereka.
- Menyembuhkan orang sakit: Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, termasuk mereka yang tidak memiliki rumah dan hidup di jalanan. Tindakan penyembuhan ini tidak hanya memulihkan kesehatan fisik, tetapi juga memberikan mereka martabat dan harapan.
- Memberi makan orang banyak: Yesus melakukan mukjizat dengan memberi makan ribuan orang dengan hanya beberapa roti dan ikan. Tindakan ini menunjukkan kepeduliannya terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti makanan dan tempat tinggal.
- Menerima orang berdosa: Yesus dengan tangan terbuka menerima orang-orang berdosa yang ditolak oleh masyarakat. Ia mengajarkan bahwa semua orang berharga di mata Allah dan berhak untuk mendapatkan pengampunan.
- Mengkritik ketidakadilan sosial: Yesus sering mengkritik para pemimpin agama dan orang-orang kaya yang menindas orang miskin. Ia mengajarkan bahwa kita harus peduli terhadap mereka yang kurang beruntung dan berbagi harta benda dengan mereka.

Pekerjaan dan kehidupan asketik yang parah mungkin dapat diabaikan untuk dipertimbangkan mendiami suatu hunian yang layak. Bagi mereka yang tidak termasuk kelompok asketik yang parah dan manusia yang tidak pernah berpikir menjalani hidup seperti orang asketik maka mendiami hunian yang layak perlu diperhatikan. Biasanya ada relasi antara pekerjaan dan kesanggupan untuk mendiami hunian yang layak sekalipun faktor yang dianggap memiliki relasi tersebut tidak menjadi jaminan kepastian untuk menikmati hunian yang layak. Pekerjaan yang dapat mendiami hunian layak sangat beragam dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:
- Tingkat pendidikan: Semakin tinggi tingkat pendidikan, umumnya semakin besar peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi dan memungkinkan untuk memiliki hunian yang lebih layak.
- Keterampilan: Keterampilan khusus atau teknis seringkali dihargai dengan gaji yang lebih tinggi, sehingga memungkinkan seseorang untuk memiliki hunian yang lebih baik.
- Pengalaman kerja: Semakin banyak pengalaman kerja, semakin besar kemungkinan seseorang untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dengan gaji yang lebih baik.
- Lokasi geografis: Biaya hidup di berbagai daerah berbeda-beda, sehingga pekerjaan yang sama bisa memberikan daya beli yang berbeda di setiap lokasi.
- Kondisi ekonomi: Kondisi ekonomi secara keseluruhan juga mempengaruhi daya beli masyarakat dan kemampuan mereka untuk mendapatkan hunian layak.

Jenis pekerjaan biasanya memiliki hubungan yang erat dengan kesempatan untuk mendiami hunian yang layak. Misalnya:
- Profesional: Dokter, insinyur, akuntan, notaris, pengacara, dan berbagai profesi lainnya yang membutuhkan pendidikan tinggi.
- Manajer: Manajer tingkat menengah ke atas di berbagai perusahaan.
- Spesialis Teknik: Teknisi yang memiliki skill khusus, programmer, ahli IT dan lainnya yang sejenis.
- Pekerja Terampil: Tukang yang memiliki ketrampilan di atas rata-rata, mekanik barang tertentu yang memiliki khas atu bersifat khusus, atau pekerja konstruksi yang memiliki keterampilan khusus.
- Wiraswasta Sukses: Pemilik usaha yang berhasil menjalankan bisnisnya.

Sekalipun memiliki kesempatan mendiami hunian yang layak mungkin ada memiliki aneka faktor yang menyebabkan tidak dapat mendiami hunian yang layak misalnya harus mendekam di lembaga pemasyarakatan dan lain-lain termasuk berhubungan ketersediaan hunian yang layak akibat dari hal hal tertentu, misalnya:
- Harga properti: Kenaikan harga properti dapat membuat hunian layak menjadi semakin sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat.
- Persediaan rumah: Ketersediaan rumah yang layak juga dipengaruhi oleh jumlah pasokan rumah yang dibangun.
- Kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah terkait perumahan, seperti subsidi perumahan, dapat mempengaruhi ketersediaan dan harga hunian.
- Lokasi: Hunian layak di pusat kota biasanya lebih mahal dibandingkan di pinggiran kota.

Secara teori bila mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, masyarakat akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan mampu membeli rumah namun banyak sarjana yang menjadi pengangguran karena kurangnya atau tidak ada lapangan kerja yang tersedia serta tidak mampu membuat lapangan kerja secara mandiri termasuk alami kegagalan dalam menjalani profesi sebagai wiraswasta. Tidak semua rencana bisnis yang diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja dapat berjalan sesuai dengan rencana sebab investor yang berani berinvestasi cenderung berusaha agar terjadi "Market Disruption" yang mengubah cara pasar beroperasi dengan tujuan untuk menjadi pemimpin pasar di masa depan sedangkan mereka yang telah menekuni kegiatan bisnis tertentu maka haruslah melakukan "Market Maintenance". Perhitungan secara makro yang menghasilkan kesimpulan bahwa jumlah tenaga kerja sektor formal meningkat karena adanya investasi segar harus dipertimbangkan masalah mikro yang terjadi dalam istrustri tersebut. Industri transportasi udara di Indonesia sesuatu yang dapat menjadi model sederhana bahwa tidak selamanya perhitungan tenaga kerja di bidang transportasi udara pasti berbanding lurus dengan investasi segar yang masuk terutama sebelum dibatasinya lokasi yang dapat melayani penerbangan ke dan dari luar negeri dan dampaknya mungkin terasa dalam urusan harga tiket pesawat dalam negeri bila terjadi beberapa kondisi tertentu.

Agar tersedia lowongan pekerjaan yang dapat dimanfaatkan oleh pencari kerja perlu investasi. Dalam pengetahuan yang terbatas mendapatkan data bahwa target investasi yang dibidik oleh pemerintah pada tahun 2025 adalah Rp1.905 triliun dengan total investasi dari tahun 2025 sampai 2029 kurang lebih Rp 13.032 triliun sehingga diharapkan dapat menghasilkan 19 juta lapangan pekerjaan termasuk di dalamnya adalah 5 juta lapangan kerja dari ekonomi hijau. Jika hal ini dapat direalisasikan dan tidak mengakibatkan guncangan terhadap pelaku bisnis yang sudah lama beroperasi dipastikan angka tenaga kerja sektor formal meningkat. Meningkatnya tenaga sektor formal sangat positif sebab sektor formal memiliki sistem kontrak kerja yang resmi dan tertulis, dilindungi hukum serta mendapatkan proteksi ekonomi dari pemerintah.

tersedianya lapangan kerja memerlukan stimulus seperti kebijakan ekonomi, antara lain:

  • Meningkatkan Iklim Investasi, antara lain:
    - Deregulasi: Menyederhanakan birokrasi dan mengurangi hambatan bagi investor.
    - Insentif Fiskal: Memberikan insentif pajak atau kemudahan perizinan bagi perusahaan yang berinvestasi.
    - Stabilitas Politik dan Ekonomi: Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi jangka panjang.
  • Mendukung Usaha Kecil dan Menengah (UKM), antara lain:
    - Akses Kredit: Mempermudah akses UMKM terhadap kredit perbankan.
    - Pelatihan dan Pengembangan: Menyediakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk dan manajemen UMKM.
    - Pemasaran: Membantu UMKM memasarkan produknya, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
  • Investasi dalam Infrastruktur, antara lain:
    - Pembangunan Infrastruktur: Meningkatkan kualitas infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan bandara untuk mendukung kegiatan ekonomi.
    - Konektivitas: Memperkuat konektivitas antar wilayah untuk memperluas pasar dan membuka peluang bisnis baru.
  • Pengembangan Sektor Unggulan, seperti:
    - Identifikasi Sektor Unggulan: Mengidentifikasi sektor-sektor yang memiliki potensi besar untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja.
    - Dukungan Pemerintah: Memberikan dukungan berupa penelitian, pengembangan, dan penyediaan fasilitas produksi.
  • Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, seperti:
    - Penyesuaian Kurikulum: Menyusun kurikulum pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
    - Kerjasama Dunia Usaha: Membangun kerjasama antara sekolah dengan dunia usaha untuk menyediakan program magang dan link and match.
  • Stimulus Fiskal, seperti:
    - Pengeluaran Pemerintah: Meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek infrastruktur dan sosial.
    - Pemotongan Pajak: Memotong pajak untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi.
  • Inovasi dan Teknologi, seperti:
    - Dukungan Startup: Menyediakan inkubator bisnis dan fasilitas riset untuk startup.
    - Digitalisasi: Mendorong digitalisasi ekonomi untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan peluang bisnis baru.

Lazim terjadi dalam berbicara tentang program membuka lapangan pekerjaan baru adalah kecenderungan melupakan hal-hal yang dapat mereduksi lapangan pekerjaan. Faktor-faktor yang dapat mereduksi lapangan pekerjaan antara lain:

  1. Faktor Internal, seperti:
    - Otomatisasi dan Mekanisasi sehingga terjadi penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin dan robot dalam proses produksi.
    - Perubahan Teknologi yang mengubah cara produksi dan distribusi barang serta jasa.
    - Restrukturisasi Perusahaan berakibat pengurangan jumlah karyawan untuk meningkatkan efisiensi.
    - Krisis Ekonomi berakibat penurunan permintaan produk dan layanan mengakibatkan perusahaan mengurangi produksi dan PHK.
  2. Faktor Eksternal, seperti:
    - Perubahan Kebijakan Pemerintah misal perubahan kebijakan fiskal dan moneter yang tidak mendukung pertumbuhan ekonomi.
    - Persaingan Global berdampak persaingan yang ketat dari produk impor dapat mengurangi permintaan terhadap produk dalam negeri.
    - Bencana Alam yang merusak infrastruktur dan mengganggu aktivitas ekonomi.
    - Pandemi seperti terulangnya yang menyerupai COVID-19 dan berdampak terganggunya rantai pasok, penurunan permintaan, dan bahkan penutupan bisnis.

Tidak mampu menyediakan lapangan kerja sesuai dengan angkatan kerja yang tersedia berdampak terjadinya pengangguran. Biasanya pengangguran dikelompokkan menjadi:
- Pengangguran friksional yang terjadi karena adanya periode transisi antara pekerjaan yang satu dengan yang lain, misalnya ketika seseorang sedang mencari pekerjaan yang lebih baik atau baru lulus dari sekolah.
- Pengangguran struktural yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja.
- Pengangguran musiman yang terjadi karena adanya fluktuasi permintaan tenaga kerja yang terkait dengan musim tertentu.
- Pengangguran siklis yang terjadi akibat fluktuasi dalam siklus bisnis. Ketika ekonomi sedang mengalami resesi atau kontraksi, permintaan terhadap barang dan jasa menurun, sehingga perusahaan mengurangi produksi dan melakukan PHK. Akibatnya, tingkat pengangguran meningkat.

Dampak lain daripada meningkatnya pengangguran akibat tidak sesuainya lapangan pekerjaan dengan angkatan kerja, antara lain:
- Kemiskinan: Penurunan pendapatan keluarga dapat menyebabkan kemiskinan.
- Ketidakstabilan Sosial: Tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu ketidakstabilan sosial dan kriminalitas.
- Jaring Pengaman Sosial Hal Mendesak: Memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak pengurangan lapangan kerja.

Jika lapangan kerja tidak berbanding lurus dengan angkatan kerja maka kecenderungan jumlah pekerja yang menerima upah di bawah standar yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menakertrans meningkat yang menyebabkan untuk dapat menyewa tempat hunian yang layak sesuatu impian yang indah bagi sebagian angkatan kerja telah mendapatkan pekerjaan terutama bagi mereka yang bekerja di sektor tertentu yang sudah lazim dibayar murah. Peraturan menteri tenaga kerja jika tidak mengalami perubahan maka upah yang diterima secara perhitungan angka hanya cukup untuk menyewa tempat hunian agar dapat merasakan berdiam di sebuah hunian yang layak maka perusahaan mematuhi aturan yang berlaku. Bila perusahaan telah mematuhi aturan upah yang ditentukan namun pekerja tidak mampu menjadi penghuni sebuah hunian yang layak maka yang bertanggungjawab bukan perusahaan melainkan mereka yang memiliki keterkaitan dengan peraturan tentang Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Perumahan dan Penyediaan Rumah Khusus berdasarkan Menteri Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

Keterbatasan menyediakan lapangan kerja sektor formal berdampak angkatan kerja harus masuk kesektor informal seperti "Pedagang kakilima, Pemulung, Tukang bangunan yang tidak tergabung dengan perusahaan, Seniman yang tidak berada di bawah lembaga seni, Asisten rumah tangga". Sektor informal selama ini adalah jawaban atas keterbatasan yang ada dalam dunia kerja formal. Sektor pekerja informal yang mendapatkan kesempatan terbesar untuk dapat mendiami hunian yang layak adalah seperti asisten rumah tangga.

Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia meraih posisi yang mengesankan sebagai ekonomi terbesar ke-8 di dunia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP) pada 2024. Capaian PDB Indonesia senilai USD 4,66 triliun, bahkan melampaui negara-negara maju, seperti Perancis dan Inggris. Berdasarkan penilaian Internasional sesungguhnya bila seorang memiliki upah atau penghasilan sesuai perhitung upah rata rata pekerja di Indonesia menurut catatan Bank Dunia maka semua yang masuk dalam angkatan kerja dan melakukan suatu pekerjaan apa pun dipastikan dapat mencicil rumah layak huni bersubsidi bukan terpaksa menyewa untuk ditempati agar dapat menikmati kebutuhan dasar sebagai manusia.

Upah rata rata pekerja adalah hasil perhitungan antara upah yang diterima dari mereka yang mendapatkan upah yang tinggi dan juga upah mereka yang mendapatkan penghasilan rendah bukan berdasarkan rumusan upah minimum regional yang hanya dapat menyewa tempat tinggal. Untuk dapat jaminan penghasilan yang mampu mencicil rumah hunian bersubsidi maka langkah paling mudah adalah berkerja di sektor formal tetapi penghasilan harus di atas umr dengan upah menimal memenuhi syarat lembaga pemberi kredit untuk mendapatkan membayar anggsuran sesuai dengan perhitungan saat pengajuan kredit.

Fakta dari adanya orang-orang yang berdiam di tempat kumuh, tunawisma termasuk gelandangan menunjukkan kesenjangan sosial dalam mendapatkan upah bekerja yang disebabkan oleh berbagai faktor yang komplek bukan semata-mata tidak bekerja giat, tidak bekerja serius hingga mengutip seperti Kolose 3:23 hanya untuk memberikan penilaian jika seseorang tidak mampu mendiami suatu hunian yang layak. Ajaran Alkitab seperti dalam Kolose 3:23, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk TUHAN dan bukan untuk manusia" berlaku bagi semua orang yang bekerja baik yang mendapatkan upah tinggi atau upah rendah dan tidak ada hubungannya dengan kepastian mendapatkan hunian yang layak. Ketersediaan hunian yang layak, hasil yang didapatkan dari suatu pekerjaan yang ditekuni sangat mempengaruhi kesempatan mendiami hunian yang layak. Ajaran tentang bagaimana bekerja yang baik menentukan penilaian TUHAN terhadap seseorang. Janda yang miskin mendapatkan dua peser dinilai istimewa oleh TUHAN terlebih lebih memberikan seluruhnya ke peti persembahan. (Markus 12:41-44). Sikap janda yang miskin menyiratkan pesan gaya hidup yang menerima kenyataan dirinya hanya mendapatkan penghasilan dari kerjanya seperti orang asketik dan dilanjutkan dengan mempraktikkan sikap asketik yang benar dihadapan TUHAN.

Amsal 24:27 memberikan nasihat jika memiliki kemampuan mendirikan rumah dari hasil pekerjaan adalah sesuatu yang disarankan untuk mendirikan rumah. Kemampuan erat kaitannya dengan penghasilan yang didapatkan. Teks lainnya yang berkenaan dengan penghasilan adalah:
- Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, (Amsal 3:9)
- Upah pekerjaan orang benar membawa kepada kehidupan, penghasilan orang fasik membawa kepada dosa. (Amsal 10:16)
- Di rumah orang benar ada banyak harta benda, tetapi penghasilan orang fasik membawa kerusakan. (Amsal 15:6)
- Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan. (Amsal 16:8)

Relasi pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk mendiami hunian yang layak erat kaitannya dengan ketersediaan lapangan kerja sehingga ada kesempatan berkerja di sektor formal yang cenderung memiliki aturan yang lebih jelas dibandingkan sektor informal termasuk hal upah yang diterima dimana upah itu menjadi dasar mengukur kemampuan memiliki suatu hunian. Bila pemberi kerja mengunakan Kolose 3:23 hanya untuk menuntut sepihak dari seorang pekerja serta mengabaikan teks lain seperti dalam Yakobus 5:4-6 yang menyiratkan pekerja untuk berhak menyampaikan pemberitahuan hingga "demo" karena upah yang diberikan dibawah standar terutama bila bekerja di sektor pekerjaan bersifat formal. Hal itu sejalan dengan:
- Keadilan: Alkitab menekankan pentingnya keadilan dalam segala aspek kehidupan. Dalam kitab Amsal, kita diajarkan untuk memperlakukan sesama dengan adil (Amsal 14:31). Ini berarti setiap pekerja berhak atas upah yang layak dan kondisi kerja yang manusiawi.
- Kasih: Ajaran Yesus Kristus menekankan pentingnya kasih terhadap sesama. Ini termasuk dalam konteks hubungan antara pekerja dan pengusaha. Kita dipanggil untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri secara timbal baik antara pekerja dan pemberi kerja.
- Kebenaran: Alkitab juga mengajarkan pentingnya kebenaran dan kejujuran. Jika ada ketidakadilan dalam sistem upah, maka pekerja berhak untuk memperjuangkan kebenaran.
- Damai: Alkitab mengajarkan pentingnya hidup damai. Namun, damai yang dimaksud bukanlah pasifitas di hadapan ketidakadilan. Terkadang, untuk mencapai perdamaian yang sejati, kita perlu mengambil tindakan, termasuk aksi demonstrasi yang damai.

Pekerja yang mendapatkan upah di bawah standar dari profesi yang dilakukan agar memungkinkan mendiami suatu hunian yang layak bila melakukan aksi demo setidak-tidaknya memperhatikan:
- Aksi demo dapat dibenarkan jika dilakukan dengan tujuan untuk memperjuangkan keadilan dan mendapatkan upah yang layak.
- Aksi demo harus dilakukan secara damai dan tidak melanggar hukum. Kekerasan bukanlah solusi yang Alkitab ajarkan.
- Penting untuk mencari solusi melalui dialog dengan pihak perusahaan sebelum melakukan aksi demo.
- Pekerja juga harus bertanggung jawab atas tindakannya dan tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain.

Bila relasi pekerjaan yang dilakukan orang bekerja dengan sistem upah berjalan baik terutama yang berstatus pekerja formal maka mendiami hunian yang layak adalah hal yang bukan merupakan suatu impian yang sulit sehingga jumlah orang yang berada di tempat kumuh dan atau menjadi tunawisma dapat berkurang secara garis lurus terhadap kalangan orang yang memiliki suatu pekerjaan.

Bila Tuhan pencipta memberikan kemampuan untuk hewan membuat sarang maka adalah hal wajar bila manusia berhak dan memiliki potensi untuk berdiam di tempat yang layak bagi manusia. Hanya orang yang memiliki panggilan menjalani hidup asketik namun memilih ambil pekerjaan formal dan itu juga harus memperhatikan tingkat keparahan yang sanggup diterima kepada orang tersebut maka pihak yang bertanggungjawab yang menyediakan lapangan pekerjaan boleh untuk kurang memperhatikan standar upah bahkan soal tersedianya hunian yang layak.






Tulisan lainnya:
Peringatan TUHAN Hal Upah Pekerja
Pekerjaan Anda Penting Bagi Allah
Pengangguran Dalam Dunia Kerja
Lapangan Pekerjaan Generasi Mendatang
Sistem Imbalan Budaya Organisasi
Motivasi Melalui Desain Dan Tujuan Organisasi
Kesejahteraan Ekonomi Untuk Generasi Penerus
Aktualisasi Maslow Dan Alkitab
Kelelahan Menjalani Kehidupan
Yesus Pelopor Pembangunan Millenium


Share this

Random Posts

Label Mobile

biblika (84) budaya (47) dasar iman (100) Dogmatika (75) Hermeneutika (76) karakter (42) konseling (82) Lainnya (94) manajemen (69) pendidikan (59) peristiwa (71) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (66) spritualitas (92) tokoh alkitab (44) Video (9)